Alana tidak pernah menyangka bahwa satu malam di kamar nomor delapan ratus delapan akan menukar seluruh masa depannya dengan penderitaan. Di bawah pengaruh obat yang dicekoki saudara tirinya, dia terjebak dalam pelukan Kenzo Alfarezel, sang penguasa bisnis yang dikenal dingin dan tidak punya hati.
Sebulan kemudian, dua garis merah pada alat tes kehamilan memaksa Alana melarikan diri, namun kekuasaan Kenzo melampaui batas cakrawala. Dia tertangkap di gerbang bandara dan dipaksa menandatangani kontrak pernikahan yang terasa seperti vonis penjara di dalam mansion mewah.
Kenzo hanya menginginkan sang bayi, bukan Alana, tetapi mengapa tatapan pria itu mulai berubah protektif saat musuh mulai berdatangan? Di tengah badai fitnah dan rahasia identitas yang mulai terkuak, Alana harus memilih antara bertahan demi sang buah hati atau pergi meninggalkan pria yang mulai menguasai hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21: Malam Pertama: Ranjang Yang Terpisah
Alana hanya bisa menatap ekor gaun pengantinnya yang compang-camping tertiup angin malam yang sangat dingin di tengah kesunyian area parkir bawah tanah yang sangat menyeramkan tersebut. Mobil yang membawanya tiba di depan pintu belakang mansion Alfarezel saat jam dinding raksasa baru saja dentingkan suara tengah malam yang sunyi.
Pengawal bertubuh kekar itu menurunkannya di depan sebuah kamar kecil yang terletak jauh dari paviliun utama tempat Kenzo biasanya beristirahat. Alana melihat sebuah ranjang kayu tua dengan seprai kusam yang sangat kontras dengan kemewahan yang baru saja dia saksikan di gedung pernikahan tadi.
"Kenapa aku dibawa ke sini dan bukan ke kamar utama sebagai nyonya rumah yang sah?" tanya Alana dengan suara yang serak akibat terlalu banyak menangis.
Pengawal itu tidak menjawab dan hanya meletakkan sebuah koper tua berisi pakaian pelayan sebelum akhirnya mengunci pintu dari arah luar dengan suara dentuman besi yang keras. Alana jatuh terduduk di atas lantai kayu yang berdebu sambil memegangi perutnya yang mulai terasa sakit karena stres yang sangat luar biasa hebat.
Dia mencoba melepaskan kancing gaun pengantinnya yang sangat rumit namun jemarinya terasa sangat lemas dan sangat bergetar hingga dia menyerah begitu saja. Air mata kembali mengalir membasahi kain sutra mahal itu saat dia menyadari bahwa malam pertama yang seharusnya indah kini berubah menjadi sebuah hukuman yang keji.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan kasar dan menampilkan sosok Kenzo yang sudah melepas jasnya serta menggulung lengan kemeja putihnya hingga ke siku. Pria itu berdiri di ambang pintu dengan tatapan mata yang sangat tajam sekaligus sangat penuh dengan dendam yang membara di balik pupil matanya yang gelap.
"Kau pikir kau layak tidur di atas ranjang sutra milik keluarga Alfarezel setelah apa yang dilakukan ayahmu?" tanya Kenzo dengan nada yang sangat merendahkan.
Alana mencoba berdiri dan menatap pria itu dengan sisa keberanian yang dia miliki meskipun kakinya masih terasa sangat goyah dan sangat rapuh. Dia ingin membela ayahnya namun bukti video yang ditunjukkan oleh Kenzo tadi terus berputar-putar di dalam kepalanya seolah sedang mengejek kenyataan hidupnya yang malang.
"Aku bukan ayahku, Kenzo, kau tidak bisa menghukumku atas kesalahan yang bahkan tidak pernah aku ketahui sebelumnya!" teriak Alana dengan kemarahan yang meluap-luap.
Kenzo melangkah maju dan mencengkeram dagu Alana dengan sangat kuat hingga wanita itu meringis kesakitan akibat tekanan dari jemari pria yang sangat perkasa tersebut. Dia mendekatkan wajahnya hingga Alana bisa mencium aroma maskulin bercampur alkohol yang sangat menyengat dari napas pria yang kini menjadi suaminya secara sah.
"Kau adalah istriku sekarang, yang artinya kau adalah milikku yang paling rendah untuk aku perlakukan sesuka hatiku sebagai penebus dosa," bisik Kenzo dengan suara yang sangat parau.
Pria itu kemudian melepaskan cengkeramannya dengan kasar hingga Alana terdorong ke arah ranjang kayu yang berderit sangat nyaring karena sudah sangat tua dan sangat rapuh. Kenzo berbalik arah dan berjalan menuju pintu keluar tanpa sedikit pun berniat untuk menyentuh Alana dengan kasih sayang layaknya sepasang pengantin baru.
"Jangan pernah berani keluar dari kamar ini sebelum fajar menyingsing jika kau tidak ingin melihat ayahmu membusuk di dalam penjara bawah tanah," ancam Kenzo sebelum membanting pintu kayu tersebut.
Alana meringkuk di atas ranjang yang sangat keras itu sambil terus memeluk dirinya sendiri untuk mencari kehangatan di tengah udara malam yang semakin menusuk tulang. Dia menatap langit-langit kamar yang penuh dengan jaring laba-laba dan menyadari bahwa ranjang yang terpisah ini hanyalah awal dari sebuah penderitaan yang sangat panjang dan sangat menyakitkan.
Kegelapan malam terasa semakin mencekam saat Alana mendengar suara langkah kaki yang sangat mencurigakan dari balik jendela kamar yang tidak terkunci dengan rapat. Seseorang sedang mengintip dari balik tirai tipis dengan sepasang mata-mata yang penuh dengan kilatan rahasia serta niat yang sangat tersembunyi untuk menghancurkan posisi Alana.
Wanita itu segera bangkit dan mencoba mendekati jendela untuk memastikan siapa sosok misterius yang berani mengganggu ketenangannya di malam terkutuk ini. Dia menemukan selembar kertas kecil yang terselip di celah bingkai jendela kayu yang berisi tentang daftar aturan ketat tuan muda yang harus dia patuhi tanpa bantahan.