Suatu malam, Kaila datang ke pesta kelulusan angkatan seniornya. Mantan kekasihnya, Hansel, laki-laki biasa yang mencampakkan dirinya begitu saja itu juga merupakan salah satu mahasiswa angkatan akhir. Hansel tiba-tiba diberikan minuman yang sudah diobati, oleh salah satu mahasiswi yang sudah mengincar cintanya. Naas, Hansel malah melampiaskan efek obat tersebut kepada Kaila. Sialnya lagi, malam itu juga, Hansel harus pergi meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan bisnis keluarganya.
Bagaimanakah masa depan Kaila selanjutnya?
Apakah Hansel akan kembali, ataukah ada laki-laki lain yang akan menerima masa lalu Kaila?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Tidak Percaya Hansel
Pagi hari kembali tiba. Kaila sudah bangun sejak subuh untuk bersiap. Dia membuka lagi lemari pakaian yang ada di dalam kamarnya, lalu memilah pakaian apa yang cocok di pakainya untuk menemani Hansel hari ini dalam perjalanan bisnisnya.
Ternyata, semua model pakaian telah ada di dalam lemari itu. Kaila pun memilih kemeja motif bunga berwana nude dan bawahan celana kulot berwana cokelat gelap. Semuanya bermerk, membuat Kaila merasa agak kurang percaya diri karena sebelumnya tidak pernah membeli pakaian bermerk seperti itu.
”Berapa ya harganya? Pasti mahal.” Kaila bergumam.
Tidak mau berlama-lama memikirkan merk dan harga. Dia segera masuk ke dalam kamar mandi. Setelah selesai mandi, Kaila berniat untuk memandikan Gavin, namun saat berjalan kearah box bayi terdengar suara ketukan pintu.
Dia mengira itu adalah Hansel yang sudah siap mengajaknya untuk berangkat sehingga dia pun sedikit panik memikirkan Gavin yang belum mandi dan belum siap-siap. Namun, saat membuka pintu kamar ternyata yang berdiri di depannya adalah seorang wanita seumuran dengan Tante Sandra yang mengenakan seragam baby sitter.
“Selamat pagi, Nona. Saya adalah pengasuh Baby Gavin,” sapa wanita itu ramah sambil tersenyum dan sedikit menundukkan kepalanya pada Kaila.
Kaila hanya menganggukkan kepalanya karena bingung harus bersikap bagaimana.
“Apa saya boleh masuk, Nona? Saya yang akan mengurus Tuan Muda Gavin,” kata pengasuh itu lagi.
“Kenapa dia menyebut tuan muda Gavin?” tanya Kaila dalam hati. Namun, dia tetap mempersilakan pengasuh itu untuk masuk ke dalam kamarnya.
Kaila memperhatikan pengasuh tersebut yang mulai menggendong Gavin dengan sangat perlahan dan terlihat sudah lihai dibanding dirinya.
“Maaf, Nona. Apakah Anda bisa memompa asi sekarang ini? Saya sudah menyediakan alat pompa asi dan tempat penyimpanan asinya di dalam tas ini,” kata pengasuh itu sambil mengangkat tas besar yang dia bawa saat masuk ke dalam kamar tadi.
“Baiklah, terima kasih,” sahut Kaila, sedikit sungkan karena tidak pernah dilayani oleh pelayan sebelumnya.
Pengasuh menganggukkan kepala lalu permisi dan membawa Gavin ke dalam kamar mandi untuk di mandikan.
Kaila segera membuka tas yang dibawa pengasuh tadi dan melihat isinya. Ternyata, ada alat pompa asi beserta plastik penyimpanannya. Dan juga kotak berukuran sedang seperti kulkas mini. Tempat menyimpan stok asi agar tetap dingin dan tidak basi untuk diminum oleh Gavin saat Kaila tidak sempat memberikan asinya secara langsung. Juga ada beberapa buah botol dot kecil yang masih terbungkus plastik.
Kaila segera mencari tempat yang lebih tertutup di dalam kamarnya untuk memompa asinya. Dia malu jika sampai pengasuh tadi melihatnya. Padahal mereka sama-sama perempuan. Dia pun memilih masuk ke dalam ruangan perpustakaan mini di sana dan menutup pintunya.
Setelah selesai dan mendapatkan beberapa mili asi yang lumayan banyak untuk stok Gavin nanti, Kaila segera keluar dari ruangan tersebut. Ternyata, Gavin sudah selesai dimandikan dan sudah dipakaikan baju bayi. Kaila lalu menyerahkan hasil pompanya tadi kepada pengasuh Gavin.
Saat itu, Hansel masuk ke dalam kamar Kaila.
“Apa kamu sudah siap?” tanya Hansel dan Kaila segera menoleh lalu mengangguk.
Hansel memindai penampilan Kaila dengan rambutnya yang terurai, tidak seperti biasanya saat bekerja di kantor. Membuat Kaila salah tingkah dengan bergerak menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga kanannya. Hansel pun tersenyum tipis melihatnya.
“Bagaimana dengan Gavin?” tanya Hansel, kali ini pada pengasuh.
“Tuan Muda Gavin sudah siap, Tuan. Perlengkapannya juga sudah siap,” jawab pengasuh tadi.
“Baiklah kita sarapan dulu baru berangkat.” Hansel menatap Kaila. Kaila yang juga sudah lapar lalu segera mengikuti Hansel ke dapur untuk sarapan bersama.
Selesai sarapan, Kaila tidak diperbolehkan oleh Hansel untuk beres-beres meja karena sudah ada ART yang akan mengerjakannya.
Setelah bersiap-siap, mereka pun segera keluar apartemen. Hansel, Kaila, Baby sitter dan Gavin, mereka berangkat menggunakan mobil menuju bandara. Sudah ada Dika yang menunggu di bandara, namun dia tidak ikut karena ditugaskan oleh Hansel untuk mengawasi kantor dan juga Mika.
Mereka tidak menaiki pesawat biasa melainkan jet pribadi milik Hansel. Kaila sungguh takjub merasakan semua fasilitas ini dalam sekejap mata.
Saat mereka sudah duduk di kursi masing-masing, Kaila melirik pengasuh yang tampak biasa saja. Seperti sudah terbiasa ikut menaiki Jet pribadi. Kaila bahkan belum pernah naik pesawat sama sekali.
“Dia pengasuh keluarga kami dan pernah mengasuh Sofia saat kecil,” ucap Hansel tiba-tiba, saat melihat Kaila memandangi pengasuh tersebut.
Kaila pun menoleh menatap Hansel yang duduk di kursi sampingnya.
kursi penumpang yang di duduki Kaila dan Hansel ada empat kursi yang saling berhadapan. Karena mereka duduk bersebelahan, jadi kursi didepan mereka kosong. Pengasuh dan baby Gavin berada di bagian belakang kursi kosong yang ada di hadapan Kaila tersebut.
Pesawat pun mengudara selama satu jam dan kemudian mendarat dengan sempurna. Hansel membantu melepaskan sabuk pengaman Kaila. Lagi-lagi, membuat Kaila salah tingkah. Hansel suka melihatnya begitu.
Kaila lalu memperhatikan pengasuh yang menggendong Gavin. Kaila terlihat begitu mengawasi anaknya itu sehingga Hansel menegurnya.
“Tidak usah khawatir. Aku jamin Gavin aman bersama pengasuhnya.” Hansel lalu menggandeng tangan Kaila dan menuntunnya turun dari pesawat.
Kaila melihat ke arah tangannya yang digandeng oleh Hansel. Telapak tangannya langsung berkeringat karena gugup. Hansel pun merasakannya dalam genggamannya. Lagi-lagi, dia tersenyum tipis.
Saat sudah sampai di bawah, terlihat ada dua orang laki-laki berbadan besar dan tegap mengenakan setelan jas hitam dan ber kaca mata hitam menyambut kedatangan mereka.
“Selamat datang, Tuan,” kata salah satu dari mereka.
“Antar kami ke hotel,” sahut Hansel.
Kaila hanya diam memperhatikan dan mengikuti kemana Hansel menuntunnya karena tangannya masih di gandeng oleh lelaki itu.
Mereka berjalan menuju mobil yang telah tersedia di sana. Mobil yang tersedia ada dua dan masing-masing dikemudikan oleh kedua orang tadi.
Hansel membukakan pintu mobil bagian belakang untuk Kaila, sedangkan Gavin dan pengasuhnya masuk ke dalam mobil satunya. Kaila jadi agak ragu ingin masuk ke dalam mobil yang di bukakan oleh Hansel. Dia bertanya-tanya kenapa mereka tidak berada di dalam satu mobil saja. Hansel mengerti kalau Kaila khawatir jauh dari bayinya.
“Mobil kita tidak muat jika bersama dalam satu mobil. Aku jamin Gavin aman bersama mereka. Jika terjadi sesuatu yang buruk pada Gavin, kamu kuizinkan untuk membunuhku.” Wajah Hansel dengan serius. Membuat Kaila merasa berlebihan dengan rasa khawatirnya terhadap bayinya itu.
Kaila pun segera masuk ke dalam mobil disusul oleh Hansel.
Mobil segera melaju kearah yang sudah di atur oleh Hansel sebelumnya.
Ketika mobil mereka berhenti, ternyata mereka masuk ke parkiran hotel di susul mobil satunya yang membawa Gavin di belakang mereka. Bangunnya hotelnya sangat menjulang tinggi. Sudah pasti tempat para orang kaya yang menginap disini. Begitu pikiran Kaila.
Saat keluar dari mobil, lagi-lagi Hansel menggandeng tangan Kaila masuk ke dalam hotel menuju lift dan naik ke lantai paling atas yang sudah dipesan oleh anak buah Hansel sebelumnya. Bahkan, satu lantai itu sudah dibooking oleh Hansel.
Hansel lalu membuka satu pintu kamar untuk Kaila.
“Ini kamar mu. Masuklah dan istirahat. Dua jam lagi kita makan siang dan malam ini kita pergi ke tempat acara,” kata Hansel.
“Bagaimana dengan Gavin?” tanya Kaila dengan cepat.
“Aku tidur di kamar sebelah, Gavin dengan pengasuh tidur di depan kamarmu,” jelas Hansel.
“Apa boleh kalau Gavin tidur bersama saya?” tanya Kaila ragu-ragu.
“Tidak, dia bersama pengasuhnya,” jawab Hansel tegas. Kaila merasa aneh, kenapa Hansel jadi mengaturnya?
“Apa kamu takut tidur sendirian? Ingin aku temani?” kata Hansel mencoba bercanda tapi ekspresi wajahnya datar. Kaila menggeleng cepat.
“Kalau begitu saya masuk dulu, Tuan,” ucap Kaila yang langsung masuk ke dalam kamarnya cepat-cepat serta mengunci pintunya. Dia masih trauma dengan perbuatan Hansel padanya sehingga menghasilkan Gavin yang malang.
Dia pun langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur sampai ketiduran. Rasa khawatir yang berlebihan beberapa saat lalu hilang begitu saja. Dia tidak percaya Hansel, namun di alam bawah sadarnya, seakan bertolak belakang.
karena ayah kandung tdk mengorbankan darah dagingnya sendiri hanya untk ambisi yg kejam,,
hazel selamatkan rumah tanggamu
jngn sprti maxim,,