Aura Mejalani hubungan dengan kekasihnya selama dua tahun, dan mereka sudah merencanakan sebuah pertunangan, namun siapa sangka jika Aura justru melihat sang kekasih sedang berciuman di bandara dengan sahabatnya sendiri. Aura yang marah memiliki dendam, gadis 23 tahun itu memilih menggunakan calon ayah mertuanya untuk membalaskan dendamnya. Lalu apakah Aura akan terjebak dengan permainannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Beni memasuki ruangan Haikal setelah dari ruang rapat, memberikan hasil laporan dari semua divisi.
"Bagaimana?" Tanya Haikal saat Beni masuk ke ruangannya.
"Mereka bekerja dengan keras, saya rasa reward yang anda berikan untuk mereka yang bekerja dengan baik membuahkan hasil. Mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik di setiap divisi, tapi putra anda," Beni menggelengkan kepala, "Divisi pemasaran justru mengalami penurunan." Katanya lagi.
Haikal menghela napas, tangganya bergerak membuka berkas bagian divisi pemasaran.
"Sepetinya dia mulai membuat ulah Tuan," Ucap Beni.
"Awasi, sampai mana dia akan berbuat."
Beni mengangguk, Mario seharunya menunjukan kualitas dirinya di saat hubungannya dengan Haikal sedikit retak karena kelalaian Mario, apalagi dengan tuntutan Mario yang ingin diakui di perusahaan ini, tapi Mario justru melakukan hal yang diluar kendali.
Di lobby Enggar baru saja memasuki kantor Haikal, pria itu ternyata tidak sendiri, belakangnya ada wanita cantik siapa lagi jika bukan Aura.
Wajah Aura tampak cemberut, pasalnya ia dipaksa untuk ikut dengan atasannya itu untuk menemui bos besar. Tentu saja Aura tahu siapa itu, hanya saja dirinya sudah tak dibutuhkan setelah semua berkas selesai untuk laporan akhir bulan.
"Jangan cemberut begitu, nanti kalau bos tahu aku yang akan dapat masalah," Ucap Enggar saat keduanya di dalam lift.
Sebenarnya usia Enggar dan Haikal ini sama hanya berbeda bulan, tapi Enggar sendiri sudah memiliki kelurga dan juga anak.
Aura memaksakan senyum kesal didepan atasannya itu membuat Enggar hanya mengangguk.
Ting
Pintu lift terbuka, keduanya keluar saat sudah sampai di lantai ruangan Haikal.
"Saya ijin ke toilet dulu pak," ucap Aura yang mendapat anggukan dari Enggar.
"Jangan lama-lama, kalau tidak mau di susul Haikal,"
Aura hanya memutar kedua bola matanya malas, 'Kenapa Pak Enggar jadi lemes begitu,' Batin Aura.
Aura memasuki toilet umum di lorong ruangan Haikal, dia juga baru pertama memakai toilet di lantai ini.
"Sore Broo!" Sapa Enggar saat masuk keruangan Haikal.
Beni masih berada di sana dan hendak keluar saat Enggar masuk.
"Kenapa kamu kesini, saya kan bisa ke sana," Ucap Haikal pada sahabatnya itu.
"Sekalian pulang, lagian ini sudah sore kenapa kalian masih di sini saja?" Tanya Enggar yang sudah duduk disofa.
Beni pun tak jadi pergi, sedangkan Haikal memilih untuk ikut duduk dengan sahabatnya itu.
"Sebentar lagi kami akan menemui klien dari Dubai," Ucap Beni sambil memberikan minuman dingin.
"Oh..jadi kamu tak menjemput kekasih mu?" tanya Enggar sambil menyesap minumannya.
"Aku masih ada pekerjaan, nanti supir yang akan menjemput Aura." Haikal menenggak minuman kaleng di tangannya.
Beni dan Enggar sepertinya adalah saksi cinta Haikal pada Aura, keduanya memang yang lebih dulu mengetahui hubungan mereka.
Sedangkan Aura baru saja keluar dari toilet, namun dirinya begitu terkejut saat Mario berdiri diluar pintu menunggunya.
"M-mario,"
Mario tersenyum menyeringai, "Hay..mantan," Katanya dengan senyum aneh.
Aura tampak waspada, ia menatap kesekeliling yang terlihat sepi.
Lantai ruangan Haikal memang luas, namun di lantai itu hanya ada tiga orang, sekertaris asisten dan atasan, dan saat ini Ayu sudah lebih dulu pulang setelah meminta ijin untuk pulang cepat.
Aura sempat takut, tapi sebisa mungkin ia tak menunjukan ketakutannya.
"Mau apa kamu!" Ketus Aura dengan tatapan datarnya.
Padahal jantungnya sudah dag dig dug melihat Mario, ia takut jika Mario akan berbuat nekat.
"Kenapa kamu begitu takut melihat ku, hm... bukankah kamu mencintaiku," Ucap Mario sambil menggerakkan tangannya ingin menyentuh wajah Aura.
Tapi belum kesampaian, tangannya sudah ditepis lebih dulu oleh Aura.
"Jangan kurang ajar Mario! Atau aku akan teriak!" Peringat Aura dengan tatapan tajam.
Bukanya takut, Mario justru tertawa. Saat ingin pulang tadi Mario tak sengaja melihat Aura didalam lift bersama atasannya, saat lift terbuka di lantai ruangan Mario ada salah satu karyawan yang menggunakan lift yang sama dengan Aura didalamnya, dan Mario tanpa sengaja melihatnya. Dan kini disinilah dia berada, setelah mengikuti Aura tentunya.
"Aura kau begitu naif, denganku kau sok suci, tapi lihatlah sekarang kau justru dengan suka rela menyerahkan diri pada calon mertuamu," Mario menatap Aura dengan tatapan tajam, pria itu sudah tak bisa melihat Aura dengan tatapan hangatnya.
"Tahu apa kau! Urusi saja selingkuhan mu!" Hardik Aura yang akan pergi.
Tapi tangannya langsung dicekal Mario dengan kuat.
"Katakan, berapa yang kau minta...aku akan memberikannya asalkan kau pergi menjauh dari kota ini," Desis Mario dengan suara menahan amarah.
Aura hanya tersenyum sinis, "Berapa banyak yang kau miliki, itu tak sebanding dengan milik kekasihku," Ucap Aura dengan nada penuh penekanan, seolah dirinya bangga dan menantang amarah Mario.
Benar saja, pria itu semakin mengeratkan cekelan tangannya hingga membuat Aura kesakitan.
"Kau, benar-benar wanita ular! Aku menyesal selama ini bersama wanita ular sepertimu," Ucap Mario dengan tatapan merendahkan, seolah Aura adalah wanita menjijikan.
"Aku tak lebih darimu yang menjijikan Mario, berkaca lah sebelum kau menghujat orang lain, dan hanya wanita bodoh yang mencintai pria brengsek sepertimu!"
Plak!
"Kurang ajar kau Aura!"
Aura menyentuh pipinya yang terasa kebas oleh tamparan Mario, telinganya berdengung kuat saat tamparan keras itu mendarat di pipinya.
"Kau tidak tahu berapa lama aku menahan semua ini, karena kau semua rencana yang sudah aku persiapkan menjadi berantakan, kau harus menanggung akibatnya wanita sialan!"
Mario langsung begitu saja menarik tangan Aura membuat wanita itu memekik kesakitan. Tenaganya tak sebanding dengan tenaga Mario yang sudah dikuasai amarah.
"Mario lepaskan aku!"
Aura terus meronta minta dilepaskan, namun teriakan Aura seperti angin lalu untuk Mario yang sudah begitu marah.
"Mario!" Aura sudah menjatuhkan air matanya, tangannya begitu sakit saat dipaksa, apa lagi kakinya yang menggunakan hils membuatnya begitu susah mengimbangi jalannya Mario.
Sampai-sampai Aura keseleo dan membuat wanita itu kesulitan berjalan.
"Tolong! Hiks...hiks..."
Aura benar-benar merasakan sakit di tangannya, belum lagi kakinya yang keseleo begitu menyakitkan.
Bruk
Akhh!
Aura mejerit kesakitan saat tubuhnya dilempar begitu saja kedalam gudang penuh debu dan kotoran.
Uhuk...uhuk ...
Aura sampai beberapa kali terbatuk-batuk saat mencium aroma debu, belum lagi dadanya yang tiba-tiba sesak saat menghirup debu.
"M-mario, tolong lepaskan aku, Uhuk...uhuk..."
Aura begitu kesulitan bernapas, tapi pria yang berdiri diambang pintu justru tak menggubrisnya dengan tanpa rasa iba.
"Ini hukuman untuk wanita seperti mu, Jangan harap aku akan mendapatkan sesuatu dari Papa ku," Mario tersenyum sinis, senyum yang mengandung kebencian.
"Bersenang-senanglah Aura sayang, ini gudang tak pernah ada yang datang, jadi kau hanya perlu berdoa agar ada orang yang akan menyempatkan mu, Bye...bye... sayang...hahaha!"
"Mario, akhh!"
Aura memekik kesakitan pada kakinya, kini air matanya seketika luruh dengan dada yang kian sesak.
Aura menyentuh bagian dadanya, gadis itu merasa begitu kesakitan bagian kaki dan dadanya.
"M-Mas, Arrsyaaa..." Lirih Aura dengan sisa tenaganya hingga perlahan pandanganya terlihat mengabur dengan napas yang semakin sesak.