NovelToon NovelToon
Menantu Pilihan Untuk Sang CEO Duda

Menantu Pilihan Untuk Sang CEO Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Romantis / Diam-Diam Cinta / Duda / Romansa
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: ijah hodijah

“Fiona, maaf, tapi pembayaran ujian semester ini belum masuk. Tanpa itu, kamu tidak bisa mengikuti ujian minggu depan.”


“Tapi Pak… saya… saya sedang menunggu kiriman uang dari ayah saya. Pasti akan segera sampai.”


“Maaf, aturan sudah jelas. Tidak ada toleransi. Kalau belum dibayar, ya tidak bisa ikut ujian. Saya tidak bisa membuat pengecualian.”


‐‐‐---------


Fiona Aldya Vasha, biasa dipanggil Fio, mahasiswa biasa yang sedang berjuang menabung untuk kuliahnya, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah karena satu kecelakaan—dan satu perjodohan yang tak diinginkan.

Terdesak untuk membayar kuliah, Fio terpaksa menerima tawaran menikah dengan CEO duda yang dingin. Hatinya tak boleh berharap… tapi apakah hati sang CEO juga akan tetap beku?

"Jangan berharap cinta dari saya."


"Maaf, Tuan Duda. Saya tidak mau mengharapkan cinta dari kamu. Masih ada Zhang Ling He yang bersemayam di hati saya."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijah hodijah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

“Yang waktu aku bilang aku tidak suka kamu panggil aku Tuan Duda.”

Fio menatapnya lama, lalu tertawa kecil. “Ya ampun... itu romantis versimu? Kamu tuh kayak batu es dikasih kuota romantis cuma satu MB!”

Darrel tetap menatap ke depan, tapi suaranya terdengar menahan tawa. “Tapi kamu tetap suka, kan?”

Fio terdiam sejenak, lalu pura-pura menatap ke luar. “Huh... siapa juga yang suka sama duda dingin.”

“Duda dingin yang kamu tunggu jemput tiap siang,” balas Darrel santai.

Fio memutar bola matanya tapi tak bisa menahan senyum kecil yang muncul diam-diam.

***

Di kampus.

Mobil hitam milik Darrel berhenti tepat di depan gerbang kampus. Mahasiswa lalu-lalang menatap penasaran — mobil mewah itu sudah jadi bahan berita viral sejak beberapa hari lalu.

“Udah sampai,” ujar Darrel datar sambil mematikan mesin.

Fio menatap sekeliling canggung. “Ehm... kamu parkir di sini aja? Nanti diliatin orang, loh.”

Darrel menatap lurus ke depan. “Biar aja. Mereka punya mata, bukan punya hak veto.”

“Lah, itu maksudnya apa lagi...” Fio mendesah pelan, lalu menunduk. “Aku turun dulu, ya.”

Tapi belum sempat dia membuka pintu, Darrel menahan pergelangan tangannya pelan.

Fio menoleh, refleks. Wajah mereka hanya berjarak beberapa jengkal.

“Kalau ada yang ganggu kamu lagi... bilang.”

Suara Darrel tenang, tapi ada nada tegas dan lembut yang sama-sama membuat dada Fio hangat.

Fio menatapnya bingung. “Ganggu? Siapa yang mau ganggu aku?”

Darrel mengangkat alis. “Kamu pikir aku tidak tahu gosip yang sempat nyebar?”

Fio terdiam sejenak, lalu menunduk. “Itu udah lewat kok... Aku udah biasa dikata-katain.”

“Jangan biasain.” Nada Darrel berubah sedikit tajam. “Kamu pantas dihormati, bukan direndahkan.”

Deg.

Fio terdiam beberapa detik, lalu buru-buru menutupi wajahnya dengan buku. “Eh, kok kamu bisa bicara seperti itu sih... Tuan—eh maksudku, Darrel.”

Darrel menatap lurus. “Karena itu kenyataan.”

“Kenapa tiba-tiba kayak tokoh dracin gini? Jangan-jangan kamu lagi demam?” Fio pura-pura nyentuh kening Darrel pakai punggung tangannya.

Darrel langsung menahan tangannya dan melepaskannya pelan. “Turun sana, nanti terlambat.”

Fio mencibir kecil. “Iya iya, nih, majikan dingin.”

Saat ia turun dari mobil, Darrel menurunkan kaca jendela sedikit.

“Fio,” panggilnya singkat.

Fio menoleh. “Apa lagi, Tuan—eh, Darrel?”

Darrel memandangnya serius sejenak, lalu mengucap pelan, “Jangan ngebut.”

“Hah?”

“Motor kamu. Jangan ngebut.”

“Ya ampun, segitunya banget dijagain. Kamu tuh suami atau CCTV?”

Darrel tak menjawab, hanya menatap dengan ekspresi datar tapi sorot matanya dalam.

Fio mendengus, tapi pipinya memanas sendiri. “Udah ah, aku masuk dulu!”

Ia berjalan cepat ke arah gerbang, sementara Darrel masih memandangi punggungnya dari balik kemudi.

Ada senyum samar di sudut bibirnya — tak terlalu jelas, tapi nyata.

Kampus, pagi menjelang siang.

Begitu Fio melangkah masuk ke area fakultas, tatapan-tatapan langsung menghujani dari segala arah.

Bisik-bisik pun mulai terdengar.

“Itu mobilnya lagi kan?”

“Fio turun dari mobil mewah itu lagi!”

“Jangan-jangan... disponsori?”

“Ah, masa sih? Dia kan Fio yang dulu kerja di kafe itu!”

Fio hanya mendengus sambil mengangkat alis tinggi. “Ya ampun, kampus atau infotainment sih ini?” gumamnya sambil menunduk dan mempercepat langkah.

Baru sampai di depan kelas, Ismi langsung menyeret lengannya. “Fioooo! Cerita dulu, ya ampun, itu cowok siapa lagi yang nganterin kamu? Mobilnya tuh udah kayak punya presdir!”

Fio menjawab santai sambil menyalakan laptop. “Presdir? Hmm… bisa jadi.”

“Lah, kamu ngaku?!?” Ismi membelalak.

Fio cuma tersenyum misterius. “Cuma bercanda, Mi. Jangan tegang amat.”

Elang yang baru lewat langsung nyelutuk, “Wih, Fio udah makin tajir aja nih. Jangan-jangan abis dapet rezeki nomplok ya?”

Fio terkekeh. “Rezeki nomplok? Bisa dibilang begitu. Rezeki yang jatuh dari langit, nabrak aku dulu baru jatuh.”

Semua teman langsung ngakak, tapi tak satu pun tahu kalau ucapan itu sebenarnya benar-benar terjadi.

Mamanya Darrel menabraknya — dan dari sanalah hidup Fio berubah.

Ismi masih memandangi Fio dengan wajah penasaran.

“Fi, jujur deh. Cowok itu siapa sih sebenernya? Kamu tuh aneh akhir-akhir ini. Dulu susah banget bayar uang ujian, sekarang tiba-tiba... ya, berubah.”

Fio tersenyum samar sambil menatap ke luar jendela. “Kadang hidup tuh lucu, Lin. Yang datang nyenggol dikit, eh... ternyata dia jadi bagian dari jalan cerita kita.”

Ismi terdiam, lalu memukul pundaknya pelan. “Aduh, kamu makin ngomong kayak drama Cina aja.”

“Ya iyalah,” Fio memutar bola matanya. “Aku kan istri—eh, maksudnya—pecinta drakor sejati!”

Dia cepat-cepat meralat, membuat Linda curiga tapi akhirnya hanya tertawa.

---

Sementara itu, dari jauh di mobilnya, Darrel masih memandangi gerbang kampus lewat kaca spion sebelum akhirnya melajukan mobilnya pergi.

Raut wajahnya tetap dingin, tapi kedua tangannya menggenggam setir sedikit lebih erat dari biasanya.

Ada sesuatu yang berubah, meski ia sendiri tak mau mengakuinya.

***

Pagi ini, ruang kelas mendadak heboh. Semua mahasiswa yang tadi ribut langsung diam begitu pintu terbuka.

Langkah seseorang yang tinggi tegap masuk dengan jas hitam dan wajah yang… bikin hampir semua mahasiswi terpana.

“Ya ampun…” Linda menunduk setengah berbisik ke Fio. “Dosen pengganti ini… tampan banget, Fi. Tapi auranya serem.”

Linda sendiri baru duduk sekitar lima menitan. Ia bilang karena bangun kesiangan setelah nangis gara-gara nonton drama Cina.

“Duh, kalau killer-nya kayak gitu sih, aku rela tiap hari disuruh revisi,” celetuk salah satu teman perempuan di belakang, disambut tawa kecil.

Fio hanya nyengir. “Cakep sih, tapi kelihatan banget ini tipe yang bisa marahin orang tanpa perlu teriak.”

Dosen itu menatap kelas sekilas sebelum bicara, suaranya dalam dan tenang

.

“Selamat siang. Kenalkan ama saya Pak Dastam, saya akan menggantikan Pak Damar untuk sementara.

Fio berdiri dan berjalan ke depan kelas bersama kelompoknya, berusaha menenangkan jantungnya yang berdetak cepat. Ia sempat melirik ke arah dosen baru yang berdiri di depan — tinggi, tegap, berwajah tenang tapi sorot matanya tajam dan penuh wibawa.

Fio melirik lagi. Ya ampun, ganteng banget, batinnya. Tapi aura dosen itu dingin dan tegas, bikin siapa pun segan untuk salah bicara. Bahkan beberapa mahasiswi di bangku belakang yang biasanya suka ribut pun kini diam seribu bahasa.

“Silakan mulai,” ucap Pak Dastan datar, menatap Fio dan kelompoknya dengan ekspresi netral — tapi entah kenapa tatapan itu membuat Fio meneguk ludah berkali-kali.

“Ba-baik, Pak,” Fio mulai membuka presentasi dengan suara sedikit bergetar. “Topik kami adalah—”

“Volume suaranya bisa sedikit dinaikkan, mahasiswa,” potong Pak Dastan tanpa menoleh, tapi nadanya cukup untuk membuat Fio refleks tegak lurus seperti prajurit kena teguran.

“Ma-maaf, Pak,” katanya cepat, lalu mencoba lagi dengan suara lebih jelas.

Kelompoknya mulai memaparkan hasil kerja mereka, dan Fio sempat beberapa kali kehilangan fokus karena gugup. Teman satu kelompoknya, Ardi, nyengir dan berbisik pelan, “Fi, ini dosen apa model majalah? Tegang banget suasananya.”

“Diam, nanti dia denger,” balas Fio dari sudut bibir tanpa menoleh.

Begitu giliran sesi tanya jawab, Pak Dastan menyandarkan diri ke meja dengan tangan terlipat di dada. “Oke, kelompok tiga. Siapa yang menyusun bagian analisis data ini?”

“Sa-saya, Pak.”

“Hmm…” Tatapan dosen itu berpindah tepat ke arah Fio. “Kalimat di sini ambigu. Kamu bisa jelaskan maksudnya apa?”

Fio berusaha menjawab, tapi lidahnya rasanya kaku. “Maksudnya, eee… jadi, kami menganggap kalau data itu… hmm…”

Beberapa mahasiswa menahan tawa kecil. Fio makin gugup.

Akhirnya Pak Dastan menatapnya lebih lama, lalu mengangguk kecil. “Lain kali, jangan asal menulis, tapi pahami konteksnya. Kamu punya potensi, tapi terlalu gugup. Santai saja.”

Suara lembutnya membuat Fio menunduk, pipinya merah padam.

Begitu mereka selesai, teman-teman Fio langsung menarik napas lega.

“Ya ampun, Fi, deg-degan banget! Tapi dosennya keren, sih,” kata Sinta.

“Cocok banget kalau main drama kampus: The Handsome Killer Lecturer,” timpal Ardi sambil terkekeh.

Fio hanya geleng-geleng, masih merasa malu sendiri karena sempat gagap di depan dosen baru itu.

“Udah deh, yang penting selesai. Aku mau pulang, takut salah tatap lagi,” gumamnya pelan sambil membereskan laptop. Dia ingin cepat-cepat pergi sebelum jantungnya semakin berisik gara-gara dosen baru yang karismatik itu. Tapi baru saja langkahnya sampai di pintu, suara berat dan tenang itu memanggil—

“Mahasiswa atas nama… Fio, tolong ke ruangan saya sebentar.”

Glek.

Bersambung

1
Ilfa Yarni
waduh ada saingan darrel nih jgn sampe kepincut ya fio kasian darrel, nanti patah hati 2 kali bundir lg darrel udah sempurna buat km ya fio walaupun duda tp duda tajir melintir
Dar Pin
asli hiburan Thor bacanya nggak tegang tp ngalor tau tau habis 💪 Thor lanjut
Ilfa Yarni
romantisnya udah td malam emang km ngelakuin apa tadi malam km mencuri ya mencuri cium dan peluk maksudmya
Dar Pin
adu duh tuan duda marah deh asli Thor hiburan banget bacanya 😄
Ijah Khadijah: Terima kasih
total 1 replies
Ilfa Yarni
aduh tuan duda kulkas knp sih orang lg belajar kelompok malah di suruh pulang katanya ga cemburu trus knp marah2 ga jelas dasar bilang aja cemburu pake gengsi sgala aduh duh duh tuan duda
Ijah Khadijah: Keduluan gengsi kak🤭
total 2 replies
Dar Pin
bacanya ngakak terus deh lucu lucu gemes 🙏💪
Ilfa Yarni
jiaah darrel blingsatan ga karuan cemburu ya fio jln sama laki2 lain sampe ga fokus ngantor dan marah2 ga jelas wah seperti kemakan omongan sendiri nih ngomong ke fio jgn mengharap cinta dariku eee ternyata km yg mengharapkan cinta fio mang enak kena panah asmara
Ilfa Yarni
wah perkembangan darrel cepat ya udah ada aja tuh getar2 cinta fi hatinya buat fio buktinya dia merasa ga suka fio deket2 laki2 lain
Ilfa Yarni
hahahaha trus aja ngocehfio biar tuan duda kulkas kesel tp lama2 suka
Ilfa Yarni
hahahaha kata2nya fio ada gerakan yg mencurigakan di sudut bibirmu dikirain td dimana ga taunya di sudut bibir kata2nya itu loh yg bikin ketawa fio bukan cerewet tuan duda tp, bar bar kan asyik duniamu jd berwarna ga dingin dan kaku lg
Ilfa Yarni
aku klo baca celotehan fio ini ketawa sendiri ada aja yg keluar dr mulutnya itu fio sangat cocok sama tuan duda yg dingin dgn judul pria kutub dan gadis bar bar
Ijah Khadijah: Semoga terhibur kakak🥰
total 1 replies
Ilfa Yarni
aduh bener2 kasian fio klo kyk gini cepat darrel hapus berita2 itu sebelum fio membacanya to tmnnya udah kasih tau aduh gmn ini
Ilfa Yarni
fio km trus terang aja sama sahabat2mu biar mereka ga salah paham km sudah menikah dgn duda kulkas
Ilfa Yarni
tuan duda es batu lama2 akan mencari jgn tingkah dan sifat fio yg ceria dan bar bar malah nanti dia bakal bikin aku deh eh eh eh temen2nya fio kepo nih fio turun dr mobil mewah temenya pasti syok klo tau fio udah nikah sama tuan duda
Ilfa Yarni
hahahaha aku suka karakter fio SD aja jawabannya yg bikin aku ketawa lama2tuan duda jatuh hati jg sama fio tunggu aja
Ilfa Yarni
walinya diwakilkan saja krna ayahnya fio ga mau tau dgn anknya fio krn dia punya istri baru ank kandung ditelantarkan dan ga diacuhkan lg
Ilfa Yarni
mereka sama2 memendam rasa tp mereka blom menyadarinya aplg dikulkas 12 pintu itu alias darrel blom sadar dia hatinya udah kecantol fio krn luka lama dia menyangkal apa yg dia rasakan
Ilfa Yarni
dasar ayah tak bertanggung jwb mentang2 ada istri baru ank kandung dilupakan semoga kdpnnya hidup pak tua sengsara
Ilfa Yarni
dicoba ya fio jgn nolak siapa tau darrel memang jodoh km
Ilfa Yarni
hahahaha cewek seperti fio yg ceria cocok sama darrel sipria kulkas 12 pintu agar hidupnya mencair dan berwarna segitu aja sudut bibirnya udah mulai terangkat lama2 jg bucin aku yakin banget deh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!