Melina Lamthana tak pernah merencanakan untuk jatuh cinta ditahun pertamanya kuliah. Ia hanya seorang mahasiswi biasa yang mencoba banyak hal baru dikampus. Mulai mengenali lingkungan kampus yang baru, beradaptasi kepada teman baru dan dosen. Gadis ini berasal dari SMA Chaya jurusan IPA dan Ia memilih jurusan biologi murnni sebagai program studi perkuliahannya dikarenakan juga dirinya menyatu dengan alam.
Sosok Melina selalu diperhatikan oleh Erick seorang dosen biologi muda yang dikenal dingin, cerdas, dan nyaris tak tersentuh gosip. Mahasiswi berbondong-bondong ingin mendapatkan hati sang dosen termasuk dosen perempuan muda. Namun, dihati Erick hanya terpikat oleh mahasiswa baru itu. Apakah mereka akan bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Greta Ela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Besoknya, ada pemberitahuan bahwa hari ini Bu Luna tidak mengajar lagi dikampus itu. Bu Luna akan pindah ke Universitas Saani. Beberapa mahasiswa ada yang merasa senang tapi dikelas biologi, Bu Luna sangat diminati banyak kalangan mahasiswa termasuk Melina.
"Mel, padahal Bu Luna baru dua kali ngajar dikelas kita kok tiba-tiba sudah pindah aja ya?" ujar Bunga kelihatan sedih
"Aku juga tidak tahu. Lalu siapa nanti dosen pengganti Bu Luna."
Diruang dosen, Bu Luna berpamitan bersama dosen-dosen lain. Ia menjabat tangan bergiliran hingga sampai ke tangan Pak Erick dan Ia menjabatnya singkat.
"Bu Luna, semoga dikampus baru anda bisa beradaptasi dengan baik. Kami dosen-dosen disini menunggu kabar baik anda." ucap Kepala Jurusan.
"Baik, ibu terima kasih. Untuk Profesor, Doktor, dan bapak ibu dosen yang saya hormati, saya bersyukur dan berterima kasih atas apa yang telah kita lakukan bersama dikampus ini. Saya memilih untuk mengakar dikampus lain dikarenakan saya mendapat informasi bahwa saya pindah tugas (padahal Ia ingin menjauh dari Erick). Untuk itu, saya izin pamit Pak, Bu."
Setelah berpamitan, Bu Luna lalu pergi. Ia tak menatap Erick, Ia langsung membungkuk dan langsung berjalan ke parkiran mobilnya. Setelah Ia masuk ke mobil, air matanya mulai jatuh. Ia harus memaksa dirinya untuk tidak terikat pada Pak Erick lagi.
Bu Luna lalu pergi meninggalkan kampus itu. Ia tak berpamitan kepada mahasiswa barunya, terlanjur sakit hati selama satu tahun, Ia memilih pindah berharap menemukan cinta sejati disana.
Dikelas Biologi, para mahasiswa membicarakan tentang perpindahan Bu Luna yang tiba-tiba. Mereka heran baru aja mengajar dua kali dikelas mereka masa langsung pindah gitu aja. Terus nanti siapa yang menggantikan Bu Luna saat mengajar?
Perkuliahan hari ini diumumkan di grup masing-masing ditiadakan. Kampus memulai memutar jadwal dosen supaya dapat menggangtikan Bu Luna.
Semua mahasiswa yang ada dikampus pun merasa kecewa. Ada yang rumahnya jauh dan tiba-tiba baru ada kabar tidak jadi perkuliahan hanya karena Bu Luna pindah tugas.
"Dari kemarin gak dibilang. Gak mikir ya banyak mahasiswa yang rumahnya jauh." ujar mereka
Melina terdiam dan membayangkan bagaimana Ia tanpa Bu Luna. Dosen muda itu memang menarik perhatiannya. Ia menyukai sifat Bu Luna yang lembut, tidak memaksakan mahasiswa, justru mengajari mahasiswa yang tidak tahu menjadi tahu.
Berbeda dengan Pak Erick yang bagi Melina sedikit aneh. Seru sih tapi Pak Erick terlalu tegas dan mudah baperan kalau bahasa gaulnya.
"Aku takut banget kalau penggantinya Pak Erick, Bapak itu mudah baper." ujar salah satu mahasiswa
"Kalau Pak Erick yang jadi gantinya Bu Luna aku senang sih tapi semenjak aku tahu sifat Pak Erick semenegangkan itu, aku rasa menyebutnya dosen paling tampan pun tak cocok lagi." ujar mahasiswi yang duduk dibelakang.
Pertama kali Pak Erick masuk, mahasiswi memujinya karena Ia sangat tampan, sekarang karena Pak Erick menunjukkan sifat tegasnya, mahasiswi jadi tak suka. Ada rasa yang menjengkelkan.
"Ya udahlah Mel, ayo pulang. Males banget ke kampus kalau kayak gini. Apa hubungannya Bu Luna pindah, tiba-tiba kelas dibatalkan." ujar Bunga kesal
"Ih, Bunga gak boleh gitu. Siapa tahu Bu Luna punya masalah." balasnya pelan.
Para mahasiswa dan i berbondong-bondong menuju gerbang untuk pulang. Sementara Melina menahan tangan Bunga untuk keluar tunggu gerbang sepi.
Semua teman sekelasnya sudah pulang, tersisa mereka berdua. Melina merasa ingin buang air kecil.
"Bunga, tunggu bentar ya aku mau ke toilet"
"Iya, jangan lama." ujar Bunga
Melina lalu turun dari kelasnya dan pergi menuju kamar mandi. Kampus benar-benar sudah sepi pagi itu padahal masih pukul 09.00 WIB, toilet yang biasanya ramai, kini sepi hanya Melina yang ada didalam.
Gadis itu lalu membuang air kecilnya dan Ia merasakan perutnya lega. Toilet mahasiswa dan dosen tak jauh jaraknya. Tanpa Melina sadari, pergerakannya dipantau oleh Pak Erick.
Saat Melina keluar dari kamar mandi, Ia terkejut melihat Pak Erick yang berdiri di depan toilet mahasiswa
"Pagi Pak." sapanya
Saat ingin pergi, Erick menahannya
"Melina." panggil Erick
"Iya, Pak ada apa?" tanya Melina dengan sopan
Pak Erick menatap Melina lama. Gadis itu sangat persis dengan tipenya. Wajah polos, badan ramping, rambut curly panjang dan tentunya aktif dikelas.
Erick menahan dirinya untuk tidak melakukan hal yang tak pantas.
"Tidak ada, kembali lah" ujar Pak Erick
Melina lalu kembali ke kelas menjemput Bunga yang menunggunya. Mereka lalu pulang jalan bersama ke apartemennya.
"Mel, kok lama dikamar mandi?" tanya Bunga
"Iya, tadi..." seketika tenggorokan Melina terhenti, Ia seperti tak bisa menceritakan tentang Pak Erick pada Bunga sama seperti saat Ia menabrak Pak Erick dikantin.
"Kenapa Mel?" Bunga menyenggol siku Melina
"Tadi kerannya mampet, jadi agak lama gitu." ujarnya berbohong
"Oh, gitu."
Saat sampai diapartemen, Bunga langsung merebahkan tubuhnya diranjangnya. Ranjang mereka pisah, satu dikiri dan satu dikanan. Sementara Melina duduk ditepi ranjangnya dan meletakkan tas ranselnya.
"Mel, nanti siang makan apa?"
"Ya ampun, kamu makan mulu. Baru sampe loh kita." ujar Melina agak kesal
"Hm? Aku akan membantumu memasak Mel." ujar Bunga
Melina menghela nafas lalu merebahkan tubuhnya diranjangnya dan menatap langit-langit kamarnya.
Dibenaknya terlintas wajah Pak Erick, entah kenapa dia merasakan sesuatu yang aneh dari Pak Erick. Padahal kan itu dosennya, kenapa dia harus merasa hatinya tertuju padanya?
Dan saat ingin bercerita kepada Bunga, tenggorokannya seolah menahan jangan cerita pada siapa pun.
Untuk menenangkan pikiran, Melina membuka ponselnya lalu mulai scrol instagram. Tak sengaja, lewatlah username instagram Pak Erick @Erickfrag. Tak ragu, Melina langsung mengklik dan melihat postingan Pak Erick yang sedang duduk disebuah restoran mahal memakai jas hitam. Postingan itu hanya menampilkan Pak Erick seorang diri saja.
Seketika, Melina langsung mengerutkan kening dan mengabaikan postingan Pak Erick. Ia lalu lanjut scroll dan menonton beberapa reels Instagramnya.
Disisi lain, Erick pulang ke rumah mewahnya. Semenjak Ia jadi dosen, Ia tinggal sendiri, membeli rumah mewah yang Ia idamkan selama ini. Erick menatap dirinya dicermin dan merasa memang dirinya setampan itu.
"Melina. Hmmm akan ku jadikan kau milikku, jiwa dan tubuhmu." ujarnya pada dirinya sendiri.
Erick lalu memikirkan bagaimana cara supaya Ia bisa berpacaran dengan Melina. Ia ingin Melina, Ia ingin gadis itu sebagai pendamping hidupnya. Tapi konsekuensi pacaran dengan mahasiswi bisa dipecat dari kampus dan Ia harus memikirkan bagaimana cara memiliki Melina tanpa sepengetahuan orang pun hingga Ia bisa bebas melakukan apapun dengan Melina.