NovelToon NovelToon
Suami Hyper Anak SMA

Suami Hyper Anak SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Bad Boy / Teen Angst / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Nikah Kontrak
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Raey Luma

"DAVINNNN!" Suara lantang Leora memenuhi seisi kamar.
Ia terbangun dengan kepala berat dan tubuh yang terasa aneh.
Selimut tebal melilit rapat di tubuhnya, dan ketika ia sadar… sesuatu sudah berubah. Bajunya tak lagi terpasang. Davin menoleh dari kursi dekat jendela,
"Kenapa. Kaget?"
"Semalem, lo apain gue. Hah?!!"
"Nggak, ngapa-ngapain sih. Cuma, 'masuk sedikit'. Gak papa, 'kan?"
"Dasaaar Cowok Gila!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raey Luma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hujan

Leora melangkah keluar gerbang sekolah. Davin… kenapa tingkahnya bisa selabil itu? Satu menit menegangkan, menit berikutnya dingin.

‘Apa yang lagi dia rencanain?’ gumamnya.

Ia buru-buru memesan taksi, sadar harus pulang sebelum Davin kembali ke sekolah dan urusan Rey menjadi masalah.

Selama dalam perjalanan, Rey mengirimnya banyak pesan. Ia meminta maaf karena tidak bisa menahan emosinya tadi, juga mengingatkan Leora agar nanti sore bisa bertemu.

Leora menarik napas panjang. Bingung.

"Neng... Masih jauh?" tiba-tiba sopir taksi menyela.

"Jelas, Pak. Kan udah saya kasih tau tujuannya," kata Leora.

"Iya neng, saya tau. Tapi, maaf banget neng. Bapak dikabarin istri, kalo anak bapak lahiran, dan harus putar balik."

"A-apa? Berarti aku–"

"Iya, neng. Gak papa neng, gak usah bayar. Bapak yang salah." kata sopir, memelas.

"Tapi Pak..."

"Neng, saya tahu saya salah. Tapi, saya enggak bisa lanjutkan. Anak saya–"

"Oke deh, oke. Aku turun. Makasih ya, Pak."

Leora turun dari taksi dengan terpaksa. Hujan deras tiba-tiba mengguyur, membasahi rambut dan bajunya. Ia melihat ke arah ponsel.

Sial.

Baterainya tinggal 1% lagi. Ia tak sempat mengisi baterainya semalam.

"Tolong, jangan mati dulu. Jangan dul–"

Naas, harapannya tak terkabul. Ponselnya mati total, dan dia sama sekali tidak membawa uang cash.

“Ya ampun…” gumamnya, menatap jalanan yang sepi dan licin.

Di sisi lain, di rumah, Davin baru saja menyadari Leora belum pulang. Hujan semakin deras. Namun, kilasan wajah Rey kembali di benaknya.

"Ngapain khawatir. Dia kan punya cowok sok jagoan, itu? Pasti sekarang mereka lagi berduaan. Cari kesempatan." batinnya.

Davin melangkah ke arah dapur, perutnya sudah keroncongan, sementara di depannya ada bi Marni yang tengah membuka dua bungkus mie.

"Bi, mau masak mie?" tanya Davin.

"Enggak, den. Ini buat aden sama Non Leora"

Mendengar itu, Davin segera menjawab. "Haduh. Gak usah bi, dia pasti lagi makan sekarang di rumah pacarnya. Bibi bikin buat aku dan Bibi aja ya."

"Berarti, Non Leora–"

"Udah bi. Gak usah khawatir. Dia mah banyak temannya, banyak kenalan. Jam segini belum pulang pun, dia gak bakal kelaparan."

Entah mengapa, mendengar hal itu Marni justru merasa khawatir. Petir saling menyambar, hujan tak kunjung reda. Bayangan Leora, seakan memenuhi pikirannya.

"Bi Marni?"

"Euh, anu.. iya Den."

"Jangan ngelamun bi. Aku udah laper."

Marni pun segera melanjutkan pekerjaannya. Saat ia menoleh ke samping, jam sudah menunjukkan pukul 3 sore.

"Den.. Kok Bibi punya firasat buruk ya? Aden yakin, kalau Non Leora sama pacarnya?"

"Iya bi. Gak usah mikirin dia, gak penting." kata Devin dengan tegas. Lalu kembali melanjutkan makan.

---

Sementara di sisi lain, Leora menggigil di bawah hujan deras, bajunya basah kuyup. Jalanan licin membuatnya sulit berjalan cepat, sementara ponselnya mati total. Tak ada cash di dompet, tak ada siapa pun yang bisa ia hubungi.

“Ya ampun… kenapa semua bisa terjadi di saat bersamaan,” gumamnya, menunduk menatap genangan air di jalan.

Sementara itu, Rey menatap layar ponselnya yang kosong, semakin marah karena Leora belum membalas satu pun pesannya. “Apa dia sengaja kacauin semua rencana?” batinnya kesal, meninju meja.

Di sisi lain, Davin masih duduk di kamarnya. Sudah dua jam semenjak tadi Bi Marni membuatkannya mie. Ia merasa sedikit cemas.

Hujan deras yang menguyur di luar seakan menambah rasa gelisahnya. Ia tidak bisa hanya diam dan membiarkan Leora menghadapi hujan sendiri.

Dengan cepat, ia mengambil ponsel.

Satu dua panggilan. Nomornya tak aktif.

"Dia marah kayaknya sama gue" batin Davin.

Ketiga kalinya ia mencoba menghubungi, tapi tetap saja operator perempuan yang menjawabnya.

Pikirannya mulai kacau. Ia segera mencari jas dan menaruhnya ke dalam tas. “Gila… dia benar-benar bisa bikin gue panik,” gumamnya, menatap jam.

Leora, yang kini mencari tempat berteduh di teras minimarket kecil, tengah menggigil. Ia mencoba menenangkan diri, tapi rasa cemas terus menghantuinya.

“Aku harus gimana sekarang?"

Leora terus menatap minimarket yang agak remang, hanya ada beberapa lampu yang menyala. Ia memasuki pintu otomatis dan terkejut ketika seorang pria paruh baya menatapnya dengan cemas.

“Neng, kehujanan ya? Mau duduk sebentar?” tanya pria itu, menunjuk kursi di pojok.

Leora mengangguk cepat, menepuk-nepuk bajunya yang basah.

"Neng, dari mana. Kok jam segini belum pulang?"

"Aku, nungguin teman. Taunya dia gak datang-datang"

"Oalah, kenapa gak pake ojeg atau taksi aja? Emang masih jauh tempatnya?"

"Saya gak bawa cash, gak bawa kartu. Semua uang saya non tunai di hp pak. Hp saya mati. Jarak ke rumah juga lumayan jauh sih pak, kurang lebih 45 menitan dari sini."

"Waduh. Kasihan banget neng. Kalau gitu, mau bapak anter?"

Leora tertegun. Ia melihat penampilan pria itu dari atas sampai ujung kaki.

"Bapak, bawa motor?"

"Ada neng. Motor tua di depan." ungkapnya.

Leora menelan ludah, dadanya berdebar tak menentu. Matanya menatap ponsel dengan keadaan masih mati total, pikirannya panik mencari solusi.

Tiba-tiba sebuah ide muncul—ia akan minta tolong pada kasir yang baru saja melintas. Dengan langkah ragu, Leora berkata "Makasih, ya pak... Tapi kayaknya aku punya pilihan lain," ucapnya pelan.

Pria paruh baya itu mengangguk, sorot matanya lembut penuh pengertian. "Oke, neng. Hujan juga mulai reda, saya lanjut cari penumpang lagi."

Leora menghembuskan napas lega, sejenak rasa cemas mencair. Dalam hati ia menyindir diri sendiri, kenapa baru kepikiran sekarang, ya? Sambil melangkah menjauh, ia tersenyum kecil menyesal tapi juga bersyukur.

Dingin malam itu masih menggigit tulang saat seseorang tiba-tiba datang dan langsung memeluk Leora dengan erat.

"Lo pasti kedinginan, ya? Maaf banget, gue nggak becus jagain lo." ucap Davin. Sementara Leora terdiam, tak sempat menjawab, bahkan langkahnya yang tadi hendak ke kasir langsung terhenti.

Matanya menatap lelaki itu yang tanpa menunggu balasan sudah mendorongnya untuk duduk kembali. "Lo tunggu di sini, jangan ngeyel," ucap Davin sambil menghilang di balik rak display.

Dia sibuk mencari-cari sesuatu, tangan Davin melirik ke arah bungkus makanan hangat. Setelah beberapa saat, ia kembali datang dengan tangan penuh bungkusan. "Minum ini dulu," katanya sembari menyerahkan minuman tersebut. "Bagus buat ketahanan tubuh lo."

Leora mengangguk perlahan, tubuhnya terasa sedikit terhibur oleh perhatian kecil itu meski rasa dingin masih merambat.

Namun ketika ia berdiri, tubuhnya seolah membeku dalam cengkeraman amarah yang mendadak meledak.

"Dari tadi gue nungguin lo, dan lo baru muncul sekarang?" suaranya meninggi, bergetar karena jengkel.

"Ngapain lo di sini? Lo gak liat gue udah kayak ayam kuyup? Hah!" ucapnya, suaranya menggema dan menimbulkan aura panas di sekitarnya.

Pria itu mengangkat tangan, "Maaf... please... Gue gak sengaja, gue gak tahu kalo lo di sini. Gue kira lo balik sama cowok sok jagoan lo itu."

"Enggak! Lo salah besar. Cowok gue bukan sok jagoan, tapi beneran jago." Dia mengepalkan tangan.

"Anggap itu benar. Terus, sekarang lo milih marah sama gue ketimbang bilang makasih?"

"Apa? Makasih? Lo aja gak becus jagain gue, ngarep banget gue bilang makasih"

Davin terdiam. Kali ini Leora benar. Karena berpikiran buruk, akhirnya Leora harus hujan hujanan dengan waktu yang cukup lama.

"Oke. Gue salah. Tapi, ini bukan waktunya buat berantem. Lo bisa maki gue, tapi saat kita tiba di rumah"

1
Shifa Burhan
author tolong jawaban donk dengan jujur

*kenapa di novel2 pernikahan paksa dan sang suami masih punya pacar, maka kalian tegas anggap itu selingkuh, dan pacar suami kalian anggap wanita murahana, dan suami kalian anggap melakukan kesalahan paling fatal karena tidak menghargai pernikahan dan tidak menghargai istrinya, kalian akan buat suami dapat karma, menyesal, dan mengemis maaf, istri kalian buat tegas pergi dan tidak mudah memaafkan, dan satu lagi kalian pasti hadirkan lelaki lain yang jadi pahlawan bagi sang istri

*tapi sangat berbanding terbalik dengan novel2 pernikahan paksa tapi sang istri yang masih punya pacar, kalian bukan anggap itu selingkuh, pacar istri kalian anggap korban yang harus diperlakukan sangat2 lembut, kalian membenarkan kelakuan istri dan anggap itu bukan kesalahan serius, nanti semudah itu dimaafkan dan sang suami kalian buat kayak budak cinta dan kayak boneka yang Terima saja diperlakukan kayak gitu oleh istrinya, dan dia akan nerima begitu saja dan mudah sekali memaafkan, dan kalian tidak akan berani hadirkan wanita lain yang baik dan bak pahlawan bagi suami kalau pun kalian hadirkan tetap saja kalian perlakuan kayak pelakor dan wanita murahan, dan yang paling parah di novel2 kayak gini ada yang malah memutar balik fakta jadi suami yang salah karena tidak sabar dan tidak bisa mengerti perasaan istri yang masih mencintai pria lain

tolong Thor tanggapan dan jawaban?
Raey Luma: Sementara contoh yang kakak sebutkan mungkin lebih menonjolkan karakter pria yang arogan, sehingga apa pun yang dia lakukan selalu tampak salah di mata pembaca. Apalagi di banyak novel, perempuan yang dinikahkan secara paksa biasanya digambarkan berasal dari tekanan ekonomi atau tanggung jawab keluarga, sehingga karakternya cenderung lebih lemah dan rapuh. Dan itu yang akhirnya membuat tokoh pria terlihat seperti pihak yang “dibenci”.


Beda dengan alur ceritaku di sini, di mana pernikahan mereka justru terjadi karena hal konyol dua orang ayah yang sama-sama sudah kaya sejak lama, jadi dinamika emosinya memang terasa berbeda.

Kurang lebih seperti itu sudut pandangku. Mohon maaf kalau masih ada bagian yang kurang, dan terima kasih sudah berbagi opini 🤍
total 2 replies
Felina Qwix
kalo aja tau Rey si Davin suaminya Leora haduh🤣🤣🤣
Raey Luma: beuuh apa ga meledak tuh sekolah🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!