Suami Pinjaman

Setelah dua hari mengurung diri di kamar, akhirnya Mita keluar dengan menenteng sebuah koper besar di tangannya, koper yang selama ini selalu Ia bawa di saat hendak bepergian.

Pak Purwa yang melihat anak kesayangan nya keluar pun bersyukur, namun kemudian Ia terkejut melihat apa yang di bawa Putrinya itu.

..." Mita sayang, kamu mau kemana Nak. Ini---- ini kenapa bawa bawa koper segala. " Tanya Pak Purwa langsung, Ia mulai khawatir dengan keadaan sang Putri....

Mita mendekat dan memeluk Ayahnya tersebut, Ia memeluknya sangat erat seakan hari itu adalah hari terakhir mereka bersama.

" Maafkan Mita Pa, tapi untuk saat ini ijinkan Mita untuk hidup mandiri. Mita ingin mencoba sesuatu yang baru, selama ini Mita selalu merepotkan Papa " Sekuat tenaga Mita menahan diri agar tidak menangis di depan sang Ayah.

..." Tidak Nak, kamu tidak pernah merepotkan Papa. Kamu itu anak kesayangannya Papa, bagaimana mungkin Papa merasa di repotkan "...

" Aku tahu Pa, tapi untuk kali ini saja Pa, Mita mohon "

..."Sebegitu besar luka di hatimu Nak sampai ingin pergi menjauh, maafkan Papa Nak " Batin Pak Purwa nelangsa....

" Baiklah Nak, Papa tidak akan melarang mu. Tapi apa Papa boleh tahu kamu mau kemana, agar Papa tidak was was dan kalau Papa merindukanmu Papa bisa menemui mu nanti "

Pak Purwa merelakan kepergian Putrinya, mungkin saat ini itulah yang terbaik.

" Mita hanya ke tempat Oma saja Pa, sudah lama Mita tidak kesana "

Hati Pak Purwa sedikit lega karena Putrinya tidak memikirkan macam macam hal yang bisa saja mencelakakan nya, setidaknya di tempat yang Putrinya tuju itu banyak keluarga nya yang pasti akan melindunginya. Oma yang di sebut adalah orang tua dari almarhumah istrinya.

" Terimakasih Pa, Papa selalu mengerti Mita. Mita sayang Papa " seru Mita bahagia.

Ia mencium pipi Ayahnya dan kemudian mencium punggung tangannya untuk berpamitan.

" Papa antar ya sampai bandara " Tawar Pak Purwa.

Mita dengan cepat menolak, Ia tidak ingin menganggu pekerjaan sang Ayah. Bagaimana pun juga Ayahnya itu masih di hadapkan dengan banyaknya pekerjaan yang harus segera di selesaikan.

" Tidak perlu Papa sayang, Mita sudah pesan taksi online kok, Papa disini saja dan lanjutkan pekerjaan Papa. Tenang saja Papa, Mita akan segera hubungi Papa kalau Mita sudah tiba di sana "

Sekuat apapun sang Ayah memaksa tidak akan bisa memaksa kehendak sang Putri, selama ini Putrinya itu memang sedikit keras. Apa yang di anggap nya benar pasti akan Ia perjuangkan dan tidak akan ada yang bisa mengubahnya. Meski begitu Pak Purwa sangat bersyukur karena selama ini Putrinya itu tidak pernah sekalipun mengecewakan nya.

***

Seminggu berlalu Ivan selalu menunggu kedatangan Mita di kantor miliknya, Ia masih begitu penasaran dengan semua yang terjadi.

" Kamu kemana sih Mita, sudah seminggu ini kamu tidak masuk kerja, apa kamu sakit " Gumam Ivan.

Ia kembali melanjutkan aktivitas nya, beberapa berkas masih menumpuk di atas meja kerjanya.

Di tengah kesibukannya Ia di kejutkan dengan ketukan pintu, karena terlalu sibuk Ia memerintahkan masuk tanpa melihat siapa di sana.

" Iya, silahkan masuk " Terdengar suara bariton nya dari luar.

Ia hanya mendengar langkah kaki semakin mendekat namun kemudian berhenti agak jauh dari meja kerjanya.

" Ada apa, letakkan saja di meja dan segera keluar "

Hingga satu menit dua menit tidak ada tanda tanda orang itu akan pergi, Ivan pun melirik sebentar. Di lihatnya yang berdiri tak jauh darinya adalah seorang wanita.

" Mita, akhirnya kamu datang juga, aku sudah menu_----

" A--- Andin ! "

Ivan terlontar kaget melihat siapa yang sedang berdiri di depannya saat ini, mulutnya tiba-tiba sulit berucap. Ia sempat mengira kalau itu adalah mantan kekasihnya yang Ia tunggu tunggu selama satu minggu ini.

" Iya Van, ini aku Andin. Maaf karena sudah mengganggumu "

Ada rasa kecewa di hatinya setelah mendengar kata apa yang di ucapkan suaminya. Ia semakin merasa bersalah dengan kondisi saat ini. Andin memilih pergi dari ruangan Ivan, namun Ivan dengan cepat mencegahnya.

" Andin tunggu " Ivan menahan lengan Andin menahannya agar tidak pergi.

" Maaf Van, seperti nya aku datang di waktu yang tidak tepat " Andin merutuki kebodohannya karena setuju dengan usul sang Bunda untuk datang ke perusahaan milik suaminya itu.

" Ah tidak Andin, tidak apa apa, kamu tidak menggangguku kok. Eh ini apa "

Ivan melihat sesuatu yang di bawa Istrinya itu. Andin menatap barang bawaannya dan tersenyum miris.

" Iya Van, ini makan siang untukmu. Hm Bunda yang membuatnya dan memintaku mengantarkannya untukmu, maaf karena aku tak bisa menolak dan lancang datang kemari " Andin menunduk kan wajahnya.

Senyum merekah di wajah Ivan, entah mengapa saat ini rasa lelahnya seakan hilang seketika. Seperti ada ribuan kupu kupu yang menari di perutnya, bahagia tak terkira.

" Wah kebetulan sekali saat ini aku sedang lapar dan Tuhan ternyata maha baik padaku. " Ucap Ivan langsung.

Ia membimbing Andin menuju sebuah sofa yang ada di dalam ruangannya itu, Andin bingung mengenai maksud ucapan Ivan barusan.

" Iya Andin, saat aku lapar ternyata Allah mengirimkan keberkahan dengan mengirim ISTRI KU kemari, jadi aku tidak perlu harus repot repot pergi ke luar untuk mencari makan "

Ivan lagi lagi menekankan kata ISTRI berharap wanita yang sudah Ia nikahi seminggu itu sedikit mengerti arti dirinya. Andin memaksakan diri untuk tersenyum menutupi rasa kecewanya.

" Apa ISTRI KU tidak ingin menyajikan makan siang ku ini agar aku bisa secepatnya menikmatinya, padahal aku sudah sangat lapar, apalagi aromanya ini loh ----- sangat menggoda "

Entah mengapa ada rasa yang aneh di hati Andin mendengar ucapan Ivan namun lagi lagi hatinya miris ketika mengingat bagaimana kondisi hubungan mereka.

" Ayo dong, aku sudah lapar " Pinta Ivan sedikit memohon.

Sebenarnya Ia bisa saja membukanya sendiri, namun tentu saja tidak Ia lakukan. Baginya ini adalah kesempatan yang baik untuknya, tidak akan Ia sia siakan.

Andin mulai membuka kotak bekal yang Ia bawa dan menyajikannya di depan suaminya.

" Ini Van, silahkan di makan " Andin berbicara tanpa berani menatap wajah Ivan.

Ivan memasukkan suapan pertama dalam mulutnya, sementara Andin mulai merasa was was. Ia khawatir mengenai respon Ivan atas makanan yang sedang Ia makan itu.

" Hambar "

Deg !

Apa yang di khawatirkan Andin ternyata menjadi kenyataan, ternyata bekal yang Ia bawa tidak sesuai selera Pria itu.

" Maaf " Ucap Andin, Ia semakin menunduk malu.

" Hm apa kamu ingin mencobanya Andin "

Ivan mengambil nasi dan lauk menggunakan tangannya langsung tanpa menggunakan sendok, Ia menyodorkan nya untuk Andin.

Dengan ragu Andin membuka sedikit mulutnya untuk mengecap rasa masakannya. Ia merasa tidak ada yang salah dengan itu.

" Ham " Ivan langsung memasukkan ke mulutnya sisa nasi yang masih berada di tangan nya.

" Eh kok rasanya beda ya sekarang, rasanya bahkan sangat enak. Apa kamu mau "

Andin mendadak malu, kali ini bukan malu karena hal yang buruk, tapi malu karena Ia baru menyadari kalau Pria di hadapan nya itu sengaja menggoda nya.

----