"Selamanya kau hanya akan menjadi wanita penghangat ranjangku, Anna! Segera setelah kau melahirkan anak untukku, aku akan langsung menceraikan mu." Alexander.
"Aku tidak pernah menjebak mu Tuan, kumohon jangan memperlakukan aku seperti wanita murahan." Anna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Kost, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8
Episode 8
***
Alexander tidak tahu jika pemandangan seperti ini mampu membuat hatinya menjadi tenang.
"Tring!" Saat matahari hampir terbenam, terdengar dering ponselnya dari kamar, dengan segera dia mematikan rokoknya dan kembali ke kamar.
Dia meraih ponselnya dan membaca ada pesan dari Selena ...
"Sayang, kenapa kau tidak membalas pesanku? Aku sangat merindukanmu, apa kau marah padaku karena aku ke Paris? kau tahu betapa pentingnya ini untukku sayang ..."
Pesan dari Selena membuat Alexander terdiam sesaat, namun kemudian dia menutup ponselnya lagi, untuk sekarang dia tidak mau membalasnya karena awalnya Selena berjanji tidak akan Paris tapi nyatanya dia tetap pergi ketika dia kembali ke kediaman Kakeknya.
Alexander kecewa dan dia ingin diam untuk sejenak dalam hubungannya.
"Tok ... Tok ... Tok."
Saat ia meletakkan ponselnya, dia mendengar ketukan di depan pintu, kemudian beberapa detik setelahnya terdengar suara kepala pelayan,
"Tuan muda, Tuan Arthur memanggil anda agar segera menemuinya di ruang baca." Seru Kepala pelayan Sher dengan hormat.
"Baiklah, aku akan segera kesana."
Balas Alexander kemudian dia menuruti keinginan kakeknya menemuinya di ruangan baca.
Sesampainya di sana ...
"Ada apa Kek? Apakah ada yang ingin Kakek sampaikan?" Alexander langsung duduk di kursi baca yang ada di sisi Kakeknya, saat itu Arthur belum mengatakan apapun tapi ekspresinya nampak sangat serius.
"Ada, tunggulah sebentar lagi kau akan segera tahu." Balasnya tegas membuat Alexander sedikit penasaran, apa yang sebenarnya membuat Kakeknya tiba-tiba bersikap tegas seperti ini.
Padahal tadi pagi dia masih baik-baik saja dan terasa hangat.
Alexander tidak tahu, tapi dia mengira ini semua tentu karena faktor usianya yang semakin tua, membuat suasana hati mudah sekali berubah.
***
Disaat yang sama,
"Anna ..." Seorang pelayan sedang memanggil Anna yang sudah mematikan aliran air untuk menyiram bunganya.
"Hmmm?" Anna menoleh dan terlihat sudah berdiri dan melangkah mendekat.
"Apa kau baru saja buat masalah? Kau dipanggil Tuan Arthur, katanya harus menghadap sekarang ..."
Rekan pelayan nya nampak serius, sedangkan Anna dia langsung panik, matanya melebar dan langkahnya berhenti sebentar.
'Apa yang terjadi? Apakah karena aku mengambil uang dari cek itu Tuan muda Alexander melaporkan semuanya kepada Tuan Arthur?'
'Kalau begitu, apakah aku akan segera dipecat, apa yang akan terjadi?'
Anna bergumam dalam hatinya sendiri, tangannya mencengkram rok pelayan yang sedang ia kenakan dan matanya yang bulat itu nampak tidak fokus.
"Anna?"
"Anna?"
Pelayan yang tadi memanggil Anna kebingungan ketika melihat Anna berdiri dengan ekspresi yang sangat syok dan khawatir.
"Huh?"
"Ya?"
Anna yang akhirnya mendengar panggilan itu menelan salivanya, dia tidak bisa menyembunyikan rasa panik dan khawatirnya sekarang.
"Ayo ..." Pelayan yang memanggilnya itu menggerakkan tangannya, dan meminta Anna segera mengikutinya menghadap Tuan Arthur.
"Ah, hmmm ..." Anna tidak bisa menolak, dia juga tahu resiko ini mungkin akan segera dia hadapi.
Anna menatap ke rumput hijau yang mereka lewati, wajahnya yang pucat masih terlihat dengan jelas.
"Aku harus langsung membungkuk dan memohon, aku tidak boleh kehilangan pekerjaan ini, Tuan Arthur mungkin akan mengerti jika aku masuk ke ruangan itu tidak memiliki maksud apapun."
Dengan jantung yang berdebar-debar dan menekan, dia sudah membuatkan tekadnya untuk segera meminta ampun nanti, karena dia tidak mau kehilangan pekerjaan ini.
Hanya dalam waktu singkat mereka sudah tiba di depan ruang baca, kepala pelayan Sher juga terlihat setia berdiri di depan ruang baca, menunggu apakah ada yang dibutuhkan oleh Tuan Arthur dan Tuan Alexander dari dalam agar segala ia siapkan segera.
"Anna, masuklah ... Katanya hanya kau yang boleh masuk."
"Masalah apapun yang kau lakukan sepertinya sangat besar, kali ini aku tidak bisa membantumu." Sher membisik pelan, memastikan jika suaranya tidak akan mengganggu Tuan nya yang ada di dalam ruang baca.
"Ummm." Anna mengangguk-an kepalanya, matanya membulat dan tangannya nampak mengepal satu sama lain menunjukkan jika dia sudah sangat gugup.
Dan ...
"Ctak!"
Pintu terbuka dengan pelan, membuat Alexander menatap dengan tajam ke arah pintu, dia tidak tahu akan ada orang lain yang akan masuk kesini.
Tapi ketika wanita berpakaian pelayan itu masuk, mata Alexander melebar dan dia menjadi sangat marah.
"WANITA INI!" Geramnya mencengkeram tangannya hebat dan dia terlihat marah besar.
Anna yang mendengar itu melirik sedikit kemudian dia menoleh ke arah Tuan Arthur yang memperlihatkan ekspresi tegas.
Saat itu, dengan tubuh yang gemetaran dia langsung tersungkur ke lantai, menundukkan kepalanya dan memohon maaf.
Walau sebenarnya dia tidak perlu bersikap seperti ini, tapi dia tahu dia butuh pekerjaan ini dan akan melakukan apa saja demi bisa mempertahankan nya.
Hidup bagi Anna memang terlalu pahit.
"Tu ... Tuan Arthur, maafkan aku tolong jangan pecat aku."
"Aku berada di kamar itu karena seharian akulah yang membersihkan nya dan tidak sengaja meninggalkan ponselku."
"Aku pergi untuk mengambilnya lagi dan hal itu terjadi, maafkan aku karena mencairkan cek yang diberikan cucumu, aku harus membayar biaya pengobatan Ayah ..."
"Tolong jangan pecat aku, aku sangat membutuhkan pekerja ini, aku memohon maaf Tuan Arthur jika aku telah dinilai lancang, tapi aku mohon kali ini saja berikan aku kesempatan untuk tetap bekerja disini."
Dengan suara yang lemah, tubuh yang terlihat benar-benar bergetar dan tangisan pelan yang sangat menyayat hati, Alexander terlihat terkejut.
Alisnya mengernyit dan matanya sedikit melebar, entah kenapa rasa saksi wanita ini terasa di dadanya sampai dia bisa merasakannya.
'Apa-apaan wanita ini, memohon seolah-olah harga dirinya tak berarti? Kenapa suaranya bisa selemah itu? Kenapa tangisannya bisa segetir itu?'
'Apa yang membuatnya sampai terlihat sehancur ini?'
Benak Alexander tanpa sadar.
Tapi, Alexander segera membuyarkan pikiran anehnya, dia yakin semua ini hanyalah sandiwara, wanita ini pasti wanita murahan yang melakukan segalanya demi mendapatkan uang.
Nafas Anna terdengar tertahan, dia tidak berani mengangkat wajahnya, dahinya menempel ke lantai marmer membuatnya terlihat semakin menyedihkan.
"Angkat wajahmu Anna ..." Perintah Arthur dengan tegas, saat mendengar itu mau tidak mau Anna perlahan-lahan mengangkat wajahnya.
Dan ...
***
Bersambung...
bisa berubah jadi iblis Alex kalau cemburu