NovelToon NovelToon
Pawang Dokter Impoten

Pawang Dokter Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:18.4k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Dokter Arslan Erdem Mahardika, pria tampan dan cerdas berusia 33 tahun, memiliki segalanya kecuali satu hal yaitu kepercayaan diri untuk menikah.

Bukan karena dia playboy atau belum siap berkomitmen, tapi karena sebuah rahasia yang ia bongkar sendiri kepada setiap perempuan yang dijodohkan dengannya yaitu ia impoten.

Setiap kencan buta berakhir bencana.
Setiap perjodohan berubah jadi kegagalan.

Tanpa cinta, tanpa ekspektasi, dan tanpa rasa malu, Tari Nayaka dipertemukan dengan Arslan. Alih-alih ilfeel, Tari justru penasaran. Bukannya lari setelah tahu kelemahan Arslan, dia malah menantang balik sang dokter yang terlalu kaku dan pesimis soal cinta.

“Kalau impoten doang, bisa diobatin, Bang. Yang susah itu, pria yang terlalu takut jatuh cinta,” ucap Tari, santai.

Yang awalnya hanya pengganti kakaknya, Tari justru jadi pawang paling ampuh bagi Arslan pawang hati, pawang ego, bahkan mungkin pawang rasa putus asanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 34. Obsesi Sahabat

Dokter Talia Kirana melangkah mendekat dengan senyum tipis yang penuh arti, pandangannya tak lepas dari Revan. Ia tahu betul makna tatapan pria itu ke Nayaka lebih dari sekadar perhatian biasa.

“Revan, ya?” ucap Talia lembut, suaranya membawa kehangatan tapi ada juga sesuatu yang mengintimidasi, katanya. “Kita memang baru kenal hari ini, tapi aku sudah bisa baca apa yang kamu rasakan,” imbuhnya, suaranya rendah.

Revan menatapnya, agak terkejut tapi tetap tenang. “Oh? Jadi kamu ahli baca pikiran sekarang?” tanyanya sambil menyunggingkan senyum kecil, ucapnya santai.

Talia terkekeh pelan. “Bukan, cuma orang yang pernah mengalami dan memahami situasi seperti ini,” ujarnya, tatapannya menajam, ucapnya. “Aku nggak bilang kamu harus mundur, tapi aku tawarkan kerjasama,” katanya, nada serius tapi menggoda.

“Kerjasama?” Revan mengerutkan dahi, penasaran. “Maksud kamu gimana?”

“Tentang cara menghadapi Han dokter Han Mahardika,” jelas Talia sambil melirik ke arah Arslan yang sedang sibuk mengatur ruang IGD. “Dia pria rumit. Kalau kita bisa saling dukung, mungkin peluang kita lebih besar,” katanya, suaranya meyakinkan.

Revan mengangguk pelan, mulai mencerna kata-kata Talia. “Hmm, menarik juga, Tal. Kita baru kenal, tapi kalau ini bisa bantu gue nggak nolak.”

Talia tersenyum penuh kemenangan. “Bagus, kita mulai dari sini saja,” katanya.

Di balik senyum itu, ada tekad yang membara dua orang yang sama-sama punya ambisi besar, kini terikat dalam kesepakatan tak terduga, siap memulai permainan yang bisa mengubah segalanya.

Nayaka memang dikenal sebagai asisten pribadi dokter bedah Arslan Han Mahardika yang teliti dan cekatan. Namun, selain tugas utamanya, sesekali ia juga membantu jaga di UGD karena pengalamannya sebagai perawat yang lincah dan cepat tanggap.

Kesempatan inilah yang diam-diam dimanfaatkan oleh Revan dan Talia Kirana.

Revan, yang sering muncul sebagai pasien atau sekadar singgah, mulai mencari momen di ruang UGD saat Nayaka bertugas.

Dengan senyum nakal dan obrolan ringan, ia mencoba mendekat, mencari cara agar interaksi mereka semakin sering dan akrab.

Sementara itu, Talia menggunakan posisi dan kedekatannya dengan Arslan untuk mengatur situasi di balik layar. Ia sengaja mengajukan jadwal jaga yang bertabrakan dengan Nayaka, sehingga keduanya harus sering bertemu dan bekerja sama di ruang UGD.

Lewat strategi halus ini, mereka berharap bisa merusak keharmonisan yang sudah terjalin antara Arslan dan Nayaka.

Suasana kerja yang penuh ketegangan dan pandangan tersembunyi membuat setiap shift jaga terasa seperti medan perang kecil tempat di mana rencana, ambisi, dan perasaan saling beradu tanpa suara.

Di tengah itu, Nayaka berusaha tetap profesional, walau kadang ia merasakan getaran aneh ketika tatapan Revan terlalu lama menempel, atau bisikan Talia yang menyimpan maksud terselubung.

Namun, ia tak sadar, bahwa perlahan-lahan dirinya terjebak dalam pusaran permainan yang lebih besar dari sekadar tugas di rumah sakit.

Masih di hari yang sama saat kecelakaan itu terjadi, Revan terbaring di ranjang perawatan, matanya menatap plafon putih rumah sakit. Ia mendengar langkah ringan mendekat dan suara yang sedikit terbata-bata.

“Suster, kok bukan Nayaka yang periksa aku, ya?” tanyanya, suaranya sedikit mengeluh tapi ada nada penasaran.

Odelia, yang sedang mengisi formulir di samping, tersenyum sambil menatap Kiara. “Hari ini Nayaka lagi libur, Mas. Dia kan baru nikah, cuti pengantin baru, makanya sudah pulang duluan,” ucap Odelia santai, suaranya hangat.

Kiara menambahkan sambil menggoda, “Iya, jadi malam ini kita yang jaga. Tapi tenang, kami juga profesional kok. Jangan remehkan suster ganteng ini,” katanya sambil melirik Odelia yang membalas dengan tawa kecil.

Revan mengangguk pelan, tapi matanya tetap mengingat sosok Nayaka yang belum lama meninggalkan ruang itu. Dalam hatinya, ia berpikir, Lumayan juga ya, kalau Nayaka lagi di sini, suasananya pasti beda.

Sementara itu, di balik pintu, Talia Kirana berdiri diam, memperhatikan dengan seksama. Dia tahu betul betapa pentingnya kehadiran Nayaka bagi Arslan dan tentu saja, untuk permainan yang sedang ia rancang bersama Revan.

Malam itu, meskipun Nayaka tak ada di sana, bayangannya tetap menghantui ruangan UGD membuat rencana dan niat tersembunyi makin bersemangat berjalan.

Arslan dan Nayaka baru saja melangkah masuk ke rumah Pak Erdem dan Bu Selma. Suasana hangat langsung menyambut mereka, suara tawa dan obrolan riuh dari sepupu serta tante yang sudah menunggu.

“Selamat datang, kalian berdua!” seru Bu Selma sambil merangkul Nayaka, katanya penuh kasih.

Pak Erdem tersenyum tegas, ucapnya, “Akhirnya kalian sampai juga. Jangan tunggu lama-lama, nanti kami kelaperan.”

Audra berdiri di sudut ruangan, melirik Arslan dengan senyum nyeleneh, katanya, “Nih, Han, liat tuh tante-tante pada ngumpul. Kayak reuni keluarga raksasa.”

Aylara ikut tertawa, serunya, “Ya, jangan sampai kalian kaku ya. Santai aja, ini keluarga kita.”

Malam itu makan bersama berlangsung hangat. Suara gelas beradu, canda tawa pecah, dan aroma masakan menggoda memenuhi ruang makan besar.

Di kamar, Nayaka berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya yang sudah cantik alami. Meski sebenarnya tak perlu, ia sengaja berdandan lebih rapi, katanya pada dirinya sendiri, “Tamu mertuaku ini bukan sembarang tamu. Harus tampil maksimal.”

Arslan mengetuk pintu, suara datarnya, katanya, “Na, siap?”

Nayaka menoleh, tersenyum nakal, ucapnya, “Siap, Komandan.”

Ketika mereka keluar, sosok pasangan itu tampak serasi. Nayaka dengan aura ceria dan anggun, Arslan dengan sikap dinginnya yang selalu memancarkan karisma.

Suasana di ruang makan kembali ramai, tapi kini dengan kehadiran dua sosok yang jadi pusat perhatian.

Pak Erdem memandang Arslan dengan bangga, katanya, “Kau memang pria yang tepat untuk Nayaka.”

Bu Selma menambahkan, serunya, “Semoga kalian selalu saling menguatkan, menjalani hidup bersama.”

Di sisi lain, Audra melirik Arslan sambil bergumam pelan, katanya, “Kalau Han bisa sedikit lebih santai, mungkin suasana jadi makin cair.”

Aylara menimpali, ucapnya, “Tenang saja, nanti juga dia bakal luluh sama Nayaka.”

Malam itu, dalam kehangatan keluarga besar, ada janji terselip di udara janji untuk saling menjaga dan melangkah bersama, walau badai datang menerpa.

Bu Retno, kakak Bu Selma, duduk agak terpisah di ujung meja, suara tajamnya tiba-tiba menembus riuhnya percakapan.

“Cantik memang, tapi sayangnya cuma perawat biasa dari kalangan rendahan, malah,” ucapnya sinis, katanya, menatap langsung ke arah Nayaka.

Suasana mendadak berubah tegang. Beberapa sepupu terdiam, sementara Aylara dan Nayaka saling berpandangan sebentar, napas mereka tetap tenang meski hati menggelora.

Aylara mengangkat tangan perlahan, suara kalem tapi penuh wibawa, katanya, “Bu Retno, kami menghargai pandangan Ibu, tapi sebaiknya jangan menilai seseorang hanya dari latar belakangnya.”

Nayaka menambahkan dengan senyum tipis yang menyiratkan kekuatan, ucapnya, “Benar, status bukan jaminan kualitas. Saya bangga dengan apa yang saya jalani dan orang-orang yang mendukung saya.”

Bu Retno tak langsung membalas, wajahnya sedikit memerah, ucapnya dalam hati mungkin tak siap menghadapi ketegasan itu.

Arslan yang sejak tadi mendengar, memandang ke arah Bu Retno dengan tatapan dingin, katanya pelan, “Seharusnya kita saling menguatkan, bukan saling menjatuhkan.”

Audra menyelipkan komentar nyeleneh, serunya, “Kalau mau ngomong begini, harus siap mental ya, Bu Retno. Keluarga ini bukan tempat buat bikin drama murahan.”

Suasana kembali cair, tapi kalimat Bu Retno meninggalkan gema yang tak mudah terlupakan.

Di balik senyum anggun Aylara dan Nayaka, tersimpan tekad kuat untuk terus melangkah, membuktikan bahwa nilai seseorang tidak ditentukan oleh asal-usul, tapi oleh tindakan dan hati yang tulus.

Bu Retno menyeringai sinis, suaranya menusuk, katanya, “Kalian tuh terlalu bahagia, ya? Bukannya Arslan itu impoten?”

Ruangan langsung hening sesaat. Semua mata tertuju pada Nayaka yang mendengar ucapan itu tanpa mengedip.

Dengan senyum nakal yang biasa ia pakai cuma untuk suaminya, Nayaka menatap tajam ke arah Bu Retno, ucapnya santai tapi penuh percaya diri, “Kalau urusan itu, Bu Retno, saya malah bisa bilang suami saya sekarang jauh lebih perkasa daripada yang Ibu kira.”

Aylara ikut menimpali dengan suara tenang tapi mengena, katanya, “Jangan pernah meremehkan seseorang hanya dari gosip atau asumsi tanpa bukti. Arslan Han Mahardika itu pria kuat, profesional, dan setia pada keluarganya.”

Arslan yang berdiri di dekat situ, wajahnya dingin tapi matanya menyiratkan ketegasan, berkata datar, “Saya di sini bukan untuk membuktikan pada siapa pun, tapi untuk menjaga apa yang saya miliki.”

Audra ikut menyelipkan komentar khasnya, serunya, “Kalau mau ngeremehin, pikir dulu, jangan sampai kena bumerang. Keluarga ini bukan tempat buat ngomong sembarangan.”

Bu Retno hanya bisa diam, wajahnya memerah, kata hatinya mungkin mulai sadar bahwa ocehannya itu sia-sia.

Bu Retno adalah kakak kedua Bu Selma yang sedari dulu selalu seperti cemburu kepada adiknya Selma. Bu Retno adalah mamanya Elara Ramdhani istrinya kaisar dimana kaisar adalah mantan kekasihnya Aylara yang dulu selingkuh dengan Elara karena alasan masa depan Elara Ramdhani yang kaya raya lebih bagus.

Suasana kembali hidup, tapi aura kekuatan dari Nayaka dan Arslan terpancar jelas, membuat semua orang paham bahwa kebahagiaan dan kehormatan mereka bukan untuk dipertanyakan.

Bu Selma tersenyum hangat, matanya berbinar penuh harap, katanya, “Akhirnya impian kami selama ini mulai terlihat nyata. Memiliki cucu dari Arslan dan Nayaka, yang dulu kami kira sulit, kini terasa makin dekat.”

Pak Erdem mengangguk pelan, suaranya dalam tapi penuh kebahagiaan, ucapnya, “Betul, Selma. Meski banyak rintangan, kami percaya rezeki dan berkah akan datang pada waktunya. Arslan dan Nayaka sudah siap menjalani semua itu.”

Ia menatap putranya dengan penuh rasa bangga, katanya, “Anakku, jangan pernah ragu. Kami di sini mendukungmu dan keluarga kecilmu.”

Bu Selma menambahkan, serunya, “Semoga rumah tangga kalian terus diberkahi, dan kehadiran buah hati nanti membawa kebahagiaan yang tak terhingga.”

Suasana hangat itu mengalir pelan, mengisi ruang dengan harapan dan doa tulus, membuat semua merasa yakin bahwa masa depan mereka penuh cahaya.

1
Midah Zaenudien
semngat berkarya jgn bt cerita x stuk2 d tempat x
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: siap kakak... kedepannya akan muncul konflik
total 1 replies
Ummi Sulastri Berliana Tobing
lagi donk 🥰🥰
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak sekitar jam 12 WITA sudah update
total 1 replies
Lukman Suyanto
lanjuttt
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah, besok makasih banyak masih setia baca
total 1 replies
Lukman Suyanto
lanjutt
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak 🙏🏻🥰
total 1 replies
Sholikhah Sholikhah
wong mantune Bu Retno juga orang biasa gitu kok gak ngaca. tolong dong kirim kaca ke Bu Retno
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: irinya Segede gabang kak 🤭
total 1 replies
Sholikhah Sholikhah
yah nyindir nih, yg bisanya hanya baca dan like 😄😄😄😄
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭🤣🙏🏻
total 1 replies
Eva Karmita
Naya tersengat belut listrik nya pak dokter 🤣🤣🤣💓💓
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha mati dong 🤣
total 1 replies
Daeng
sangat menghibur
Yani
pwngantin baru oiii pengantin baruu.. yikes sapa dluan yg dpt bonusan malam pertama.. 😁😁
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: semuanya dapat yang gede dan panjang 😂🤭
total 1 replies
Yani
pernikahan semua netizen ini Mah
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: mewakili yah 🤣
total 1 replies
Yani
waduh Merissa tercubit diriku ha ha haha
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha 😂🤭
total 1 replies
Maulida greg Ma
hahaha segitunya
Maulida greg Ma
nggak apa-apa istri sendiri
Maulida greg Ma
nikahnya barengan semoga hamil juga barengan
Farhana
ya Allah mereka benar-benar random
Farhana
benar godaan istri luar biasa
Farhana
semoga samawa
Naila
haha kaget tapi penasaran 🤭🤣
Naila
akhirnya sah juga
Inha Khaerunnisa
Haha
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!