Apa kamu bisa bertahan jika seorang yang kau kasihi dan kau hormati menorehkan luka begitu dalam.
Penghianat yang di lakukan sang Suami membuat Ellen wajib berlapang dada untuk berbagi segala hal dengan wanita selingkuhan Suaminya.
Ingin rasanya Ellen pergi menjauh namun Davit, Suaminya tidak mau menceraikan. Ellen di tuntut bertahan meski hampir setiap hari dia menerima siksaan batin. Bagaimana hati Ellen tidak sakit melihat lelaki yang di cintai membagi perhatian serta kasih sayang nya di pelupuk mata. Namun tidak ada pilihan lain kecuali bertahan sebab David tak membiarkannya pergi.
Suatu hari tanpa sengaja, Ellen di pertemukan dengan seseorang yang nantinya bisa menolongnya terlepas dari belenggu David.
Langsung baca ya👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluSi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 31
Pernikahan di gelar tertutup. Meski sederhana tapi mahar yang Yuan berikan berjumlah fantastis. Mbok Lela dan para penghuni rumah termasuk puluhan ajudan menjadi saksi.
Saat menandatangani berkas-berkas, tangan Ellen tampak gemetar. Sesekali tarikan nafas berhembus karena sungguh dia tidak ingin mengulang kembali momen pernikahan.
"Tinggal sedikit lagi Non." Tutur Mbok Lela yang sudah mengganti panggilan nya.
"Maaf Pak, tiba-tiba tangan saya kebas."
"Bukan tangan nya yang kebas tapi Nona terlalu tegang." Jawab si petugas.
"Wajar Pak. Pernikahan pertama nya meninggalkan memori buruk." Tutur Yuan seraya meraih jemari Ellen bahkan memijatnya.
Mbok Lela dan lainnya saling melihat karena apa yang Yuan lakukan tampak janggal.
"Kamu bisa melanjutkan saat benar-benar siap. Mereka sudah ku sewa selama satu hari." Lanjut Yuan. Meski menunjukkan sikap janggal, para anak buah tidak berani berkomentar termasuk Johan yang lebih memilih diam.
"Berarti kau membohongi ku?"
"Lebih cepat lebih baik. Katanya mau berjalan-jalan setelah ini. Kalau kamu mengulur waktu, nanti selesai malam hari." Rayu Yuan dengan nada suara rendah.
"Tuan tidak bohong kan?" Tanya Ellen berbisik.
"Jangan panggil Tuan. Ganti dengan Kak, sayang atau Suamiku." Johan terkekeh-kekeh. Dia tidak sanggup menahan tawa karena kekonyolan yang Yuan lontarkan." Diam!" Yuan menempeleng kepala Johan dan memelototi nya.
"Mungkin dia merasa aneh dengan cara bicaramu. Ku panggil Kak Yu saja." Ellen membubuhkan tanda tangan lalu menggeser berkas-berkas ke arah petugas." Sudah selesai kan Pak." Si petugas tersenyum simpul.
"Sudah Nona." Si petugas memberikan sebuah bukti pernikahan." Di simpan ya, kami permisi." Setelah berpamitan kedua petugas pulang dengan di antar salah satu anak buah Yuan.
"Jumlah nya cukup untuk membeli apartemen." Gumam Ellen.
"Apartemen mana?"
"Yang tadi."
"Apa kurang satu lorong?" Ellen menoleh cepat.
"Satu lorong?"
"Hum, seluruh kamar di lantai 7 adalah milikku." Jawab Yuan.
"Wah. Aku minta satu kamar saja."
"Untuk apa?"
"Refreshing kalau nanti kamu bersikap menyebalkan." Jawab Ellen sambil merentangkan telapak tangan kanannya.
"Aku akan berusaha membuat mu betah di samping ku."
"Ada kalanya kamu akan sibuk."
Yuan maupun Ellen tidak perduli pada keadaan sekitar. Sementara orang-orang yang duduk di sekeliling mereka, masih bertahan untuk diam.
"Sibuk apa?"
"Tidak tahu!" Ellen pikir Yuan meremehkan permintaan pertama nya padahal kesibukkan Yuan bisa di kontrol sesuai keinginan.
"Ambil untuk mu." Yuan memberikan lima kartu kunci pada Ellen.
"Satu saja cukup. Tapi aku tidak tahu mana yang terbaik." Gumam Ellen seolah berbicara sendiri.
"Tinggal datang dan lihat. Ku sarankan kamar yang paling ujung, di sana kolam renang nya luas."
"Hum simpan dulu saja." Ellen memberikan kartu pada Johan." Katanya jalan-jalan." Ellen kembali menagih janji Yuan.
"Memangnya tidak bahaya?" Sahut Mbok Lela. Yuan langsung memberikan peringatan lewat bahasa isyarat.
"Dia sudah janji Mbok."
"Sebaiknya ganti baju dulu. Mari ku antarkan."
Ellen dengan senang hati menyambut uluran tangan Yuan hanya karena sebuah janji jalan-jalan. Selang beberapa menit, Yuan tampak menuruni anak tangga.
"Aturan baru. Turuti perintah Istriku apapun resikonya. Aku tidak mau dia merasa terkekang seperti kehidupan nya dulu." Pinta Yuan. Para anak buah mengangguk termasuk Johan dan Mbok Lela." Bagaimana Jo?" Tanya Yuan pada kesiapan Johan.
"Siap Tuan."
"Hum."
Setelah Yuan pergi, Mbok Lela bertanya perihal pernikahan dadakan yang barusan di lakukan.
"Maaf Mbok, tidak sempat mengabari karena sejak tadi pagi saya sibuk." Jawab Johan.
"Bagaimana cara nya Nona mau menikah?" Johan tersenyum simpul.
"Sebenarnya masih tidak mau tapi saya berhasil mencairkan otak Tuan Yu. Mbok tahu kan bagaimana wataknya saat menginginkan sesuatu?" Mbok Lela mengangguk-angguk." Sejak awal memang Tuan Yu yang berbelit. Terlalu menimbang juga merasa tak yakin, setelah tahu rasanya hehehe tahu sendirilah. Sedikit aneh mendengar nya berbicara pelan." Tring! Johan memeriksa pesan yang baru masuk.
💌Dia tidur. Kau bisa beristirahat.
"Syukurlah." Tutur Johan sambil mengantongi ponsel." Kalian semua bubar." Imbuhnya.
"Baik Kak."
"Mbok, buatkan saya kopi ya. Di rumah belakang saja, takut menganggu."
Johan berjalan keluar di ikuti Mbok Lela. Rasanya sulit menolak ketertarikannya pada Ellen tapi sekarang wanita yang di sukai berganti status menjadi Kakak Ipar.
.
.
.
.
Pukul tujuh malam, Ellen terjaga dari tidurnya. Kebiasaan Yuan yang tak pernah mengkonsumsi makanan membuatnya lupa jika Ellen belum makan sejak pagi.
Aku ketiduran lagi, padahal biasanya sulit memejamkan mata. Batin Ellen.
Seolah paham dengan apa yang Ellen rasakan, otaknya mengontrol tubuh agar lebih rileks. Kekuasaan serta kekuatan Yuan tentu menjadi alasan kuat sebab apapun yang Yuan miliki lebih besar dari David.
Itu kenapa Ellen menerima pernikahan dengan mudah, toh sejak dulu dia memang menginginkan ada seorang lelaki gila yang mau melindunginya dari David. Menikah dengannya berarti rela mati dan Yuan memberikan itu secara alami tanpa paksaan. Lelaki yang tadinya bersikap kaku serta berkata kasar, kini sudah berstatus sebagai Suami. Namun tidak seperti pernikahan pertamanya, Ellen tidak mau lagi patuh dan menerima. Dia pun ingin membuktikan janji Yuan yang akan mengabulkan apapun keinginannya.
"Kita tidak jadi pergi, kamu ketiduran." Yuan menyembunyikan ponselnya saat tahu Ellen sudah bangun. Dia berjalan mendekat lalu duduk di tepian ranjang." Mau pergi sekarang?" Tawar Yuan seraya memberi usapan lembut pada kening.
Perubahan yang tidak normal. Aku yakin dia berpura-pura. Tebak Ellen.
"Sepertinya sudah malam." Selalu saja berakhir konyol. Tadinya mau menikmati suasana kamar malah ketiduran.
"Hum. Plaza tutup pukul sepuluh." Yuan pikir Ellen masih ingin berjalan-jalan.
Kita lihat apa dia bisa menurutinya. Batin Ellen. Dia bangun dan menggeser posisi duduknya lalu menurunkan kedua kaki.
"Tebak yang aku mau." Yuan menggelengkan kepalanya seraya tersenyum tipis. Bukan hanya orang sekitar, sebab dia merasa aneh atas sikapnya sendiri." Aku lapar dan mau makan di luar, kita cari yang sekitar sini." Lanjut Ellen memperjelas keinginannya.
"Bagaimana dengan pesan secara delivery. Biar Johan yang mengurus."
"Oke. Aku pergi dengan Johan saja." Ellen hendak beranjak pergi tapi Yuan menarik tubuhnya dan membawa dalam dekapannya.
"Kamu mau aku membunuh Johan?" Ellen tersungging mendengar jawaban bernada rendah keluar dari mulut Yuan.
"Bukan salahku, aku memintamu tapi kamu menyuruh Johan." Wah hebat sekali. Aku bisa menundukkan Tuan Yu yang katanya berwatak baja. Nada bicaranya bahkan sudah berubah. Dia tidak lagi berteriak-teriak dan mengumpat ku. Otak Ellen yang memang sudah terganggu, tentu memanfaatkan situasi bahkan berniat mengerjai Yuan. Tidak ada niat buruk, Ellen hanya ingin membuktikan.
"Aku hanya tidak pernah melakukan nya."
"Jadi tak bisa ku dapatkan?" Yuan menghela nafas panjang nan berat.
"Dapatkan Baby. Asal jangan membahas lelaki lain tidak terkecuali Johan." Jawab Yuan hampir tidak terdengar.
Ellen turun dari pangkuan lalu memutar tubuhnya menghadap Yuan.
"Percayalah Kak Yu. Lelaki yang mau mempertaruhkan nyawanya untuk menolongku, akan jadi satu-satunya lelaki yang ku puja." Ujar Ellen seraya memberikan sentuhan lembut pada sekitar wajah Yuan.
"Hum, sebab akan ku bunuh orang yang berani mengambil mu dariku." Jawab Yuan membalas tatapan Ellen. Perlakuan itu semakin membuat perasaannya hanyut entah sejauh apa.
"Oke. Jangan kecewakan permintaan pertama ku."
Mungkin terlalu sering mendapatkan kesakitan hingga merubah Ellen yang dulunya sulit menerima perasaan seseorang menjadi mudah menerima cinta lelaki asing. Ellen paham jauh di lubuk hati terdalam, dia masih kesulitan menerima kehidupan pahitnya sekarang. Dia sadar apa yang di lakukan adalah bentuk pelampiasan atas kekecewaan pada David. Tapi ya sudah, toh si lelaki mau bahkan Yuan bernaffsu ingin menikahinya tanpa mempertanyakan bagaimana perasaannya.
Sejak kapan aku berubah jahat? Bersikap seolah-olah aku menerima padahal aku memanfaaatkan kekuasaan Kak Yu. Ah tidak tahu. Selama Kak Yu menjaga kesetiaan nya akupun akan melakukan hal yang sama. Tapi sebaliknya, jika dia berkhianat lalu mengekang ku seperti lelaki itu, aku lebih memilih bunuh diri. Aku tidak sanggup lagi jika harus menambahkan kesakitan.
🌹🌹🌹