NovelToon NovelToon
MENGEJAR CINTA CEO TUA

MENGEJAR CINTA CEO TUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Beda Usia / Pelakor jahat
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: akos

Kania, gadis yang hidupnya berubah seketika di hari pernikahannya.
Ayah dan ibu tirinya secara tiba-tiba membatalkan pernikahan yang telah lama direncanakan, menggantikan posisi Kania dengan adik tiri yang licik. Namun, penderitaan belum berhenti di situ. Herman, ayah kandungnya, terhasut oleh Leni—adik Elizabet, ibu tirinya—dan dengan tega mengusir Kania dari rumah.

Terlunta di jalanan, dihujani cobaan yang tak berkesudahan, Kania bertemu dengan seorang pria tua kaya raya yang dingin dan penuh luka karena pengkhianatan wanita di masa lalu.

Meski disakiti dan diperlakukan kejam, Kania tak menyerah. Dengan segala upaya, ia berjuang untuk mendapatkan hati pria itu—meski harus menanggung luka dan sakit hati berkali-kali.

Akankah Kania berhasil menembus dinding hati pria dingin itu? Atau akankah penderitaannya bertambah dalam?

Ikuti kisah penuh emosi, duka, dan romansa yang menguras air mata—hanya di Novel Toon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 25. KEBOHONGAN IBU MEGA.

Pagi kembali menjemput, menyibak gelap malam dengan sinar dari ufuk timur . Setiap cahaya menyalakan harapan baru, menggugah hati untuk bangkit, menghadapi hari ini dengan keberanian yang belum pernah dirasakan sebelumnya.

Setibanya di kantor, Kania menuju ruang pemasaran, ia ingin menemui Mawar.

Para karyawan tampak sibuk dengan pekerjaan mereka di depan komputer. Dari jauh, Kania melihat Mawar, dengan langkah tergesa-gesa ia mendekati.

“Selamat pagi,” sapa Kania sambil menepuk daun meja, membuat Mawar terkejut. Sebagai balasan, Mawar menepuk pundaknya. Kania tak merasa kesakitan, malah tertawa.

“Duduklah. Ngomong-ngomong, obat penawar yang aku berikan kemarin, apakah beraksi dengan baik?” tanya Mawar sambil memutar Kursinya sedikit menghadap Kania.

Sebelum pulang dari perusahaan, Mawar sudah memberikan Kania penawar untuk menghilangkan pengaruh alkohol, sama seperti yang diminum Mawar sebelum menghadapi tantangan Pak Herman untuk menghabiskan semua minuman di atas meja. Tak heran, gadis itu terlihat kuat hingga Pak Herman sampai kagum melihat Kemampuan minumnya.

Jadi, kemarin Kania sadar akan semua ucapannya pada Tuan Bram. Ia berharap menemukan jawaban terbaik, tapi yang didapat justru siksaan dan sakit hati. Tuan Bram tidak mencintainya dia hanya membutuhkannya sebagai tempat pelampiasan.

Kania mengangguk, diikuti senyum yang tampak dipaksakan. Mereka kembali melanjutkan obrolan, membahas program selanjutnya.

Tanpa disadari, di tengah percakapan, Ibu Megawati yang biasa di sapa akrab ibu Mega sudah berdiri di depan mereka, memandang dengan tatapan sinis.

“Kalian memang cocok bergabung dalam satu tim, satu cupu dengan progres kerja nol, dan satu lagi pegawai baru tapi terlihat paling hebat. Aku yakin kemarin kalian tidak berhasil mendapatkan tanda tangan Pak Herman.”

Kania dan Mawar sontak menghentikan obrolan, menatap kearah perempuan paruh baya yang berdiri angkuh di depan mereka.

Keduanya saling menatap lalu tersenyum mengejek.

"Siapa bilang kami tidak berhasil mendapatkan tanda tangan pak Herman."

Mawar mengambil map di atas meja, lalu menepuk-nepuk nya di telapak tangannya, seolah memberi cambuk pada perempuan yang selalu meremehkan Kinerjanya selama ini.

Mata Ibu Mega melotot, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja dilihat dan diucapkan Mawar. Secepat kilat, Ibu Megawati merampas map itu dari tangan Mawar dan bergegas membukanya.

Sebuah tanda tangan di atas materai tertera nama Hendra Setiawan, Direktur Utama WARRIOR Group, lengkap dengan stempel asli perusahaan itu.

Semua karyawan di dalam ruangan terperanjat. Mana mungkin semudah itu Kania dan Mawar mendapatkan tanda tangan Pak Hendra, orang yang selalu memberi syarat minuman sebelum menandatangani kontrak.

Mawar berdiri perlahan, kursinya berderit pelan saat bergeser. Langkahnya mantap, penuh tekanan, mengitari tubuh Ibu Mega yang mulai gelisah. Sorot matanya menyala, memancarkan dendam dan amarah yang selama ini ia pendam. Setiap tatapannya bagai belati, menguliti semua kepalsuan yang disembunyikan perempuan paruh baya itu. Ruangan terasa tegang, seolah udara ikut menahan napas, menunggu ledakan yang bisa saja terjadi kapan saja.

Dengan suara lantang di depan para karyawan, Mawar berkata bahwa selama ini kegagalannya bukan karena tidak mampu menjalankan tugas, melainkan karena Ibu Mega yang selalu menindasnya. Setiap proyek yang gagal selalu dialihkan padanya, sementara yang berhasil diakui sebagai milik ibu Mega.

Mawar takut menyampaikan kebenaran, karena Ibu Mega kerap kali mengancam akan mengeluarkannya dari perusahaan jika berani bicara. Diam menjadi pilihannya, meski hatinya sering memberontak ingin lepas dari bayang-bayang perempuan paruh baya itu.

Para karyawan mulai saling berbisik. Wajar saja jika karier Mawar stagnan meski sudah bertahun-tahun bekerja di perusahaan, sementara orang yang baru beberapa bulan saja bergabung justru sudah melampaui pencapaiannya.

"Terus, kalau begitu kamu mau apa? Melaporkanku pada Pak Ganjar? Jangan mimpi. Pak Ganjar itu sepupu aku, sekaligus kepala bagian pemasaran disini.”

Ibu Mega menepuk pundak Mawar, lalu berjalan santai sambil tersenyum, meninggalkan Mawar yang hanya bisa terdiam mematung.

Hal ini terus berulang padanya, seolah ia hanya dijadikan kambing hitam oleh Ibu Mega. Kania sempat ingin mengejar dan merebut map itu kembali, tetapi Mawar mencegahnya. Ia tahu, mereka tidak akan mampu melawan perempuan itu selama Pak Ganjar masih berdiri di belakangnya.

Keduanya kembali duduk. Harapan dan pengorbanan mereka sirna sudah bak debu tertiup angin.

Dari arah pintu, Serly, salah satu orang kepercayaan tuan Bram datang dan menyuruh Kania serta Mawar untuk segera menghadap. Ia juga berpesan agar mereka membawa surat yang sudah ditandatangani Pak Hendra

Baru saja Kania dan Mawar hendak berdiri, Ibu Mega lebih dulu maju dan berkata bahwa dialah yang akan mewakili mereka berdua. Sungguh, perempuan licik itu pandai Sekali memanfaatkan situasi

Bu Mega mengikuti Serly dari belakang. Sepanjang perjalanan, senyumnya mengembang sambil menepuk-nepuk map di genggamannya, seolah ingin menunjukkan pada semua karyawan kalau hanya dia yang sanggup melakukan semua itu.

Setibanya di depan pintu ruangan tuan Bram, Serly mengetuk perlahan. Pintu terbuka sedikit demi sedikit, menampakkan sosok Sekretaris Bams.

Serly mempersilakan Ibu Mega masuk, sementara ia sendiri mohon diri untuk kembali ke ruangannya.

Dengan langkah angkuh, Ibu Mega mendekat ke meja kerja Tuan Bram. Tanpa diminta, ia meletakkan map berisi dokumen di atas meja, lalu mendorongnya pelan ke depan tuan Bram.

“Ini, Tuan… hasil kerja saya kemarin,” ucapnya dengan suara lantang, seolah seluruh ruangan harus mendengar.

“Tanda tangan Pak Hendra, tidak mudah orang lain mendapatkannya. Tapi di tangan saya, semua urusan jadi beres.”

Ibu Mega menambahkan senyum lebar penuh kepuasan, dagunya sedikit terangkat, seolah ingin menegaskan pada tuan Bram kalau dirinya lah karyawan terbaik yang dimiliki perusahaan.

Mendengar perkataan Ibu Mega, Sekretaris Bams spontan mengernyitkan dahi. Ingatannya masih jelas, bagaimana kemarin Kania dan Mawar yang datang ke perusahaan WARRIOR Grup, menghadapi kerasnya sikap Pak Hendra. Ia tahu betul, keduanya bahkan harus mempertaruhkan tenaga, keberanian, dan hampir saja kehilangan harga diri demi sebuah tanda tangan di atas kertas kontrak itu.

“Terus, apa saja yang dilakukan bawahanmu?” suara Tuan Bram terdengar datar, namun sorot matanya menembus tajam.

Tubuh Bu Mega bergetar hebat, seolah seluruh darahnya berhenti mengalir. Tatapan Tuan Bram yang tajam menembus hingga ke ulu hati membuatnya sulit bernapas. Ia Berusaha menegakkan tubuh, pura-pura tenang, menampilkan wajah percaya diri. Namun, di balik senyum tipisnya, keringat dingin mulai merembes di pelipis. Ia hanya bisa berdoa dalam hati, berharap Tuan Bram tidak menyadari kebohongan yang baru saja ia anyam dengan penuh keberanian.

Bu Mega kembali menuturkan dengan penuh keyakinan bahwa sejak awal tugas itu sebenarnya ditujukan untuk timnya. Namun, menurutnya, Kania dan Mawar menolak karena takut menghadapi Pak Hendra. Semua orang tahu, siapa pak Hendra, ia tidak mudah membubuhkan tanda tangannya sebelum syarat berat yang ia tentukan terpenuhi. Dengan wajah penuh kemenangan, Bu Mega menekankan bahwa berkat dirinya semua rintangan itu bisa dilewati, hingga kontrak berhasil ditandatangani.

Bruk ........

"Kurang ajar, Bams panggil mereka kenari." tuan bram memukul daun meja hingga meja itu bergetar hebat.

Sekertaris Bams mengangguk,sebelum pergi dia tersenyum pada ibu Mega.

1
Trivenalaila
suka jln ceritanya, klu bisa dilanjutkan yaaa🙏🙏
Akos: akan lanjut terus KK sabar ya
total 1 replies
Ahn Mo Ne
apakah ini lagi hiatus.??
Akos: setiap hari update kk,
total 1 replies
Muna Junaidi
Hadir thor
Ayu Sasih
next ditunggu kelanjutannya kak ❤️❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!