Ayra Khansa Adiba Dokter muda yang menjadi korban ke egoisan ke dua orang tuanya, ia hidup sendiri di ibu kota.
ia tak tau kemana ibunya pergi, sedangkan ayahnya sudah hidup bahagia dengan keluarga barunya.
Ayahnya memang bertanggung jawab atas pendidikan dan kehidupan Ayra, namun itu semua tidak di sukai oleh Ibu sambung dan saudara tirinya.
Yang membuat Ayra geram dan jengkel, dan Ayra bertekad untuk mengembalikan, semua uang ayahnya yang di keluarkan untuk membiayai kuliahnya.
Namun satu hal terjadi karena ulah kakak tirinya,yang membuat hidup Ayra berubah,apakah hidup Ayra berubah lebih apa atau malah memburuk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Kusumaningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DCMGA 23
Plakkkk
Suara tamparan nyaring terdengar di penjuru mushola, keheningan yang tercipta membuat suara tamparan tersebut terdengar hingga shaf depan.
" puas kamu" teriak seorang wanita paruh baya yang mengenakan mukena,tampak raut wajah sembabnya.
" apa maksud anda menampar menantu saya?" tanya Umma Annisa yang langsung berdiri dan pasang badan untuk sang menantu.
" Pasti kamu kan yang membunuh suami ku, emang dasar kamu ja**ng seperti ibumu, kamu telah merebut suami anak ku dan sekarang kamu membunuh suami ku" teriak Umi Yasmin ingin menyerang Ayra kembali.
Semua orang berbisik setelah mendengar ucapan Umi yasmin, sedangkan Ayra hanya diam, dia tidak takut, namun dia sedang menetralkan sakit di kepalanya.
" Ra loe okey enggak?" tanya Zahira dengan berbisik.
Namun Ayra hanya mengangukan kepalanya.
Suara Bariton yang terdengar dari arah belakang, menghentikan penyerangan Umi Yasmin pada Ayra.
" bukannya putri anda tercinta itu yang membunuh suami anda, Bu nyai Yasmin yang terhormat" Umma Annisa berbalik ke belakang saat mendengar suara yang familiar baginya.
" aba" gumam Umma Annisa ketika melihat sang suami berdiri dan di sampingnya anda sang putra dan juga di belakang mereka terdapat beberapa polisi.
Raut wajah Umi Yasmin tampak pucat pasi, dan ia tampak sekali ketakutan saat melihat polisi di belakang Alfarezeel.
Kiyai Ibrahim dan Alfarezeel berjalan membelah kerumunan, banyak santri yang berbisik melihat ketampanan Alfarezeel, dan juga beberapa orang berbisik apa yang di katakan Kiyai Ibrahim.
" dimana sampean sembunyikan anak kesayangan sampean itu? bu nyai Yasmin" tanya Kiyia Ibrahim dengan nada tegas, yang tak biasa ia tunjukkan di depan umum, karena beliau terkenal dengan keramahan ,sikap santai dan juga suka guyonan ( becanda)
" a- apa ma- maksud kiyai?" tanya Umi Yasmin terbata- bata.
Kiyai Ibrahim mengeluarkan dua amplop dan menyerahkan kepada orang di samping Umi Yasmin yang tak lain adalah saudara kiyia Luqman sendiri.
" Surat penangkapan Naura? bukannya Ayra yang membunuh ayahnya?" tanya seseorang yang berada di samping Umi Yasmin.
" kenapa anda bisa menyimpulkan bawah istri saya yang membunuh ayahnya? dan tolong baca amplop satunya, bawah sidik terdapat sidik jari Ning Naura yang menempel di gunting yang tertancap di leher Kiyai Luqman" ucap Alfarezeel tegas.
Orang tersebut membuka amplop berlogo rumah sakit tersebut, setelah membaca hingga akhir ia menatap Umi Yasmin dengan tatapan tajam.
" kenapa kamu sembunyikan ini semua Yasmin?" tanya Wanita tersebut, ia adalah Nyai Latifah ,kakak kandung kiyai Luqman.
" pasti mereka bohong mb,apalagi Ayra pasti ia takut Gus Al di rebutan oleh Naura" Umi Yasmin masih saja membela diri.
Plakkkk.....
Tanga Nyai Latifah menyentuh pipi Umi Yasmin, hingga dirinya yang belum siap akan itu terjatuh.
" memang kurang ajar kamu" emosi Nyai Latifah memuncak hingga membuat Ayra datang menghampiri budenya.
" Budhe tenang budhe, kasian ayah jika kita bertengkar, kita selesaikan urusan ini nanti,setelah mengebumikan Ayah" bisik Ayra mencoba menenagkan budhenya.
" bawa dia pak, dan tolong cari Anaknya hingga ketangkap" pinta kiyai Ibrahim pada anggota kepolisian.
Polisi kemudian membawa Umi Yasmin, sedangkan Kiyai Ibrahim berjalan dan mengambil posisi depan untuk menjadi imam sholat jenazah, di ikuti oleh Alfarezeel.
Sedangkan Ayra masih menenangkan budhenya yang tampak sedikit masih emosi.
" Nduk... maafin budhe selama ini udah salah sangka sama kamu ndukk...." ucap Nyai Latifah di sela tangisannya dalam dekapan Ayra.
" Budhe enggak salah" jawab Ayra singkat.
...****************...
Setelah acara pemakaman selesai Ayra dan Alfarezeel pamit pulang, atas permintaan Ayra, karena ia ada jaga malam hari ini, itu alasan Ayra untuk cepat pulang.
Kini mereka sudah dalam perjalanan pulang, Alfarezeel sebenarnya tidak enak denan keluarga kiyai Luqman yang lain, namun Ayra kekeh untuk pulang, ia tadi berniat ingin naik kereta atau bus jika Alfarezeel tidak ingin mengantarkannya.
Alfarezeel menatap sang istri yang sedang berkutat dengan ponselnya, entah bertukar pesan dengan siapa, namun sedari tadi pandangannya tak lepas dari ponsel miliknya.
"ekhmmm"
Mendengar deheman tersebut Ayra menoleh sekejap, kemudian kembali fokus dengan ponselnya.
" Kamu yakin langsung ke rumah sakit?" tanya Alfarezeel memecah keheningan yang ada sedari tadi.
"antar saja saya ke toko Gus, sepertinya saya harus berganti baju dan mengambil perlengkapan saya" jawab Ayra kemudian kembali fokus ke ponselnya lagi.
" apa ada pasien darurat?" tanya Alfarezeel.
" Yahh.... salah satu pasien saya, bayi sungsang dan ada komplikasi saat hamil" jawab Ayra tenang.
Alfarezeel kemudian kembali diam, hingga ia melihat Ayra sedikit lega dan melepaskan ponselnya.
" huh" Ayra membungan nafas kasar, namun asa sedikit kelegaan di dirinya.
" bagaimana?" tanya Alfarezeel kembali.
" Alhamdulillah teratasi Gus" jawab Ayra yang sedikit lebih lega.
" Alhamdulillah " gumam Alfarezeel.
Alfarezeel melihat raut wajah Ayra yang tampak begitu lelah dan wajah yang masih sedikit pucat.
" benar kata abah dan aba, enggak boleh langsung judge orang, aku belom mengenal dia sepenuhnya atau bahkan aku belom mengenal dia sama sekali, bahkan dia masih membuat tembok di antara kita" gumam Alfarezeel sesekali melirik ke arah Ayra.
" Kamu tidak mau libur saja?aku bisa memberimu ijin" ucap Alfarezeel, berusaha untuk terlihat dekat dengan Sang istri.
Ayra melirik ke arah Suaminya yang kini fokus menyetir, kata Aku terdengar aneh saat di ucapan kan oleh sang suami.
..." Tidak usah Gus, sudah tugas saya, saya tidak enak baru masuk seminggu sudah izin lama"balas Ayra....
Alfarezeel kemudian diam tak ingin membalas ucapan Ayra, hingga akhirnya mereka tiba di depan toko Ayra pukul setengah lima sore.
" Terima kasih Gus atas tumpanganya, dan untuk kemarin,maaf kalau saya terlalu banyak ngerepotin atau anda mau mampir dulu?" ujar Ayra basa basi.
Alfarezeel menatap tajam ke arah Ayra, tatapan yang mengintimidasi.
" em-- kenapa anda menatap saya seperti itu,?" tanya Ayra, berfikir jika ada salah ucapannya.
" Kamu ingat aku siapa?" Tanya Alfarezeel yang masih menatap Ayra.
Ayra hanya mengangukan kepala untuk menjawab pertanyaan Alfarezeel, ia gugup karena kepala Alfarezeel semakin dekat dengan dirinya, ia takut jika Alfarezeel akan menciumnya lagi,walau mereka sudah menikah.
" Kamu ngusir aku?" tanya Alfarezeel kembali, pelan namun tegas.
Dengan cepat Ayra sedikit menjauhkan kepalanya dan menggelekannya, " kan saya tadi nawarin anda untuk mampir Gus" jawab Ayra dengan muka polos.
Alfarezeel yang melihat Ayra tampak ketakutan kemudian menarik mundur badanya untuk menjauh dari sang istri.
" turun" pinta Alfarezeel.
Ayra kemudian membereskan barangnya " sekali lagi terima kasih Gus, atas tumpanganya " ujar Ayra sebelum dirinya benar- benar turun.
Alfarezeel memandang punggung sang istri hingga hilang di balik pintu ruko,langkah berat terlihat jelas.
" Apa pernikahan ini bisa pertahan lama?"
segitu GK pedulinya kah ia pd anak kandungnya .. selalu dapat ketidak adilan dr ibu/kakak tirinya
semangat ya!
semangat selalu ya kak🤍