NovelToon NovelToon
Membawa Lari Benih Sang Mafia

Membawa Lari Benih Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Genius / Romansa / Roman-Angst Mafia
Popularitas:22.4k
Nilai: 5
Nama Author: Senja

Elise, seorang gadis keturunan bangsawan kaya, hidupnya terikat pada aturan keluarga. Untuk mendapatkan harta warisan, ia diwajibkan menikah dan segera melahirkan keturunan. Namun Elise menolak. Baginya, pernikahan hanyalah belenggu, dan ia ingin memiliki seorang anak tanpa harus menyerahkan diri pada suami yang dipaksakan.
Keputusan nekat membawanya ke luar negeri, ke sebuah laboratorium ternama yang menawarkan program bayi tabung. Ia pikir segalanya akan berjalan sesuai rencana—hingga sebuah kesalahan fatal terjadi. Benih yang dimasukkan ke rahimnya ternyata bukan milik donor anonim, melainkan milik Diego Frederick, mafia paling berkuasa dan kejam di Italia.
Ketika Diego mengetahui benihnya dicuri dan kini tengah berkembang dalam tubuh seorang wanita misterius, murka pun meledak. Baginya, tak ada yang boleh menyentuh atau memiliki warisannya.
Sementara Elise berusaha melarikan diri, Diego justru bersumpah akan menemukan wanita itu, dengan segala cara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 17

Suasana ruang makan malam itu berubah tegang begitu sosok wanita bergaun merah itu menarik kursi dengan kasar.

Sebagai seorang artis terkenal, Jenifer terbiasa menjadi pusat perhatian. Namun malam ini, yang ia dapat hanyalah tatapan dingin dari seorang bocah kecil.

“Pergi dari kursi itu. Aku mau duduk di sana,” ucap Jenifer dengan nada tajam sambil menunjuk kursi tempat Alex duduk.

“Kenapa harus di sini? Kursi lain masih banyak,” ucap Alex.

Kalimat yang keluar dari bibir bocah itu justru membuat wajah Jenifer menegang.

Jimmy, yang berdiri di belakang Alex, menahan senyum. Ia tahu bocah ini bukan tipe yang bisa diintimidasi dengan mudah.

“Aku bilang, pindah!” Jenifer menaikkan nada

suaranya.

Namun Alex tak bergeming. Ia hanya menatapnya dengan ekspresi datar, lalu menunduk lagi pada makanannya yang belum sempat ia sentuh.

“Dasar tidak sopan,” gumam Jenifer sinis. Ia melirik Jimmy, seolah meminta dukungan.

Jimmy sendiri hanya memgangkat kedua bahunya dengan acuh.

“Babu ini tidak diajari etika, ya? Siapa sebenarnya bocah ini sampai bisa seenaknya duduk di meja makan Diego?!” tanya Jenifer dengan nada ketus.

Jimmy hanya menatap Jenifer dengan ekspresi bosan. Dalam hati, ia ingin menjawab kalau Jenifer memang datang di waktu yang salah. Tapi ia menahan diri.

Jenifer menatap Alex dari ujung kepala hingga kaki, matanya menyipit curiga.

“Aku tidak suka caramu menatapku, bocah!” serunya.

“Aku juga tidak suka caramu berteriak,” balas Alex santai tanpa menoleh.

Jimmy terbatuk kecil, mencoba menutupi tawa yang hampir pecah. Ia benar-benar kagum dengan keberanian Alex.

Sementara Jenifer tampak makin kesal.

“Berani juga kau bicara seperti itu padaku. Apa kau tahu siapa aku?” Jenifer mendengus sambil melipat tangan di dada.

“Tidak tahu,” jawab Alex cepat. “Dan tidak tertarik untuk tahu.”

Ucapan itu membuat mulut Jenifer terbuka lebar. Ia kehilangan kata-kata sesaat, sebelum akhirnya menatap tajam seolah hendak membakar bocah itu hidup-hidup.

“Dasar bocah kurang ajar!” Jenifer menggeram. “Kalau bukan karena Diego, aku sudah—”

“Sudah apa? Mau menamparku?” potong Alex dengan nada datar.

Jenifer tercekat. Untuk pertama kalinya ada yang berani menantangnya dan dia seorang bocah!

“Hei, kau tidak tahu dengan siapa kau bicara!”

“Justru aku tahu,” kata Alex cepat. “Kau datang dengan marah-marah, tanpa sopan santun, langsung menyuruh orang lain pergi dari kursi yang bukan milikmu. Dari cara bicaramu saja, aku sudah tahu siapa kau sebenarnya!”

Jimmy pura-pura batuk lagi untuk menahan tawa.

Jenifer semakin murka. “Jangan menuduhku macam-macam!”

“Aku tidak menuduh. Aku hanya bilang apa yang aku lihat, itu saja,” balas Alex.

Jenifer mengepalkan tangan. Ia terus berusaha agar tidak kehilangan kendali. Jika sampai kelepaskan, Diego pasti akan marah. Pria itu tidak suka ada keributan di mansionnya.

Sebenarnya, kemarahan Jenifer malam ini bukan hanya karena Alex.

Sejak beberapa hari terakhir, Diego tidak pernah mengangkat teleponnya. Pesan-pesannya tak dibalas. Dan kini, begitu ia datang, justru menemukan bocah kecil yang entah kenapa terasa terlalu mirip dengan Diego.

Dingin, datar dan menyebalkan!

“Siapa dia sebenarnya?” tanya Jenifer lagi pada Jimmy.

“Sudah saya bilang, dia anak tamu sir Diego,” jawab Jimmy.

Jenifer tertawa miris. “Tamu yang mirip Diego? Lucu sekali. Atau jangan-jangan—” ucapannya terhenti. Pandangannya kembali pada Alex.

“Tidak mungkin! Benih itu sudah hilang, bukan?”

“Benih? Anda bicara apa, Nona?” ulang Jimmy pura-pura tidak mengerti.

“Tidak usah pura-pura bodoh. Aku tahu semuanya. Aku tahu bagaimana Diego dulu melakukan eksperimen itu. Tapi hasilnya, benih itu hilang. Jadi, bocah ini tidak mungkin hasil dari benih yang hilang itu.”

Jimmy menelan ludah. Kenapa Jenifer malah membicarakan soal benih di depan Alex?

Sementara Alex hanya memiringkan kepala, bingung dengan arah pembicaraan mereka.

“Kalian sedang membicarakan benih apa? Tomat?” tanyanya polos.

Jimmy spontan tertawa terbahak, kali ini tak bisa menahannya lagi. Ia sampai menepuk lutut.

Jenifer menatapnya tajam, kesal bukan main. “Kau pikir ini lucu?”

“Tentu saja lucu,” jawab Jimmy, masih tertawa kecil.

“Anda bertengkar dengan bocah enam tahun dan kalah telak. Bagaimana saya tidak tertawa?”

Wajah Jenifer memerah menahan malu. Ia berdiri dengan cepat, menarik tasnya yang tergeletak di meja.

“Aku akan bicara langsung dengan Diego. Ingat, ini belum selesai!” Jenifer melangkah pergi, menuju lantai atas. Dimana kamar Diego berada.

Alex menatap punggungnya menjauh lalu bergumam pelan, “Aneh. Bukankah dia artis ternama itu? Tapi tingkahnya mirip anak kecil.”

Jimmy nyaris tertawa lagi. Ia menepuk bahu Alex dengan bangga. “Kau tahu tidak, bocah, baru kali ini aku melihat Jenifer kehabisan kata.”

“Dia terlalu banyak bicara. Mama bilang, orang yang terlalu banyak bicara biasanya yang paling takut kehilangan sesuatu,” ucap Alex.

Jimmy menatap bocah itu beberapa detik lalu menggeleng pelan sambil tersenyum.

“Kau benar-benar bocah cerdas, Nak,” ucapnya.

1
Arbaati
lanjut Thor...makin seru....😍
Sri Rahayu
wah apa yg bakal Diego lakukan mendengar perkataan Alex.....pasti seru nih....ditunggu lanjutan nya Thorr 😘😘😘😘😘
Arbaati
kenalan dulu sama anatomi tubuh 🤭
Siti Zaid: Apa nasib Theo..sampai hati Elise mempertaruhkan keselamatan Theo...jangan dibunuh nya Theo sudah lah ya🤭
total 2 replies
partini
nyicil dulu dikit dikit sebelum unboxing 😂😂😂😂
Siti Zaid
Kesian Theo disamakan dengan anjing😁Diego sesuka hati menghina orang..padahal Elise dan juga Theo bukan sebarang orang🤭anak dari keluarga bangsawan yang kaya raya😊
partini
hemmmm lanjut
Sri Rahayu
ditunggu lanjutan nya Thorr....wah seru nih 😘😘😘🥰🥰🥰
Leny Wijaya
Semoga aja Diego nanti menyelidiki siapa Theo biar ketauan identitasnya Elise🤣🤣biar seru lagi
lanjut thor💪💪semngt
Sri Rahayu
wah seru Elise >< Jenifer....Elise memang 👍jgn mau kalah sama Jenifer si ulet
Senja: Ulet ndak tuh🤭
total 1 replies
Siti Zaid
Author lanjut tak sabar nak tahu apakah Diego berjaya membuat hati Elise dan Alex...dapat dia miliki..🤭
sunshine wings
👍👍👍👍👍
sunshine wings
Buat Sir Diego bertekuk lutut padamu Elise..💪💪💪💪💪
sunshine wings
Betapa beruntungnya kamu Elise.. 😍😍😍😍😍
Kamu akan diratukan oleh seorang mafia kejam kerana telah melahirkan benihnya yg premium langsung penerusnya..
sunshine wings
Gak perlu jauh² mencari papanya Alex ya kan Elise.. 🥰🥰🥰🥰🥰
sunshine wings
💪💪💪💪💪💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻❤️❤️❤️❤️❤️
sunshine wings
😂😂😂😂😂
sunshine wings
Betulll..
sunshine wings
Terus terang itu lebih baik Elise.. 💪💪💪💪💪
sunshine wings
Ya Alex itu..Kan turunan bibit unggul Sir Diego..
sunshine wings
😅😅😅😅😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!