Sepuluh tahun lalu, Sekar kenanga atmaja dan Alex Mahendra prakasa terlibat dalam sebuah perjodohan dingin tanpa cinta. Di usianya yang masih belia, Sekar hanya memusatkan pikirannya pada impian yang ingi diraihnya. Dengan segala cara dia ingin membatalkan perjodohan itu. Namun sebuah tradisi dalam keluarganya sulit sekali untuk dilanggar. Pendapatnya sama sekali tidak di dengar oleh keluarganya. Sampai pada hari pertunangannya dengan Alex tiba. Sekar dengan berani menolak putra dari keluarga Prakasa tersebut. Gadis 18 tahun itu pergi meninggalkan acara dan Alex dengan luka samar, karena ditolak dengan kasar di hadapan banyak orang.
Kini takdir kembali mempertemukan mereka dalam ikatan bisnis. Sekar yang kini menjadi model terkenal dan di kenal dengan nama 'Skye' akan menjadi wajah utama untuk ATEEA group. Sebuah perusahaan fashion ternama yang ternyata dipimpin oleh Alex Mahendra prakasa, sang mantan calon suaminya.
Akankah bisnis ini batal seperti perjodohan mereka? simak disini ..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 #API CEMBURU DI BALIK KEWAJIBAN
Kantor Mahendra Group, Dua Puluh Hari Kemudian
Dua puluh hari telah berlalu sejak Alex mengantar Sekar pulang dan membuat perjanjian satu bulan dengan Ibunya. Hidup Alex kini didominasi oleh dua hal yang saling bertentangan: tumpukan pekerjaan di kantor yang menuntut perhatiannya, dan kencan yang membosankan dengan Miranda yang harus ia jalani demi menenangkan Ibunya.
Kencan yang sudah kesekian kalinya, tetapi belum ada satu pun yang bisa membuat hati Alex menyisihkan nama Sekar. Sebaliknya, setiap kencan justru memperjelas jurang pemisah antara Miranda dan Sekar.
Miranda ini sangat jauh jika dibandingkan dengan Sekar. Semakin hari, sifat manjanya yang berlebihan semakin terlihat jelas bagi Alex. Miranda menuntut perhatian penuh, selalu memilih tempat-tempat yang paling mewah dan eksklusif, dan mencari pengakuan publik. Alex merasa seperti sedang mengurus boneka porselen mahal yang rapuh, bukan mencari pasangan hidup.
Sifat manja Miranda memuncak saat mereka berada di sebuah galeri seni. Seorang pengunjung tidak sengaja menyenggol Miranda, membuat lipstik di pipi Miranda sedikit tergores. Untuk hal sekecil itu, Miranda bisa marah besar, menuntut manajer galeri untuk tidak lagi memperbolehkan pengunjung tersebut masuk kesana dan membuat keributan yang menarik perhatian banyak orang. Alex harus turun tangan, meminta maaf, dan menenangkan situasi yang tidak perlu.
Hal itu membuat Alex ingin segera mengakhiri semuanya. Ia muak dengan kepura-puraan, keangkuhan yang rapuh, dan tuntutan Miranda. Namun, masih tersisa waktu sepuluh hari lagi, dan dia tidak bisa mengakhirinya sekarang. Jika dia melakukannya, pasti Ibunya akan membuat perdebatan yang jauh lebih besar dan lebih melelahkan. Alex memilih menahan diri, membiarkan waktu yang membuktikan bahwa Miranda tidak cocok baginya.
✨✨
Toko Perhiasan
Siang itu, Alex dan Miranda berada di sebuah toko perhiasan mewah. Miranda berjalan dengan anggun, menyuruh pramuniaga mengeluarkan berlian dan batu permata yang paling mahal. Miranda sibuk sendiri, mencoba gelang dan kalung, sesekali meminta pendapat Alex yang ia abaikan saat Alex mulai berbicara.
Alex mengikuti Miranda, tatapannya hampa. Namun, di sudut ruangan, perhatian Alex teralih pada sebuah kalung sederhana, berliontin kecil dari safir biru tua, yang mengingatkannya pada warna mata Sekar.
Dia melihat-lihat kalung itu. Tanpa sadar, Alex membayangkan kalung itu melingkari leher Sekar. Ia membayangkan bagaimana safir biru itu akan berkilau di kulit Sekar, kontras dengan rambut Sekar yang gelap. Alex tersenyum tipis, senyum yang tulus, yang sudah lama tidak muncul saat ia bersama Miranda.
"Kalung ini pasti sangat cocok untuknya. Sederhana, tetapi kuat dan tajam."
Lamunan Alex terhenti ketika Miranda berbalik.
"Alex, kau melamun! Aku jadi tidak jadi beli, kalungnya terlalu biasa. Ayo, aku lapar. Aku hanya mau makan di restoran Italia terbaru di puncak gedung itu," pinta Miranda manja.
Lagi-lagi, Alex membandingkannya dengan Sekar, meskipun hanya dalam hatinya. Sekar dulu akan senang jika mereka hanya makan di warung soto langganan mereka, asalkan bisa bercanda dan berbagi cerita. Miranda hanya mau kemewahan, Sekar hanya mau waktu.
Restoran Mewah dan Api Cemburu
Mereka tiba di restoran mewah. Miranda segera memesan makanan yang paling mahal dan rumit. Setelah beberapa menit percakapan yang terasa dipaksakan, Miranda pamit ke toilet, dengan alasan harus memperbaiki make up-nya yang sempurna.
Dalam kesempatan emas itu, Alex tidak menyia-nyiakannya. Dia segera membuka ponsel. Tangannya otomatis menjelajahi akun sosial media milik Sekar. Alex tahu Sekar sedang meliburkan diri, menghabiskan waktu di rumah sambil menyembuhkan kakinya. Ia hanya melakukan pekerjaan endorse kecil-kecilan dari rumah, tanpa harus pergi ke runway besar.
Awalnya, Alex tersenyum sendiri. Sekar mengunggah video endorse sambil tertatih-tatih dengan kruk, membuat postingan itu terlihat unik dan lucu. Tak hanya endorse, Sekar juga mengunggah kesehariannya di rumah. Alex melihat video di mana Sekar sedang mencoba memasak tetapi gagal total, dan dimarahi oleh Ibunya, Rina. Tentu saja, video itu diselingi oleh Fabian yang selalu jahil padanya, merekam saat Sekar panik memadamkan asap kecil di dapur.
Tanpa disadari Alex, ia tertawa kecil, tawa yang lepas dan tulus. Ia melihat kelucuan dua saudara dalam video berdurasi kurang dari dua menit itu. Sekar terlihat bahagia, dikelilingi oleh keluarganya. Alex merasa tenang, seolah melihat kepingan puzzle yang hilang.
Namun, tawanya maupun senyumnya mendadak menghilang saat ia scroll ke bawah.
Sekar mengunggah beberapa foto-foto lucunya bersama Rino. Foto-foto itu menunjukkan Rino dan Sekar sedang berpose konyol di sofa, tertawa bersama, dan di salah satu foto, Rino terlihat membantu Sekar menopang tubuhnya saat Sekar mencoba berdiri.
Kontrak besar ATEEA sudah diluncurkan, hanya sisa penyelesaian kontrak sebagai brand ambassador saja. Alex tahu, ia tidak lagi bisa melarang Sekar dekat dengan pria lain. Sekar sudah memenuhi kewajibannya.
Foto itu bercaption: @SKye.SKA Designer yang sabar dan Model yang cacat, Cheers!
Meskipun caption-nya tampak profesional, keintiman dan keakraban di foto itu berhasil membakar hati Alex menjadi abu. Rasa cemburu yang gelap dan kuat, yang sudah lama ia coba tekan, kini meletus.
Alex mencengkeram ponselnya erat-erat di bawah meja. Ia merasa sesak. Dia bahkan tidak bisa menunggu sampai kakinya sembuh total? Dia sudah menemukan pria baru yang siap mengisi tempatku? Pria yang tidak ku izinkan menyentuhnya.
Rasa panas menyebar di dadanya. Semua rasa muak terhadap Miranda seketika terlupakan. Yang tersisa hanyalah amarah yang fokus pada Rino. Alex tidak tahan melihat pria lain bisa membuatnya tertawa, bisa menyentuhnya, bisa berbagi kehangatan di rumah Sekar, di tempat yang seharusnya Alex tempati.
Alex mengangkat wajahnya, rahangnya mengeras. Ia tidak lagi peduli pada Ibunya atau sisa waktu sepuluh hari. Ia tahu ia harus melakukan sesuatu.
Miranda kembali dari toilet. "Alex, kenapa wajahmu tegang? Ada masalah di kantor?"
Alex menatap Miranda, tetapi matanya menembus wajah wanita itu, melihat Sekar yang tertawa bersama Rino.
"Tidak ada," jawab Alex, suaranya serak. "Aku harus pergi, Miranda. Ada rapat mendadak yang tidak bisa ditunda. Kita lanjutkan kencan ini lain kali."
Alex langsung berdiri, tanpa menunggu persetujuan Miranda. Ia meninggalkan Miranda yang kebingungan di restoran mewah itu, dan langsung menuju mobilnya. Pikirannya hanya satu, Rino.