NovelToon NovelToon
Obsesi Cinta Tuan Gumiho

Obsesi Cinta Tuan Gumiho

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Beda Usia / Cinta Beda Dunia / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:9.6k
Nilai: 5
Nama Author: Heryy Heryy

Kim Min-seok siluman rubah tampan berekor sembilan, yang sudah hidup lebih dari 1000 tahun,Kim Min-seok hidup dengan menyembunyikan identitasnya sebagai seekor gumiho,Ia berkepribadian dingin dan juga misterius.

Dirinya menjalin hidupnya dengan kesepian menunggu reinkarnasi dari kekasihnya yang meninggal Beratus-ratus tahun yang lalu.

Kim Min-seok kemudian bertemu dengan Park sung-ah mahasiswi jurusan sejarah, saat itu dirinya menjadi dosen di universitas tersebut.

Mereka terjerat Takdir masa lalu yang mempertemukan mereka, mampukah Kim Min-seok mengubah takdir tragis di masalalu yang terulang kembali di masa depan.

apakah kejadian tragis di masalalu akan kembali terjadi kepada dirinya dan juga kepada park sung-ah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heryy Heryy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

༿BAB༌༚4

Hari Minggu tiba dengan langit yang cerah dan biru, tanpa awan sedikit pun—seolah-olah dunia sedang menari dalam kegembiraan, tidak menyadari bahwa hati seseorang akan hancur di hari yang sama.

Park Sung-ah berdiri di depan cermin di kontrakan nya yang sempit, tangan nya bergoyang-goyang tidak tahu harus memilih baju apa.

Meja di depannya dipenuhi dengan baju-baju yang sedikit dan murah—hanya beberapa baju batik yang sudah aus, celana jeans yang terlalu panjang, dan jaket tebal yang dia pakai sejak tahun lalu.

Hati nya berdebar-debar kencang, seolah-olah mau meledak, dan pikirannya selalu tergeser ke pertemuan dengan Baek Yi-jin nanti. "Aduh, apa yang harus aku pakai ya? Semua baju aku terlihat jelek banget, kayak orang yang baru datang dari desa," gumamnya sendiri dengan suara yang lemah, matanya terisi air mata yang hampir menetes karena rasa cemas.

Tiba-tiba, bunyi ketukan pintu yang keras dan cepat terdengar. "Sung-ah! Buka pintu dong! Aku dateng nih dengan kejutan!"

Sung-ah membuka pintu dengan cepat dan melihat Yoo In-a membawa tas besar yang penuh dengan baju dan aksesoris.

Rambut In-a tergeletak rapi di pundak, dan dia mengenakan baju rok yang cantik—tanda bahwa dia benar-benar serius membantu Sung-ah hari ini. "In-a? Kamu bawa apa ya itu? Besar banget tas nya!" tanya dia dengan penasaran dan sedikit kaget.

"In-a bawa baju yang aku jarang pakai, loh! Ada gaun, baju kemeja, celana rok—semua yang cocok buat kencan! Kamu pasti akan terlihat cantik banget, sampai Yi-jin langsung suka!" ucap In-a dengan senyum ceria yang tidak bisa disembunyikan, lalu langsung masuk dan meletakkan tas di tempat tidur yang sempit.

Dia mengeluarkan satu per satu baju yang ada di dalam tas: sebuah gaun panjang berwarna biru muda yang terbuat dari kain sutra tipis, baju kemeja putih dengan renda di lengan, celana rok hitam yang sederhana tapi elegan, dan jaket kecil berwarna emas.

"Pilih yang gaun biru ini deh, Sung-ah! Kainnya lembut banget, dan warna nya cocok banget sama kulitmu yang cerah!" ucap In-a sambil mengambil gaun dan membawakannya ke depan cermin.

Dia membantu Sung-ah memakai gaun itu—memutar tubuhnya, menyesuaikan pinggang, dan memastikan semua bagian terpasang dengan baik. Saat Sung-ah melihat dirinya di cermin, dia merasa kaget sampai tidak bisa berkata apa-apa.

Dia tidak pernah berpikir bahwa dirinya bisa terlihat begitu cantik. Gaun biru muda membuat wajahnya semakin cerah, rambutnya yang diikat dengan ikatan rambut bunga putih membuatnya terlihat lebih muda dan segar, dan tubuhnya yang langsing terlihat lebih elegan.

"In-a... terima kasih ya. Kamu bikin aku terlihat berbeda banget—seperti orang lain," kata Sung-ah dengan suara penuh rasa terima kasih, matanya terisi air mata yang sekarang karena kebahagiaan.

In-a kemudian membantu dia mengoleskan riasan ringan. Dia mengoleskan bedak yang ringan di wajahnya, menambahkan sedikit pewarna pipi untuk membuatnya terlihat segar, mengoleskan maskara yang ringan di bulu matanya, dan akhirnya menambahkan lipstik berwarna merah muda yang membuat bibirnya terlihat lembut.

"Sip! Sekarang kamu siap untuk kencan yang sempurna! Jangan lupa ceritain semua detail ke aku ya nanti—dari awal sampai akhir! Aku tunggu kabar yang bagus, ya! Semoga dia langsung ngajak kamu pacaran!" ucap In-a dengan semangat, lalu mencium pipi Sung-ah dengan erat.

Sung-ah keluar dari kontrakan dengan hati yang penuh harapan dan kegembiraan. Dia naik bis menuju cape Haeundae—tempat dia dan In-a seringkali pergi untuk bersantai saat lelah dengan kuliah dan kerja paruh waktu. Udara pantai terasa segar dan segar, membawa bau garam dan bunga laut yang menyegarkan.

Dia berdiri di tepi pantai, menunggu Yi-jin sambil melihat ombak yang bergulir perlahan ke pantai, membuat bunyi yang lembut dan menenangkan. Setiap detik yang lewat membuat hatinya berdebar semakin kencang—dia tidak sabar untuk melihat wajah Yi-jin dan mendengar kata-kata yang dia tunggu-tunggu selama ini.

"Tunggu apa ya, Sung-ah? Kamu sudah ada di sini lama?"

Suara Yi-jin yang lembut dan ramah membuat dia berbalik dengan cepat. Dia melihat Yi-jin berdiri di belakangnya, mengenakan baju kemeja biru muda yang rapi dan celana jeans yang pas, dengan tas kulit coklat di pundak.

Rambutnya yang hitam sedikit kusut karena angin pantai, tapi itu malah membuatnya terlihat lebih tampan dan alami. Sung-ah merasa wajahnya mendidih—seperti setiap kali dia melihat Yi-jin, tapi hari ini rasanya lebih kuat.

"Hai, Yi-jin. Maaf ya kalo aku telat? Aku sedikit kesulitan memilih baju," kata dia dengan senyum lemah, menundukkan kepala agar tidak terlihat malu.

"Tidak apa-apa. Kamu hari ini cantik banget, Sung-ah. Sungguh cantik," ucap Yi-jin dengan senyum yang lemah dan hangat, membuat hati Sung-ah berdebar semakin kencang sampai dia merasa sulit bernapas.

Setelah saling sapa dan berbincang sedikit tentang cuaca dan aktivitas minggu lalu, Yi-jin mengajaknya berjalan ke pusat perbelanjaan yang ada di dekat pantai.

"Aku mau beli sesuatu, mau ikut ga? Bantu aku pilih ya, karena aku gak pandai memilih barang buat wanita," tanya dia dengan senyum malu.

Sung-ah mengangguk dengan senang hati yang tidak bisa disembunyikan. Mereka masuk ke pusat perbelanjaan yang ramai, berjalan melewati toko-toko yang penuh dengan barang-barang menarik.

Yi-jin membawa dia ke toko baju wanita yang terkenal dengan desainnya yang cantik. Dia berjalan di antara rak-rak baju, melihat setiap model dengan cermat, lalu mengambil beberapa baju yang dia pikir cocok. "Ini bagus ga? Warna nya cerah, kayak kamu," tanya dia kepada Sung-ah, menunjukkan baju kemeja berwarna kuning muda.

Sung-ah merasa hati nya meleleh. Semua baju yang Yi-jin pilih adalah baju yang dia suka—warna lembut, model yang sederhana tapi cantik, dan kain yang nyaman dipakai.

Dia membantu Yi-jin memilih, memberitahu mana yang lebih cocok, dan Yi-jin membeli semua baju yang dia rekomendasikan tanpa ragu. "Kamu punya selera yang bagus banget, Sung-ah. Makasih ya udah bantu," ucap Yi-jin dengan senyum bahagia.

Kemudian, mereka pergi ke toko perhiasan yang terletak di lantai atas pusat perbelanjaan. Toko itu penuh dengan kalung, gelang, dan cincin yang indah, bersinar di bawah cahaya lampu.

Yi-jin berdiri di depan rak cincin, terlihat bingung dan ragu-ragu. "Sung-ah, bantu aku pilih cincin dong. Aku gak tahu apa yang disukai oleh wanita—yang mana yang bagus ya?" kata dia dengan senyum malu, memegang kepalanya.

Sung-ah melihat sekeliling rak cincin dengan cermat, mencari yang paling indah dan sesuai. Tiba-tiba, matanya terjepit ke satu cincin yang sangat cantik—cincin dengan batu permata kecil berwarna biru laut yang bersinar seperti bintang di malam hari, dikelilingi oleh batu kecil yang lebih kecil.

Dia mengambil cincin itu dengan hati-hati dan menunjukkan ke Yi-jin. "Ini bagus banget ya? Kecil-kecil tapi cantik, dan warnanya juga menarik. Pasti disukai siapa pun yang menerimanya," kata dia dengan senyum.

Yi-jin mengambil cincin itu dan melihatnya dengan teliti, mata nya terisi kebahagiaan. "Ya, bagus banget. Kamu pasti suka ya, Sung-ah?" tanya dia.

Sung-ah mengangguk dengan senyum lebar, hati nya berdebar kencang sampai dia merasa akan terlepas dari tempatnya.

Dia yakin bahwa cincin itu adalah untuk dirinya—semua yang Yi-jin beli hari ini adalah yang dia suka, jadi pasti dia akan memberikannya padanya saat mereka berbicara nanti.

Dia tidak sabar untuk mendengar kata-kata "aku suka kamu" yang dia tunggu-tunggu selama setahun ini.

Setelah selesai berbelanja perhiasan, mereka pergi ke toko permen yang ada di lantai dasar. Yi-jin membeli permen gula rasa stroberi yang dia suka—dia bahkan ingat rasa permen kesukaannya!

Mereka keluar dari pusat perbelanjaan dan duduk di bangku di tepi jalan, memakan permen sambil melihat orang-orang yang lewat.

Sung-ah menatap Yi-jin dengan mata yang penuh harapan, dada nya berdegup kencang. "Yi-jin, kamu mau ngomong apa ya hari ini? Kamu bilang aku akan tahu nanti kan?" tanya dia dengan suara yang lemah dan gemetar.

Yi-jin tersenyum lembut, memegang tasnya dengan erat. "Sung-ah, terima kasih ya udah mau bantu aku hari ini. Kamu bantu banget, karena aku gak tahu apa-apa tentang baju atau perhiasan wanita. Kamu temen yang paling baik yang aku punya."

Sung-ah mengangguk, hati nya berdebar semakin kencang. "Tidak apa-apa. Aku senang bisa membantu. Jadi... semua yang kamu beli itu... untuk siapa ya, Yi-jin?" tanya dia dengan hati yang penuh harapan, matanya tetap menatap wajah Yi-jin.

Yi-jin tersenyum dengan wajah yang bahagia dan ceria, seolah-olah dia tidak bisa menahan kegembiraannya. "Semua itu aku beli untuk Chae Soo-ri."

Kata-kata itu seperti kilat yang menyambar hati Sung-ah. Dia terdiam seketika, mulutnya terbuka sedikit tapi tidak bisa mengeluarkan suara apa-apa. Chae Soo-ri—mahasiswi jurusan seni yang terkenal cantik, populer, dan selalu di tengah perhatian di kampus.

Semua orang tahu bahwa banyak cowok menyukainya, termasuk Yi-jin. Tapi Sung-ah selalu berpikir bahwa dia hanya salah satu di antara banyaknya—tidak pernah menyangka bahwa Yi-jin akan membeli barang-barang mahal dan indah untuknya.

"Ah... oh ya? Jadi kamu beli untuk dia?" kata Sung-ah dengan suara yang lemah dan serak, berusaha berpura-pura tenang meskipun hatinya sedang hancur habis.

"Ya. Aku suka dia sudah lama—sejak setahun yang lalu. Tapi aku gak berani ngomong karena dia terlalu cantik dan populer. Hari ini aku mau ngajak dia berkencan dan memberinya semua ini.

Makanya aku butuh bantuan mu, Sung-ah—karena aku tahu kamu punya selera yang bagus dan kamu pasti tahu apa yang disukai oleh wanita seperti dia," ucap Yi-jin dengan wajah yang bahagia dan penuh harapan, tidak menyadari bahwa Sung-ah sedang menangis di dalam hati.

Sung-ah merasa air mata nya mau menetes. Dia berusaha menahan nya dengan segala kekuatan, menundukkan kepala agar Yi-jin tidak melihat wajahnya yang memerah dan basah. "Oh... baik deh. Semoga sukses ya, Yi-jin. Dia pasti senang banget menerima semua itu. Kamu sudah terlalu baik buat dia."

Yi-jin tersenyum senang, memegang tangannya dengan cepat. "Terima kasih ya, Sung-ah! Kamu bener-bener temen yang baik banget. Kalo aku sukses, aku pasti akan traktir kamu makanan favoritmu ya!"

Sung-ah tidak bisa lagi menahan rasa sakit di hatinya. Dia berdiri dengan cepat, matanya menatap lantai agar Yi-jin tidak melihat air mata yang akhirnya menetes deras. "Maaf ya Yi-jin, aku... aku masih ada urusan penting. Aku harus pergi dulu.".

Tanpa menunggu jawaban, Sung-ah berlari dengan cepat meninggalkan Yi-jin sendirian di bangku. Dia berlari melewati jalan, melewati orang-orang yang lewat, air mata nya menetes deras dan membasahi gaun biru yang indah itu.

Hati nya hancur habis—semua harapan yang dia miliki, semua mimpi yang dia bangun tentang Yi-jin, hancur dalam sekejap. Dia merasa bodoh dan tersesat—bagaimana dia bisa berpikir bahwa seorang cowok sebaik Yi-jin akan menyukainya, seorang mahasiswa sederhana yang selalu lelah dan seringkali tertidur di kelas?

Dia berlari sampai ke tepi pantai, lalu duduk di pasir yang hangat, menangis dengan bebas. Ombak yang bergulir seolah-olah memahami rasa sakitnya, membisu dan lembut, menyentuh kakinya dengan lembut.

Dia menangis sampai lelah, hatinya penuh kesedihan, kecewa, dan rasa tidak pantas. Gaun biru yang dulu membuatnya merasa cantik sekarang hanya membuatnya merasa lebih bodoh—seolah-olah dia mencoba menjadi orang lain yang tidak dia miliki.

Waktu berjalan lambat. Matahari mulai meredup, dan langit mulai berubah warna menjadi oranye dan merah. Sung-ah masih duduk di sana, menangis sambil memandang laut. Dia tidak tahu berapa lama dia berada di sana, tapi dia tidak peduli. Dia hanya ingin menghilang, atau membuat semua rasa sakit ini hilang.

1
𝓪𝓻𝓽𝓾𝓻 𝚝𝚎𝚖
crezy up thr
Almahira
🤭🤭🤭 kisss lagi🤭
𝓪𝓻𝓽𝓾𝓻 𝚝𝚎𝚖: ko kamu gak ada novel?
total 1 replies
Almahira
gue juga pengen 😭
Almahira
wah nafsunya memuncak, nih dosen 🤭
Almahira
wah udah Kiss kissan aja
Almahira
kaya adegan sinetron aja🤣
Almahira
pasti nangis lah jadi cewek kalo di kasih harapan palsu 😭😭
Almahira
wah di kasih harapan palsu,😭😭😭
Almahira
seneng banget tuh 🤭🤭
Almahira
kalau kaya gitu visualnya saya juga mau
Han Sejin: haaa🤣
total 1 replies
🐌KANG MAGERAN🐌
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!