IG : Srt_tika92
Giska, gadis yatim piatu yang tinggal dengan keluarga mantan majikan kedua orang tuanya.
Aurel adalah salah satu anak dari keluarga dimana Giska tinggal.
Aurel dan Giska selalu bersekolah di tempat yang sama, karena memang usia mereka sebaya.
Mereka pun terjebak mencintai pria yang sama. Hingga Giska merelakan pria itu untuk menikah dengan Aurel.
Hingga suatu saat, Aurel datang tiba tiba menemui Giska untuk menikah dengan suaminya.
Ikuti kisah cinta mere hanya disini..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon susi sartika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehancuran Davon
Saat meeting, Davon di buat tidak tenang karena susah menghubungi Giska, ponsel Giska tidak aktif, menghubungi telpon apartemen pun tak kunjung di angkat.
Seperti ada firasat buruk di hati Davon, setelah meeting selesai, Davon segera pulang meninggalkan pekerjaan yang belum terselesaikan.
" Von, kerjaan masih numpuk nih. " ujar Tomi dengan kesal, saat melihat Davon tengah bersiap untuk pulang.
" Gue gak tenang nih, Giska di telpon dari tadi gak di angkat, telpon apartemen juga gak ada yang jawab.. gue takut bini gue kenapa napa. " jelas Davon.
" Ya elah... giliran Giska gak bisa lu hubungi aja udah kelabakan, padahal baru pisah tadi pagi.. gimana kalo Giska minggat. " Tomi.
Sebuah pena berhasil mendarat di kepala Tomi, " Sial lu! do'ain bini gue minggat! kalo ngomong tuh di jaga mulutnya! " seru Davon tak terima.
" Sorry... bercanda bro. " Tomi terkekeh sembari mengangkat kedua tangannya.
Tak mau meladeni Tomi lagi, " Gue cabut! lo ambil alih sisa kerjaan gue! " titahnya.
" Ah lu.. kebiasaan! dapet bonus yak! " ujar Tomi.
" Gak cukup apa gaji yang gue kasih. " ucap Davon. Gajih yang Tomi terima diatas rata-rata dari sekertaris pada umumnya, karena Davon memberikan dua kali lipat.
" Masih kurang, mau kencan gue ama si Arini. "
" Ck, kencan mulu! nikah sono.. anak orang lu mainin. " ucap Davon sembari meninggalkan ruangannya dengan tangan yang mengutak-atik ponselnya.
Tring.. bunyi pesan di ponsel Tomi.
Wajah Tomi sumringah saat melihat notifikasi pundi-pundi di rekening nya bertambah. " Tengkyuu bro!! " seru Tomi yang entah Davon dapat mendengar atau tidak karena pria itu sudah menghilang di balik pintu.
*
" Giska... " Davon mencari keberadaan Giska di setiap sudut ruangan apartemen nya, saat Sudah sampai beberapa menit yang lalu.
Wajahnya semakin gusar karena tak kunjung menemukan wanita yang ia cintainya. " Giska!!! " teriaknya lagi seakan mengelak kebenaran jika istrinya tidak ada di apartemennya.
Pandangannya terpusat pada secarik kertas di atas nakas. Hatinya berdegup kencang saat melangkah untuk menggapai kertas itu. Tangannya pun gemetar, berusaha menguatkan diri dan mengusir pikiran kotor, karena firasat hatinya mengatakan semua ini tidak akan baik-baik saja.
Di bacanya tulisan yang tertoreh di kertas itu.
Davon suamiku,
Aku sangat mencintaimu melebihi apapun. Namun keadaan yang mengharuskan ku pergi meninggalkan mu. Maafkan aku yang kembali mengecewakan mu untuk kedua kalinya. Berbahagialah walau tanpa aku di sisimu.
Aku mencintaimu, Giska.
Air mata mengalir deras, tangisan Davon terdengar memilukan bagi siapa pun yang mendengarnya. Tubuh Davon terkulai lemas di lantai, surat dari Giska ia remmas dengan kuat.
" Giska." lirihnya di sela isakan tangisannya. Sungguh hatinya merasa hancur berkeping-keping di tinggal wanita tercintanya.
Davon kini tau kenapa akhir-akhir ini Giska selalu bersikap manja padanya. Inikah semua jawaban itu? wanita nya meninggalkannya begitu saja.
" Giska... " rintih Davon yang sudah beberapa jam meratapi kepergian Giska, Davon seperti kehilangan setengah nyawanya.
Davon menegakkan tubuhnya, beranjak ke kamar. Aroma Giska masih tercium di ruangan itu. Davon semakin terhanyut dalam kesedihannya saat melihat barang-barang yang selama ini Giska gunakan.
Dari mulai pakaian, alat make up, bahkan parfum pun masih lengkap di tempatnya. Bayangan Giska selalu saja muncul di sana, banyak kenangan indah yang mereka rajut di tempat itu.
Davon meraih figura Giska dan memeluknya. " Giska aku sangat mencintaimu.. kenapa kamu pergi.. "
" Aku gak bisa hidup tanpa mu Giska, kenapa kamu tega ninggalin aku. " lirih Davon.
Karena terlalu lama menangis, Davon pun tertidur. Davon sangat kalut kehilangan Giska hingga tidak berfikir jernih untuk segera mencari Giska. Hanya kesedihan yang ia jumpai di hati dan pikirannya.
Dering ponsel Davon terdengar nyaring. Panggilan dari Tomi sudah terlalu banyak, hingga ratusan kali. Jangan ponsel, untuk segera mencari Giska pun tak sempat di pikiran oleh Davon, karena terlalu sedih.
Tomi yang merasa tak beres dengan keadaan Davon, dengan berat hati menggagalkan rencananya untuk kencan dengan kekasihnya. Pria itu lebih memilih menemui Davon, memastikan keadaan Davon baik-baik saja.
*
*
*
...Jangan lupa berikan dukungan kalian...
...Like. komen. Vote. ...
...Bye... bye... ...
👍👍👍💪💪💪🙏🏻🙏🏻🙏🏻