NovelToon NovelToon
BANGKITNYA GADIS YANG TERTINDAS

BANGKITNYA GADIS YANG TERTINDAS

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Mengubah Takdir
Popularitas:99
Nilai: 5
Nama Author: Sagitarius-74

Gadis, sejak kecil hidup dalam bayang-bayang kesengsaraan di rumah keluarga angkatnya yang kaya. Dia dianggap sebagai anak pembawa sial dan diperlakukan tak lebih dari seorang pembantu. Puncaknya, ia dijebak dan difitnah atas pencurian uang yang tidak pernah ia lakukan oleh Elena dan ibu angkatnya, Nyonya Isabella. Gadis tak hanya kehilangan nama baiknya, tetapi juga dicampakkan ke penjara dalam keadaan hancur, menyaksikan masa depannya direnggut paksa.
Bertahun-tahun berlalu, Gadis menghilang dari Jakarta, ditempa oleh kerasnya kehidupan dan didukung oleh sosok misterius yang melihat potensi di dalam dirinya. Ia kembali dengan identitas baru—Alena.. Sosok yang pintar dan sukses.. Alena kembali untuk membalas perbuatan keluarga angkatnya yang pernah menyakitinya. Tapi siapa sangka misinya itu mulai goyah ketika seseorang yang mencintainya ternyata...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JEBAKAN ELENA, MENCURI HATI FERDO

Sudah tiga bulan Luna dan Ferdo berada di luar negeri. Pengobatan yang diberikan telah menunjukkan kemajuan. Luna sudah bisa membuka mata, meskipun penglihatannya masih buram, dan jari-jari tangannya mulai bisa bergerak sedikit.

Ferdo merasa lega, meskipun sakit hati karena Gadis masih terasa dalam setiap detiknya. Elena selalu ada disana dengan memberikan perhatian lebih pada Ferdo. Membawakan makanan, membantu menjaga Luna, dan selalu menyampaikan kata-kata yang manis untuk Ferdo.

“Hari ini Luna terlihat lebih ceria, ya Fer," ujar Elena sambil memeluk Luna yang sedang duduk di ranjang. “Dia pasti senang ada kamu di sisinya.”

Ferdo mengangguk, matanya tetap pada Luna. “Terima kasih sudah membantu, Elena. Tanpa kamu, aku tidak tahu apa yang akan kulakukan.”

Elena tersenyum puas. Dia merapikan rambut Ferdo dengan lembut. “Aku akan selalu ada untuk kamu dan Luna, Ferdo. Kamu tahu kan, dari dulu aku sudah mencintaimu…”

Langit di kota itu tampak sepi dan kebiruan, seolah merenungkan beban yang terbentang di pundak Ferdo. Dia berdiri di teras kamar rawat inap Luna, memandang langit malam yang tak banyak bintangnya.

Telah dua minggu Luna dirawat di rumah sakit luar negeri setelah kecelakaan motor yang hampir merenggut nyawanya. Dan tiap hari, tanpa lelah, Elena selalu ada di sana, membawakan makanan, membantu merawat Luna yang baru bisa berjalan dengan tertatih, dan tidak pernah lupa untuk memberikan senyum yang penuh perhatian pada Ferdo.

“Dia benar-benar tidak lelah ya, Pak Ferdo?” kata perawat yang sedang memeriksa tekanan darah Luna, melihat Elena yang sibuk membersihkan meja di sudut kamar.

Ferdo hanya mengangguk, matanya tetap terpaku pada Luna yang sedang tertidur lelap. Di dalam hatinya, hanya satu nama yang terngiang-ngiang, 'Gadis'.

Gadis yang kini terkurung di penjara karena dituduh mencuri uang perusahaan tuan Antonio. Gadis adalah orang yang paling jujur yang pernah dia kenal. Tapi tak ada yang mau percaya padanya, bahkan Tuan Antonio sendiri, yang dulu dianggap sebagai orang terdekatnya.

"Ferdo, minumlah segelas air dulu ya. Kamu sudah berdiri terlalu lama.”

Suara Elena menarik perhatiannya. Wanita itu memegang gelas air dengan tangannya, senyumnya tetap terlukis di wajahnya meskipun Ferdo selalu meresponnya dengan dingin.

Dia menerima gelas dari tangan Elena dengan enggan, menyipitkan mata ketika melihat bekas luka di pergelangan tangan Elena, bekas yang dia dapatkan ketika menolong Luna saat kecelakaan terjadi, itu hanya omong kosong yang sengaja Elena karang sendiri demi mengambil hati Ferdo.

“Terima kasih,” ucapnya dengan suara pelan.

" El, tanganmu masih sakit?" tanya Ferdo, dia memperhatikan luka di tangan Elena yang masih terlihat jelas.

"Bagiku ini gak seberapa Fer, aku gak mentingin diri aku sendiri, yang penting keselamatan Luna. Aku sangat sayang sama Luna." Elena yang pintar akting, mengelus pipi tembem Luna yang sedang tertidur pulas.

"Kamu baik sekali, El.. Aku jadi gak enak sama kamu," ujar Ferdo dengan perasaan bersalah.

Elena tersenyum lebih lebar. "Ah, udahlah Fer, gak usah kamu pikir masalah itu. Aku lakukan ini karena aku sayang Luna. Oh ya, Luna bilang tadi siang dia pengen makan kue coklat. Dia katanya kangen banget sama kue muara yang aku buat. Aku pengen cepet pulang biar cepet bikinin dia kue itu."

"Mudah-mudahan besok ada keputusan dari dokter kapan kita bisa pulang," jawab Ferdo. Dia melihat Elena mulai menguap. "Kamu ngantuk, tidur aja duluan. Aku masih mau jaga Luna."

"Aku.." Elena duduk mendekati Ferdo. Dia menyandarkan kepalanya di bahu kiri Ferdo..

"Kamu.. Mau tidur seperti ini?" tanya Ferdo, ia merasa risih. Elena tak menjawab, ia malah malah memeluk Ferdo dan menenggelamkan kepalanya di dada ferdo.

"Aku gak tahan, Fer.."

" Maaf, maksud kamu, kamu gak tahan ngantuk?" suara Ferdo gugup, ia tak enak Elena makin agresif.

" Aku gak tahan menunggu kamu.. Aku ingin kamu terima cintaku.." jawab Elena tanpa malu. Ia mendekatkan wajahnya hingga Napasnya terasa hangat menyentuh pipi Ferdo.

Matanya memancarkan cahaya yang membuat Ferdo merasa terjebak. “Ferdo, aku suka kamu. Sudah lama aku suka kamu. Kenapa kamu tidak mau melihat aku? Aku bisa membuatmu bahagia, aku janji.”

Ferdo merasa jantungnya berdebar kencang. Dia ingin melarikan diri, tapi kaki dia seolah beku. “Elena, aku… aku belum siap. Ada banyak hal yang harus kupikirkan.”

“Kita tidak perlu memikirkan apapun sekarang, Ferdo,” bisik Elena lembut. Dia meraih dagu Ferdo dengan jari-jarinya yang lembut, memutar wajahnya agar menghadap dirinya. “Biarkan aku membantumu melupakan semua kesulitan sejenak.” Dia mendekatkan wajahnya, bibirnya siap untuk mencium Ferdo.

Ferdo ingin menolak, ingin mendorong Elena pergi. Tapi tiba-tiba, otaknya terasa seperti terkena kilat. Dia teringat surat yang dia baca dari Gadis kalau ia sudah bosan dengan Ferdo yang selalu miskin dan akan mencari pria kaya.

Kata-kata itu berputar-putar di benak Ferdo. Gadis yang dulu dia cintai, dia sudah mencoba melupakannya, tapi surat itu membuat semua kenangan kembali.

Dan apa yang mamanya katakan juga benar: dia tidak bisa melakukannya sendirian. Biaya perawatan Luna terus menumpuk, dan dia hampir kehabisan uang. Elena, dia memang suka dirinya, dan dia selalu membantu. Mungkin ini adalah tanda dari Tuhan? Mungkin Elena adalah orang yang dia butuhkan?

Ferdo melihat kembali ke wajah Elena, yang masih mendekat. Bibirnya sudah terbuka sedikit, menunggu. Tanpa sadar, Ferdo merapatkan wajahnya. Dan kemudian, bibir mereka bertemu dan saling berciuman.

Ciuman itu awalnya lembut, tapi perlahan-lahan menjadi lebih dalam. Ferdo merasa semua beban yang dia pikirkan tiba-tiba hilang, digantikan oleh rasa hangat yang menyebar di seluruh tubuhnya.

 Elena menggenggam leher Ferdo dengan erat, menariknya lebih dekat, dan dia pun menanggapi dengan sama penuh gairah.

 Cukup lama mereka berciuman, lupa dengan dunia di sekitarnya, lupa dengan Luna yang tertidur di ranjang, lupa dengan semua kesulitan yang mereka hadapi.

Tiba-tiba, bunyi ketukan pintu yang keras membuat mereka terkejut. Keduanya segera memisahkan diri, wajah mereka memerah karena malu.

“Maaf, ada orang yang di dalam?” suara perawat terdengar dari luar.

Ferdo merasa hatinya berdebar kencang lagi, tapi dia cepat berdiri dan menuju pintu. “Ada, silakan masuk!”

Pintu terbuka, dan seorang perawat muda memasukkan kepalanya. Dia melihat Ferdo dan Elena, yang keduanya terlihat cemas, dan dia sedikit mengerut kening. “Maaf mengganggu, pak. Aku ada tugas malam ini untuk memeriksa keadaan Nona Luna.”

“Ya, silakan,” katakan Ferdo dengan suara yang sedikit gemetar. Dia berdiri di samping pintu, menundukkan kepala karena malu. Dia tidak berani melihat wajah perawat, takut dia akan melihat tanda jijik atau candaan.

Perawat masuk dan menuju ranjang Luna, sambil mengambil alat pemeriksaan dari tasnya.

Sementara itu, Elena terdiam duduk di kursi yang tadi duduki Ferdo, wajahnya memerah tapi matanya penuh dengan kesal. Dia mengigit bibirnya, marah karena niatnya mendekati Ferdo terganggu tepat pada saat yang Ferdo bergairah.

Semua suasana yang indah tiba-tiba hilang, digantikan oleh kecemasan dan malu.

Tapi kemudian, Elena melihat Ferdo yang berdiri di sana, malu dan cemas, dan dia merasa senyum muncul di wajahnya.

 Meskipun terganggu, rencana berciumannya terlaksana juga. Dia sudah berhasil mencium Ferdo. Dan ciuman itu tidak sesederhana apa yang dia bayangkan. Itu penuh dengan gairah dan kehangatan, sesuatu yang dia cari selama ini.

"Aku selangkah lebih maju.. Tinggal beberapa langkah lagi aku bisa menguasai hatimu, Ferdo.."

1
Tie's_74
Haloo.. Minta dukungan untuk ceritaku yang ke 2 ya .. Makasih 😁🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!