TIGA PRIA DARI DESA

Setelah menunaikan tugasnya, Iqbal memilih segera mandi karena udara di kota lebih panas daripada udara di kampung. Badan lebih cepat berkeringat dan lengket. Padahal kerjanya lebih banyak duduk di dalam mobil yang memakai pendingin.

Sambil berdendang dengan suara yang begitu sumbang, Iqbal menyiram dan membersihkan seluruh sisi tubuhnya agar bersih tak berdaki. Hingga belasan menit, acara mandi

Batapa kagetnya Iqbal saat keluar kamar mandi, ada wanita cantik bertubuh indah memakai pakaian serba mini dan ketat bersandaran tembok dan menatap ke arahnya.

Rasa kaget juga dirasakan wanita tersebut. Dia kaget karena melihat bentuk tubuh atletis milik supirnya sungguh membuat dia beberapa kali menelan salivanya. Iqbal terlihat sangat tampan dengan rambut basah dan badan yang hanya tertutup handuk. Sungguh wanita itu langsung resah dibuatnya.

"Nona!" pekik Iqbal begitu dia keluar kamar tadi. Segera dia menutup tubuhnya dengan kaos kotor yang dia pegang.

"Waow! Badan kamu bagus banget, Bal. Kamu fitnes ya?" tanya Wanita itu dengan tatapan yang tak fokus kepada satu arah.

"Enggak, Non." jawab Iqbal jujur. Sungguh dia canggung berhadapan dengan wanita dalam keadaan seperti ini.

"Benarkah?" tanya wanita itu tak percaya dan Iqbal mengangguk sambil nyengir untuk meyakinkannya. "Baiklah aku percaya. Tapi asli bagus banget tubuh kamu, Bal."

"Makasih, Non.Non ada perlu?" tanya Iqbal. Dia benar benar ingin segera masuk ke kamar dan berpakaian. Sungguh tatapan Nona majikannya saat ini membuat pikiran Iqbal kemana mana.

"Aleta, kamu nggak kenal nama aku?"

"Belum, Non. Maaf," ucap Iqbal tak enak hati.

"Ya udah, di inget tuh nama aku, yah?" dan Iqbal pun mengangguk.

Beberapa detik kemudian, Aleta mengatakan penyebab tujuannya menemui Iqbal saat ini. Sungguh Iqbal di buat terkejut denyan apa yang ditanyakan Aleta. Wanita bertubuh ramping itu menanyakan pengaman yang Iqbal temukan di dalam mobil pagi tadi.

Darimana Aleta tahu ada pengaman dalam mobil yang katanya sering di pakai Karin? Apa mungkin kalau sebenarnya pengaman itu milik Aleta? Kalau iya, kenapa di taruh di mobil Karin? Apa mungkin Aleta meminjam mobil Karin buat kencan di dalam mobil? Atau ada rencana yang Aleta buat untuk menjatuhkan nama adiknya? Sungguh, banyak pertanyaan yang bermunculan dalam benak Iqbal beberapa detik ini.

"Bal, kamu lihat nggak?" tanya Aleta lagi untuk mencari kepastian.

"Enggak, Non. Lagian tadi pagi bukan aku yang bersih bersih mobil." ucap Iqbal sengaja berdusta. Ingin rasanya dia jujur tapi dalam hatinya bersuara kalau ini ada sangkut pautnya dengan Karin.

Nampak Aleta pun manggut manggut mendengar jawaban Iqbal. Entah dia percaya atau tidak tapi tatapan matanya terus ke arah lilitan handuk Iqbal, hingga pemuda itu pun terpaksa pamit undur diri dengan alasan mau ganti baju takut masuk angin.

Sebenarnya konsentrasi Aleta untuk menanyakan benda yang dia cari sudah buyar begitu melihat badan atletis Iqbal. Bagaimana dia mau fokus kalau dengan pemandangan tubuh saja pikirannya langsung kemana mana.

Melihat Iqbal yang pamit ganti baju, membuat Aleta mendengus sebal. Dia kesal karena kehilangan momen bagus dan juga kesal karena Iqbal tidak tahu menahu apa yang dia cari. Segera saja dia kembali ke kamar untuk memenui Belinda.

Setelah sampai kamar, Aleta langsung di cecar pertanyaan oleh kakaknya. Namun Belinda nampak kecewa karena kali ini rencana untuk memperburuk adiknya gagal.

Belinda ngedumel tidak jelas kepada sang adik dengan makian makian yang terlontar unruk adik bungsunya yang berada di kamar lain.

Sedangkan Aleta, dia seperti tidak fokus dengan ocehan Belinda yang suara lantangnya memenuhi ruang kamar ini. Aleta fokus membayangkan apa yang dia lihat pada diri Iqbal.

Belinda yang beberapa saat kemudian merasa diabaikan oleh Aleta, seketika memberi jitakan ke kepala Aleta hingga wanita dua puluh tiga tahun itu kaget dan mendengus kesal.

"Belinda! Sakit tahu," sungut Aleta sambil mengusap kepalanya yang baru leja jitak.

"Ya lagian ada orang ngomong dari tadi malah bengong, lagi mikirin apa sih?" tanya Belinda geram.

"Mikir apaan? Orang lagi serius dengerin kamu ngomong kok," sungut Aleta dusta. Tentu saja dia tidak berani jujur, bisa murka Belinda.

"Benarkah? Sorry?" ucap Belinda yang percaya begitu saja dengan ucapan adiknya.

Aleta sontak mencebikan bibirnya. Karena merasa kesal, dia memilih keluar dan kembali ke kamar tidurnya. Saat sudah berbaring di atas ranjangnya, Aleta malah senyum senyum sendiri.

"Iqbal, badan kamu membuat aku resah. Awas aja, suatu saat aku akan membuatmu tidur dalam pelukanku." gumam Aleta sembari menyeringai.

...@@@@@...