My Secret Agent

"Sayang, kamu marah?" Tanya Gian pada Fey yang berjalan di depannya. Mereka hendak pulang setelah menunggui Papa Abraham hingga malam hari.

"Enggak." Jawab Fey.

"Kamu beneran cemburu, Sayang?" Gian kembali menggoda Istrinya, namun Fey tetap diam saja.

Bukan karna cemburu, Fey pura - pura merajuk agar Gian tak mencari tau siapa perempuan itu karna perempuan itu adalah dia.

"Maaf, Sayang, aku cuma bercanda. Aku gak akan cari tau perempuan itu." Ujar Gian yang membuat langkah Fey terhenti.

"Bener, gak akan cari tau?" Tanya Fey yang ingin memastikan kata - kata Gian.

"Iya, aku janji. Udah ya, jangan kesel lagi." Jawab Gian sambil memeluk Fey dari belakang.

"Awas ya kalo bohong. Aku gak akan menoleransi perselingkuhan." Kata Fey yang kini merasa sedikit lega.

"Enggak bohong, Sayang. Ada kamu di sisiku aja udah lebih dari cukup. Lagian aku mau cari yang kayak gimana lagi? Sedangkan aku udah punya kamu yang cantik, pintar, sabar dan setia." Jawab Gian tanpa ragu.

"Gombal banget!" Sahut Fey yang membuat Gian terkekeh. Gian kemudian menggandeng tangan Fey dan berjalan beriringan dengan Istrinya.

"Serius, aku gak gombal kok, Sayang." Kata Gian.

"Ya.. Ya.. Ya. Anggep aja aku percaya." Jawab Fey sambil tersenyum.

"Minggu depan kita berangkat ke Ausie ya, Sayang." Ajak Gian.

"Mau ngapain?" Tanya Fey.

"Mengurus masalah kerugian Perusahaan. Kamu lupa kalo kontrak kerja sama itu dengan salah satu Perusahaan di Ausie?" Tanya Gian.

"Kenapa gak sama tim Kuasa Hukum Perusahaan aja?" Tanya Fey.

"Mereka ikut pastinya. Tapi, aku butuh kamu buat nemenin juga. Bisa ajuin cuti tiga sampe empat hari kan?" Tanya Gian.

"Nanti coba aku tanyain dulu, Kak. lagi pula aku baru cuti dua hari waktu sakit. Gak yakin deh, kalo bisa dapet cuti lagi." Jawab Fey.

"Tolong di usahakan ya, Sayang. Apa perlu aku yang harus dateng ke Kantor kamu?" Tanya Gian.

"Gak usah, Kak. Nanti aku coba bicara sama bagian HRD." Kata Fey yang di jawab anggukan oleh Gian.

"Eh! Mau kemana? Mobilku disana." Kata Fey yang hendak melangkah ke arah mobilnya terparkir. Namun, Gian justru menariknya ke arah yang berlawanan.

"Naik mobilku saja, Sayang. Sekalian kita makan malam di luar." Ajak Gian.

"Terus, mobilku gimana?" Tanya Fey.

"Tinggal aja. Besok pagi kita ambil sekalian jenguk Papa sebelum ke Kantor." Jawab Gian.

Fey pun menurut dan mengikuti langkah Gian menuju ke mobil milik pria tampan itu. Mereka berdua kemudian menuju ke sebuah Restoran untuk makan malam.

"Selamat malam, Tuan Giantara Aditama." Sapa seorang pria saat Fey dan Gian sedang menunggu pesanan.

Gian dan Fey pun menoleh ke arah pria yang berdiri di hadapan mereka. Gian menghela nafas panjang, seolah enggan menanggapi.

"Selamat malam, Tuan Efrilio Wijaya." Jawab Gian yang nampak tak suka dengan pria yang menyapanya.

"Ini Istrimu?" Tanya Efril.

"Iya, ini Istriku." Jawab Gian sambil menggenggam tangan Fey tanpa memperkenalkan nama Fey.

"Salam kenal, Nyonya cantik. Namaku Efrilio." Efril mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Tidak perlu berkenalan dan berjabat tangan. Cukup anda tau saja kalau dia adalah Istriku." Sahut Gian yang dengan tegas melarang.

Fey pun tampak bingung dengan reaksi Gian. Biasanya ia tak pernah seperti ini, ia bahkan selalu mengenalkan nama Fey saat bertemu dengan rekannya yang belum mengenal Fey.

Namun, Fey hanya diam. Pasti ada alasan kenapa sikap Gian seperti ini pada pria yang bernama Efril. Fey pun hanya mengangguk dan tersenyum kikuk pada Efril.

"Oh ha ha, baiklah Tuan Gian. Sepertinya Suamimu ini adalah orang yang pencemburu. Nyonya cantik betah hidup dengan pria pencemburu?" Ujar Efril dengan senyuman menyeringai. Tentu ia sedang meledek Gian sekarang.

Fey memperhatikan Efril yang sedang meledek Gian. Ia lalu beralih menatap Gian yang nampak tenang.

"Tentu saja, karna dia mencintaiku. Aku pun di ratukan oleh Suamiku. Lalu, apa alasanku untuk tidak betah hidup dengan suamiku ini?" Jawab Fey yang membuat wajah Gian tiba - tiba memerah karna di bela.

Gian pun mengambil air minum di depannya, dan meminum sambil tersenyum salah tingkah.

"Oh hahaha. Aku akui dia memang selalu meratukan wanita yang berada di sisinya. Tapi, dia belum tentu mampu memberikan kepuasan pada wanita itu." Kata Efril sambil melirik, untuk melihat reaksi Gian yang baru ia ejek.

"Apa maksud anda?" Tanya Fey yang mengerti jika ada sesuatu di anatara keduanya.

"Nyonya cantik tanyakan saja pada Tuan Giantara, dia pasti mengerti." Kekeh Efril.

"Baiklah, selamat menikmati makan malam kalian. Aku berharap bisa bertemu dan mengobrol dengan kalian berdua lain waktu. Terutama dengan Nyonya cantik ini. Saya permisi." Imbuh Efril dengan tatapan menggoda sebelum beranjak dari meja Gian. Gian pun hanya melirik sinis pria yang baru saja pergi itu tanpa menjawab.

"Jangan pernah bicara sama dia." Ujar Gian pada Fey saat Efril sudah pergi.

"Kenapa? Kak Gian punya masalah sama dia? Pasti ada sesuatu di antara kalian kan?" Tanya Fey.

"Masalah pribadi, dulu. Intinya dia bukan pria baik. Walaupun aku juga bukan pria yang benar - benar baik, tapi aku gak sebajing an pria itu." Jawab Gian dengan geram.

Reaksi Gian yang seperti ini, memang memancing rasa penasaran Fey. Namun, Fey hanya diam karna tak ingin merusak mood Gian yang sekarang tentu sedang tak baik.

Setelah makan malam, mereka segera beranjak. Di dalam mobil, Gian yang akhir - akhir ini lebih cerewet, kini tampak terdiam seolah sedang bertarung dengan pikirannya.

"Are you O.K?" Tanya Fey pada Gian.

"Iya, aku gak apa - apa." Jawab Gian sembari tersenyum tipis pada Fey.

 "Kenapa? Setelah bertemu Efril, kamu jadi diam, Kak. Apa masalahmu dengan Efril sebesar itu, sampai - sampai bisa merusak moodmu?" Tanya Fey yang tak mampu menahan rasa penasarannya.

 "Ada hal yang gak mengenakkan yang pernah terjadi dulu antara aku dan Efril." Jawab Gian.

"Masalah Perusahaan?" Telisik Fey. Namun, Gian menggeleng.

"Lalu?" Tanya Fey lagi.

"Gak usah di bahas. Aku takut kamu marah." Jawab Gian sembari meraih tangan Fey.

"Aku mau tau, Kak. Aku penasaran." Bujuk Fey.

"Apa ada kaitannya dengan perempuan? Sepertinya Efril menggiring pembahasan ke arah perempuan." Tebak Fey sambil melirik ke arah Gian. Berharap pancingannya mengenai sasaran dan membuat Gian mau bercerita.

Gian pun menghela nafas panjang sembari melirik ke arah Istrinya yang sedang menatapnya. Sepertinya ia tak bisa menyembunyikannya lagi, apa lagi setelah mendengar tebakan Fey yang benar tentang masalahnya dengan Efril.

"Baiklah, tapi janji jangan marah kalau aku ceritain ke kamu." Pinta Gian sembari menatap wajah istrinya.