Alzena Jasmin Syakayla seorang ibu tunggal yang gagal membangun rumah tangganya dua tahun lalu, namun ia kembali memilih menikah dengan seorang pengusaha sekaligus politikus namun sayangnya ia hanya menjadi istri kedua sang pengusaha.
"Saya menikahi mu hanya demi istri saya, jadi jangan berharap kita bisa jadi layaknya suami istri beneran"
Bagas fernando Alkatiri, seorang pengusaha kaya raya sekaligus pejabat pemerintahan. Istrinya mengidap kanker stadium akhir yang waktu hidupnya sudah di vonis oleh dokter.
Vileni Barren Alkatiri, istri yang begitu mencintai suaminya hingga di waktu yang tersisa sedikit ia meminta sang suami agar menikahi Jasmin.
Namun itu hanya topeng, Vileni bukanlah seorang istri yang mencintai suaminya melainkan malaikat maut yang telah membunuh Bagas tanpa di sadari nya.
"Aku akan membalas semua perbuatan yang kamu lakukan terhadap ku dan orang tuaku...."
Bagaimana kelanjutan polemik konflik diantara mereka, yuk ikuti kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bundaAma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
-21
Yang hanya di jawab gelengan kepala oleh istrinya.
"Syukurlah, kalo gitu papah mandi dulu yah ke atas..." pamitnya lalu mengecup kening sang istri dengan lembut.
Tanpa mereka sadari seseorang di sana tetap mengawasi mereka dan melaporkan semua detail kejadian di rumah ini.
"Bu, kayaknya kita tidak hanya menemukan hal kecil tentang diri Jasmin..." lapor pak Yanto seraya menyerahkan beberapa foto dan lembaran kertas.
"Maksud kamu?" tanya Bu Leni dengan tatapan jahat namun penuh penasaran.
"Saya dapat foto dari akun Instagram milik pengasuh putra Jasmin..." ujarnya seraya menyerahkan satu lembar foto yang entah makan bersama dan salah satu di antaranya ada Jasmin.
"Bukankah ini asisten pribadi Jamok?" tanya nya seraya tertawa kecil penuh kepuasan.
"Iyah Bu, saya yakin ibu pasti bisa menyelesaikan ini semua..." ujar pak Yanto.
Hati yang awalnya hancur kini bermekaran kembali, sedikitpun Leni tak pernah mau Bagas melirik wanita lain apalagi sampai menikahi nya. Namun karena alasan nyawa dan posisi nya terancam ia memilih mengiyakan perintah dari ayahnya yakni pak Barren agar Bagas menikah lagi dengan dalih ia tak suka jika Bagas menyentuhnya karena bagi Barren putrinya adalah miliknya.
Cklekkk....
"Cantik gak mah??" tanya Bagas sesaat setelah keluar dari kamar mandi di kamar nya menemukan sang istri yang tengah membuka kotak perhiasan di atas nakas hadiah darinya.
"Cantikkk..." jawab Bu Leni lembut dengan wajah yang sumringah.
"Sini papah pakein..." tawar Bagas seraya mengambil alih kalung yang di pegang istrinya.
"Cantik...." pujinya setelah selesai memakai kan Kaling berlian di leher sang istri.
"Kalungnya yang cantik?" tanya Bu Leni seraya menatap lembut wajah sang suami.
"Yang make nya jauh lebih cantik...." ujarnya.
Cuppp
Bagas mengecup bibir sang istri dengan singkat.
Grepppp Cupppp mwhhh
Namun alangkah terkejutnya ia saat sang istri yang biasanya menghindar darinya kini malah menarik lehernya dan mencumbunya dengan ganas.
Tentu saja, Bagas tak mau menyia nyiakan kesempatan ini, apalagi istri nya yang memulai lebih dulu.
Ciuman demi ciuman pun mereka lalui dengan gairah panas nya, layaknya dua insan yang sudah lama tak bertemu mereka saling berlomba melepas kain kain yang menempel satu sama lain. Dengan nafas ngos ngosan Bagas melempar tubuh sang istri ke atas ranjang, dan dengan lembut ia naik ke atas tubuh sang istri dengan menahan kedua tangannya agar sang istri tak keberatan.
Arhhhhhhh
Ahhhhh Ahhhhh
Nafas mereka pun saling berpacu, memacu nikmat yang sudah lama mereka tunda.
Tok tokkk tokkkkk
Suara ketukan di pintu menggangu mereka yang tengah memacu kasih, Bagas sedikit terganggu namun istrinya menahannya dan membalik kasar tubuh sang suami hingga berada di bawah.
Ia tahu siapa dan mengapa mengetuk pintu, hanya saja baginya menyalurkan hasratnya saat ini jauh lebih penting.
Arghhhh
Bu Leni pun melepaskan sesuatu yang sejak tadi terasa ingin membeledak.
Arghhhhh
Erangan panjang dari mulut Bu Leni keluar begitu saja dengan wajah penuh kepuasan, ia pun tersenyum puas menatap sang suami yang tengah menatap nya dengan dalam, lalu berpindah ikut merebahkan diri di samping sang suami.
"Kenapa? Apa mamah berbeda?"
"Atau mamah gak kayak Jasmin?" tanyanya memborbardir dengan wajah yang sedikit tidak suka.
"Jangan ngomong yang aneh aneh mah..." ujar Bagas lalu bangun dari ranjangnya.
"Papah mandi duluan," ujar nya sembari memaksakan tersenyum.
"Itu liat dulu mah, siapa yang masih ngetokin pintu dari tadi, gak sopan...." ujarnya lagi dengan wajah risih lalu melesat masuk kembali ke kamar mandi.
Pikiran nya bergelut hatinya berkecamuk, entah mengapa, harusnya ia merasa senang karena bisa menuntaskan gairah nya pada wanita yang sangat ia cintai.
Namun entah mengapa ia merasa heran dengan yang ia rasakan, ia tak bisa merasakan kenikmatan apapun karena rasanya sang istri sangat berbeda dengan dahulu.
'Mungkin itu hanya perasaanku saja...' ujarnya mencoba membuang pikiran buruknya.
Sedangkan di luar kamar, Leni menatap tajam Bu Darsih sang wanita tua yang menjabat sebagai kepala pelayan di rumahnya yang masih berdiri di depan pintu kamar tanpa berhenti mengetuk pintu
"Kalo tiga ketukan saya gak jawab, yaudah jangan ngetuk lagi..." ujar Leni kasar dengan tatapan tajamnya yang seolah siap menusuk.
"Maaf tapi ini perintah...." ujar Bu Darsih dingin dengan mata yang tajam juga, entah mengapa Leni merasakan perbedaan yang begitu signifikan dari pelayan nya itu.
"Maksud loh apa wanita tua sialannn!!!!!" bentaknya seraya menjambak rambut Bu Darsih yang di sanggul dengan rapih.
Tak tinggal diam Bu Darsih yang terlihat sangat tua mendorong dengan kasar tubuh kecil Bu Leni dengan begitu mudahnya.
"Awwwww..... tua Bangka sialannnn!" umpat Bu Leni dengan suara terpekik.
Srekkkkkkk
Bu Darsih menarik rambut Bu Leni yang tengah terduduk akibat lemparan nya tadi.
"Jalankan saja perintah ketua jalanggg!!!"
"Apakah kamu selapar itu sampai menggoda Bagas? Padahal jelas jelas ia tak puas dengan mu....." ejeknya seraya tersenyum mengejek.
"Dan jangan lupa, ketua memantau mu dari atas cctv lampu kamar, yang jelas kamu tahu itu dan pastinya kamu tahu bagaimana reaksinya saat ini?" ucapnya lagi lalu menghempas tubuh Bu Leni dan berlalu dari sana tanpa merasa bersalah sedikitpun.
"Arghhh siallll! 15 tahun lamanya saya tertipu dengan wajah kolotnya...." umpat nya dengan penuh amarah, tangannya mengepal dan matanya memerah menahan amarah yang bergejolak di dalam dirinya.
Sampai malam harinya Bagas masih sibuk di ruang kerjanya, ia tengah mengerjakan dan meninjau berkas berkas pekerjaan nya, matanya mencoba fokus pada berkas di depannya akan tetapi hati dan pikirannya malah memikirkan Jasmin.
Bibir nya tersenyum saat membayangkan betapa menggemaskan nya Jasmin saat tengah tertidur lelap, meskipun ia baru berinteraksi dengan sang istri muda beberapa hari, akan tetapi rasanya Bagas cukup nyaman dengan celotehan celotehan asal yang keluar dari mulut kecil Jasmin.
"Sialllll!!!! Tampaknya dia benar benar jin Dasim...." umpat nya seraya mengusap kasar wajahnya.
Tok tokkk tokkkk
"Masih sibuk Gas....." tiba tiba suara yang begitu familiar terdengar dan masuk ke ruang kerjanya tanpa di perintah.
"Enggak kok pah masuk saja..." ujarnya seraya mempersilahkan ayah mertuanya untuk duduk di sofa yang ada di sana, lalu ia pun ikut duduk di salah satu sofa yang ada di sana.
"Ada apa pah?" tanya Bagas membuka obrolan mereka karena tidak mungkin ayah mertuanya datang malam malam tanpa alasan yang jelas.
"Ini, masalah perusahaan orang tua mu yang saya kelola..." ucap pak Barren hati hati.
"Iyah kenapa pah? Apa ada masalah di perusahaan?" tanya nya karena memang perusahaan yang di wariskan oleh ayahnya dulu, dikelola oleh ayah mertuanya sejak ia menjabat sebagai menteri keuangan.
"Apa kamu tidak ingin menghadiri rapatnya? Sejak kamu menyerah kan perusahaan pada papah rasanya kamu tidak pernah lagi memeriksa ke sana..." ujarnya hati hati