Saat kehamilan itu benar-benar terjadi pada Livia, dia bermaksud memberikan kejutan dengan datang ke kantor suaminya untuk mengabarkan kabar bahagia tersebut.
Tapi apa yang dia dapatkan, sangatlah mengguncang perasaannya.
Ternyata di ruangannya, Alex tengah bersama seorang wanita berparas lembut, dengan gadis kecil yang duduk di pangkuannya.
Bukannya merasa bersalah, setelah kejadian itu Alex malah memberi pernyataan, "kita berpisah saja!" Betapa hancur hati Livia. Dia tak menyangka, Alex yang begitu
mencintainya, dengan mudah mengatakan kata-kata perpisahan. Lalu apa jadinya jika suatu hari Alex mengetahui kalau dia sudah menelantarkan darah dagingnya sendiri dan malah memberikan kasih sayangnya pada anak yang tidak ada hubungan darah dengannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RENCANA JAHAT
Sejuta penyesalan menyiksa sanubari Alex. Kontras dengan apa yang tengah dialaminya sekarang, Livia malah terlihat begitu bahagia. Bersama Sean dan... bocah laki-laki itu! Ingatan Alex melayang kembali ke masa lalu, ke percakapan-percakapan menyakitkan yang dulu merobek pernikahan mereka.
"Mungkin benar apa yang mamaku bilang, kalau kamu mandul, Livia! Sampai kapan aku harus menunggu?
Setiap bulan, setiap tahun, tidak ada tanda-tanda!"
"Kita berpisah saja."
"Aku sangat menyayangi Keysha dan tidak bisa meninggalkannya."
Suara-suara Alex di masa lalu terdengar kejam di telinganya sendiri. Wajah Livia yang memucat dan mata yang berkaca-kaca terbayang jelas.
Apalagi saat ibunya yang bicara dan sangat menyakitkan. Livia hanya bisa menunduk, menerima setiap tuduhan dan caci maki. Ia tak pernah melawan, tak pernah membela diri, seolah-olah ia memang pantas menerima semua itu.
Kini, melihat video itu, Alex merasa seperti dihantam ribuan palu. Setiap tawa Livia dalam video, setiap sentuhan lembut Sean pada anak itu, seperti sayatan pisau tajam yang mengiris hatinya. Bagaimana bisa ia begitu buta? Bagaimana bisa ia dengan mudahnya percaya pada tuduhan ibunya tanpa mencari tahu kebenarannya sendiri?
"Alex, kamu dengar Mama bicara tidak?!" Suara Wulan membentaknya dari seberang telepon, menariknya kembali ke kenyataan.
"Dia itu pasti selingkuh! Anak itu bukan anak kandungnya dengan lelaki itu. Atau dia memang sudah selingkuh dari kamu duluan!"
Alex tidak lagi mendengarkan ocehan ibunya.
Pikirannya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab. Apakah Livia benar-benar mandul? Ataukah selama ini ada masalah pada dirinya sendiri, yang baru sekali menjalani tes. Tapi itupun dulu, sudah lama sekali.
Dan tak pernah lagi periksakan karena terlalu sibuk menuduh Livia? Rasa bersalah itu membakar.
Dia ingat bagaimana Livia selalu mencoba membujuknya untuk tetap bersabar, karena diberi anak atau tidak itu kehendak Tuhan. Dia juga meminta waktu sampai kariernya bisa stabil, barulah ia siap hamil.
Tapi Alex terlalu egois. Ia malah ikut-ikutan keluarganya menuduh Livia mandul.
Video itu terus berputar, memperlihatkan Livia yang tersenyum lebar saat bocah laki-laki itu memeluknya erat. Anak itu memiliki mata Livia, hidung Livia, bahkan senyum kecilnya yang menawan. Bukan Sean, bukan orang lain. Anak itu... sangat mirip Livia.
"Bisa jadi itu anak biologis Livia dan Sean, Ma, mereka kan sudah resmi menikah juga." gumam Alex. Suaranya serak. Ia merasakan tenggorokannya tercekat.,
Tapi Alex tak berpikir jauh, kapan Livia dan Sean
resmi menikah, hingga telah memiliki anak sebesar Cello.
"Apa?! Kamu membela dia?! Setelah semua yang dia lakukan padamu?!"Wulan mendengus kesal.
"Mama, apa Mama tidak pernah berpikir... kalau tuduhan mama dulu begitu keji?" Sentak Alex. Tanpa sadar, nada suaranya meninggi.
Keheningan tiba-tiba menyelimuti telepon. Wulan terdiam, mungkin terkejut dengan bentakan tak terduga itu.
Alex memejamkan mata, membiarkan sakitnya menelusup hingga ke tulang. Penyesalan itu begitu nyata, begitu pahit. Kebahagiaan Livia di video itu adalah cerminan dari kebahagiaan yang seharusnya ia berikan, tetapi ia hancurkan dengan tuduhan-tuduhan keji. Ia telah merenggut kebahagiaan wanita yang paling ia cintai, dan kini, Livia telah menemukan kebahagiaannya bersama orang lain.
"Livia... "bisiknya pilu, menatap kosong pada layar ponsel yang menampilkan senyum bahagia mantan istrinya. Sebuah kebahagiaan yang tak akan pernah bisa ia miliki lagi.
Kini bayangan Keysha datang. Gadis kecil itu sudah kehilangan ayah sejak bayi. Dia pernah bahagia karena peran Alex sebagai ayah. Tapi kini?
Alex terbangun dari duduknya. Berdiri tegak, lalu meraih kunci mobilnya yang ada di meja. Setelah itu pergi, ke luar dari rumahnya.
"Kenapa Sean tak men-takedown video itu, ya?
Padahal caption-nya sangat memojokkan Livia."Gumam Natalia sambil mondar-mandir di dalam kamarnya. Rasa puas karena membayangkan Livia kalut seperti kebakaran jenggot atas berita itu, pudar sudah. Malahan amarahnya kini menggelegak hingga menyesakkan dadanya.
"Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus membuat berita yang lebih heboh. Tapi apa?"
Natalia berpikir keras. Sesekali ia memejamkan mata sambil menggigit bibir. Terus terdiam.
"Tunggu! Bukankah dulu Livia diceraikan Alex karena dia mandul? Tapi kenapa sekarang dia bisa punya anak? Atau..."
Natalia menjentikkan jarinya. Senyum culas terbingkai di wajahnya yang sinis.
Segera ia menelepon Brenda menyuruh sahabatnya itu untuk datang ke apartemennya.
Satu jam kemudian Brenda tiba. Natalia langsung menarik tangan sahabatnya ke ruang tamu.
"Ada apa sih, nyuruh gue datang? Gue lagi coba nyari kerja lagi, Nat. Gara-gara lo, gue dipecat." Ujar Brenda dengan bibir cemberut. Natalia langsung melotot.
"Hey, siapa yang masukin Lo ke perusahaan Sean? Itu karena kerja Lo aja yang nggak becus! Malah nyalahin gue!" Natalia sewot. Dia tak terima disalahin seperti itu oleh Brenda yang selam ini sudah banyak dia bantu, termasuk masalah keuangan.
Brenda hanya diam. Dia tak berani membalas, karena masih membutuhkan pertolongan Natalia, terutama masalah keuangan.
"Ya udah maaf. Sekarang bilang, ada apa Lo nyuruh gue ke sini?"
Natalia tersenyum tipis, senyum yang tak pernah sampai ke matanya.
"Dengar, Brenda. Ini akan jadi hal terbesar yang pernah kita lakukan. Livia dan Sean... mereka akan hancur."
Brenda mengerutkan kening, rasa ingin tahu mengalahkan kejengkelannya.
"Memang rencana lo apa?"
"Ingat kan, kenapa Livia dan Alex bercerai?" Natalia menaikkan satu alis. "Karena Livia dituduh mandul."
Brenda mengangguk perlahan. "Terus?"
"Sekarang Livia punya anak. Anak kandung!" Natalia
Sengaja menekan kata "kandung". "Bagaimana mungkin wanita yang dulu dicap mandul, tiba-tiba punya anak setelah menikah dengan Sean? Itu tidak masuk akal bagi banyak orang, kan?"
Natalia menyeringai, matanya berkilat licik.
"Kita akan menyebarkan rumor bahwa Livia sebenarnya tidak mandul. Dia sengaja membuat Alex dan keluarganya menyangka kalau dia mandul agar memiliki alasan kuat untuk bercerai dari Alex."
Brenda terkesiap.
"Jadi, kamu akan sebar isu seolah-olah Livia berbohong?"
"Tentu saja!" Natalia melanjutkan, suaranya direndahkan.
"Kita akan menyebarkan rumor bahwa kehamilan Livia adalah hasil dari perselingkuhan dia dengan Sean, saat Livia masih berstatus istri sah Alex."
Brenda terkesiap lagi.
"Gila, Nat! Itu jahat banget!"
"Tentu saja jahat! Tapi ini sangat pantas untuk mereka!" Natalia tertawa dingin.
"Sean sangat menjaga citranya sebagai pengusaha bersih dan family man. Bayangkan kalau berita ini tersebar luas. Citranya akan tercoreng, saham perusahaannya bisa anjlok, dan hubungannya dengan
Livia akan dipertanyakan."
Natalia bangkit dan mondar-mandir di depan Brenda.
"Dan ini bagian yang paling manis. Kita akan menghubungkan ini dengan pembatalan pertunanganku dengan Sean. Kita akan menyebarkan rumor bahwa Sean membatalkan pertunangan kami karena dia sudah berselingkuh dengan Livia, dan Livia terlanjur hamil anak Sean! Jadi, Sean terpaksa bertanggung jawab dan menikahi Livia. Ini akan membuat Sean terlihat pengecut, pengkhianat, dan Livia sebagai wanita perusak hubungan yang hamil di luar nikah!" Dendam di matanya menyala terang.
"Jadi, kita akan membuat Alex seolah-olah pihak yang difitnah dan dikhianati oleh Livia, dan kamu sebagai korban Sean dan Livia?" Brenda menyimpulkan, senyum perlahan merekah di bibirnya. Ini akan jadi skandal besar.
"Tepat sekali!" Natalia mengangguk puas.
"Ini akan memicu simpati publik pada Alex dan aku, dan membuat mereka membenci Livia dan Sean. Publik akan merasa 'kasihan' pada Alex yang 'ditinggalkan karena cemburu dan isu mandul', padahal istrinya sendiri yang menipu dan selingkuh dengan Sean. Dan mereka akan berempati padaku yang ditinggalkan tunangan karena perselingkuhan dan kehamilan Livia."
"Kita akan menyertakan 'bukti' palsu, seperti foto-foto Livia dan Sean di masa lalu yang diedit atau dikaitkan secara tidak langsung, atau cuplikan percakapan yang
Dimanipulasi. Kita juga bisa menarik perhatian para haters Livia yang dulu sering menghujatnya, serta para pembela 'nasib Alex' dan 'nasibku." Natalia tertawa kecil.
"Kita juga bisa menyewa beberapa buzzer untuk menggaungkan isu ini. Biarkan mereka yang menyiram bensin ke api yang sudah kita sulut. Publik akan melakukan sisanya, Brenda. Mereka suka drama dan skandal. Dan ini akan menjadi skandal terbesar yang akan menjatuhkan Livia dan Sean ke titik terendah."
Natalia dan Brenda saling pandang,
senyum licik merekah di wajah masing-masing.
Mereka tahu, permainan ini baru saja dimulai.
ADUDUDUDU DUUUH.... NAAAAAT JAHAT BNGET GAK SIH DIA