Sahara, Balas Dendam Anak Terusir!

"Kau... Masuk kedalam ruanganku sekarang dan bawa kopi sekalian."perintah Brian kepada Sahara saat dia tiba di lantai ruangannya. Sedankan Sahara seperti biasa sedang melakukan pekerjaannya.

"Baik Pak Brian." Jawab Sahara kemudian menyimpan lap pel dan masuk kedalam pantry membuatkan kopi untuk Brian.

"Silahkan Pak Brian."Sahara menyimpan gelas di atas meja Brian kemudian berbalik dan akan melanjutkan pekerjaannya.

"Mau kemana? Siapa yang menyuruhmu pergi?" Ucap Brian tanpa melihat ke arah Sahara dan selalu fokus dengan ponselnya.

"Lalu saya harus apa disini Pak Barian? Apa saya harus cosplay lagi jadi patung? Dan melihat anda yang sedang asyik main ponsel?"tanya Sahara membuat Brian menatap ke arah wanita yang selalu bisa menjawab ucapannya.

"Duduk disana!"perintah Brian. Sahara duduk di sofa yang di tunjuk oleh Brian. Menunggu atasannya yang masih terlihat sibuk dengan ponsel.

"Kerjakan kembali semuanya. Aku mau, mulai sekarang kamu mengerjakan semua ini sampai ketemu semua akar masalahnya."jawab Beian memberikan berkas dan laptop kepada Sahara.

"Gajinya?"tanya Sahara. Membuat Brian kesal menaikkan sebelah alisnya.

"Aku akan memberikan bonus padamu jika kamu bisa menemukan akar masalahnya."jawab Brian.

"Aku mau tertulis Pak."kembali Sahara membuat Brian kesal bukan main dengan keinginan Sahara itu.

Dari awal niat hati akan membuat Sahara tidak betah dan mengajukan pengunduran diri tak lebih dari satu minggu. Tapi ternyata malah dia yang sekarang bergantung kepada Sahara. Karena Sahara yang berhasil menemukan celah kebocoran di perusahaannya. Sedangkan dia dan Raka sedang mengerjakan proyek besar sehingga mereka tidak bisa melakukannya sendiri.

"Baiklah. Dasar mata duitan." Kesal Brian kemudian meminta Raka masuk untuk mengurus semuanya.

"Harus Pak. Semua di dunia perlu duit. Gak ada duit gak bisa makan. Kebutuhan serba mahal. Biaya kuliah mahal juga. Kalau gak mata duitan saya gak akan kerja." Jawab Sahara membuat Brian semakin kesal saja.

"Ada apa Pak?"tanya Raka yang baru saja datang kedalam ruangan Brian.

"Buat perjanjian dengan dia yang mata duitan ini."ucap Brian sambil mendelikkan mata ke arah Sahara.

Sedangkan Sahara acuh saja.Toh memang pekerjaan itu tidak mudah sehingga memang harus ada imbal balik untuk itu. Rugi dong, kalau harus mengerjakan pekerjaan profesional tapi di gaji dengan gaji OB. Namanya kan bo-doh mau saja di manfaatin. Dan bukan Sahara kalau mau saja di manfaatkan seperti itu.

"Baiklah. Akan saya buatkan."jawab Raka.

"Tunggu Pak Raka. Terus yang bersih-bersih lantai ini siapa? Nanti saya kena omel sama kepala divisi yang judes itu. Apalagi kalau nanti dia swipping dan tak melihat keberadaan saya,"ucap Sahara. Membuat Raka dan Brian n saling pandang.

"Baiklah. Pagi kamu bersih-bersih setelahnya kamu kerjakan itu."jawab Brian.

"Baiklah. Tapi gaji minta 3x lipat di luar bonus."jawab Sahara membuat Brian dan Raka kembali saling pandang.

"Benar-benar mata duitan lu."kesal Brian.

Tapi Sahara diam saja tak peduli. Toh itu sebanding dengan apa yang akan dia kerjakan. Jika Brian tidak mau dan tidak setuju, ya sudah. Dia tinggal mengerjakan pekerjaan utamanya saja tanpa perlu ribet.

"Jika saja aku sedang tidak butuh tenagamu ogah amat. Raka berikan yang dia mau."ucap Brian yang akhirnya menyetujui keinginan Sahara.

"Baiklah. Saya akan kerjakan di meja luar saja Pak, agar saya bisa lebih fokus. Kalau di dalam sini bersama bapak, rasanya tidak nyaman dan membuat saya risih. Belum lagi nanti di kira saya OB ganjen atau sejenisnya."Sahara pamit setelah menandatangani perjanjian dengan Zayn.

"Tidak mejanya saja bawa kemari. Aku tak mau kau berbuat curang dan aku tak peduli dengan omongan orang lain! aku pemilik perusahaan ini dan aku yang berkuasa atas semua yang ada pada perusahaan!."jawab Brian membuat Sahara mendengus kesal. Akhirnya dia dan Raka mengangkat meja di luar masuk kedalam ruangan Brian untuk dirinya.

"Terimakasih Pak Raka. Anda sudah tampan baik juga. Dan suka menolong."ucap Sahara setelah selesai membawa meja dan kursi untuk dirinya. Sedangkan Raka hanya tersenyum saja mendengar pujian dari Sahara.

"Ck. Ganjen."celetuk Brian.

Sahara mencebik kesal dan mulai mengerjakan setumpuk berkas di depannya. Dia dan Brian sama-sama fokus dengan pekerjaannya masing-masing. Tak ada pembicaraan antara mereka, yang ada hanya bunyi keyboard yang beradu dengan jari jemari. Hingga tak terasa waktu menunjukkan untuk makan siang.

"Pak, saya minta izin datang telat setelah istirahat makan siang. Karena saya hrus ke kampus dan saya akan mengganti waktunya dengan melebihkan jam pulang kerja saya,"izin Sahara sebelum keluar untuk makan siang.

"Baiklah! Jam dua siang kamu harus sudah berada disini! Aku tak mau lebih dari itu,"jawab Brian membuat senyum merekah terbit di bibir Sahara.

"Terima kasih pak,"jawab Sahara girang dan segera menyambar tas miliknya kemudian keluar dari ruangan Brian yang masih diam memperhatikan Sahara.

"Girang sekali dia!"ujar Brian.

Sahara tiba di kampus dan di sambut oleh Galih yang juga ada disana.

"Saharaaaa,,,"panggil Galih.

"Aish, mau apa pula tu bocah!"gerutu Sahara kesal.

"Apaan astaga!"tanya Sahara.

"Ambekan banget sih ahh. Lo emang udah keluar dari kampus?"tanya Galih yang memang sudah jarang melihat Sahara datang ke kampus.

"Kata siapa? Ini gue mau bayar uang kuliah ke bagian Administrasi. Gue kuliah ambil kuliah Weekend. Udah ah gue buru-buru soalnya harus kerja lagi,"jawab Sahara sambil terus berjalan cepat.

"Kerja dimana?"tanya Galih yang terus mengikuti Sahara.

"Bimantara, jadi OB di lantai pimpinan yang judes dan menyebalkan. Makanya jangan ganggu, gue harus segera balik lagi kalau nggak, nanti gue di hukum sana dia!"jawab Sahara masuk ke dalam ruangan administrasi sedangkan Galih menunggu di depan.

"Lah jadi dia OB di lantai Abang gue dong!"seru Galih.

"Ra, gue kangen..."ujar Galih saat Sahara keluar dan menuju ke tempat parkir. Mendengar ucapan Galih, Sahara hanya memutar bola matanya malas.

"Tuh bebeb kamu datang. Aku males ketemu dia! Bye..."ujar Sahara saat melihat Citra mendekat ke arah mereka.

"Ais, tu anak ternyata malah salah paham!"kesal Galih yang juga seger pergi dari sana saat Citra mendekat ke arahnya. Dia juga malas dengan Citra yang terlalu agresif. Malah dia jadi takut dengan wanita seperti itu.