NovelToon NovelToon
Falling In Love Again After Divorce

Falling In Love Again After Divorce

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Cerai / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Demar

Sean Montgomery Anak tunggal dan pewaris satu-satunya dari pasangan Florence Montgomery dan mendiang James Montgomery yang terpaksa menikahi Ariana atas perintah ayahnya. Tiga tahun membina rumah tangga tidak juga menumbuhkan benih-benih cinta di hati Sean ditambah Florence yang semakin menunjukkan ketidak sukaannya pada Ariana setelah kematian suaminya. Kehadiran sosok Clarissa dalam keluarga Montgomery semakin menguatkan tekat Florence untuk menyingkirkan Ariana yang dianggap tidak setara dan tidak layak menjadi anggota keluarga Montgomery. Bagaimana Ariana akan menemukan dirinya kembali setelah Sean sudah bulat menceraikannya? Di tengah badai itu Ariana menemukan dirinya sedang mengandung, namun bayi dalam kandungannya juga tidak membuat Sean menahannya untuk tidak pergi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku Tidak Datang Untuk Memintamu Kembali

Kening Ariana berkerut saat sinar matahari menelusup lewat tirai tipis, jatuh tepat ke wajahnya. Ia masih dalam posisi miring, tubuhnya terasa terikat oleh sesuatu yang berat di perutnya.

Pelan, napasnya tercekat. Ariana tidak berani menoleh. Ia hanya menatap dinding putih yang dingin, lalu menurunkan pandangannya ke jari-jarinya sendiri yang meremas ujung selimut. Semalaman ia tidak bermimpi buruk, tidak gelisah. Tapi justru itulah yang membuatnya gamang. Baginya ini ketenangan yang menakutkan. Matanya panas, tapi ia tahan. Hormon kehamilan membuatnya semakin mudah menangis, dan ia benci kelemahannya sendiri.

Ia membebaskan diri pelan-pelan, terlampau hati-hati agar tidak membangunkannya. Ariana mengangkat tubuhnya perlahan membiarkan lantai dingin menyentuh telapak kakinya. Tubuhnya sedikit berat, tapi ada keseimbangan baru dalam langkahnya. Melangkah kecil berdiri di depan cermin besar di sudut kamar.

Refleksi seorang perempuan hamil, pipi bulat dengan mata sayu yang menghabiskan malam dengan mantan suaminya. Apakah ini benar? Ia merasa ada yang salah meski sebenarnya mereka tidak melakukan apa pun. Semurah itu kah dirinya ini?

Sementara itu, di balik punggung Ariana, Sean sebenarnya sudah terjaga. Sejak Ariana melepaskan diri tadi, ia tidak lagi tidur. Ia memilih diam, pura-pura tertidur hanya agar bisa mendengar tiap langkah hati-hati Ariana.

Hening menggantung. Hingga Ariana nyaris terlonjak saat lengan itu kembali melingkar dari belakang. Terasa kuat tapi tidak kasar.

“Jangan pergi dulu…” suara Sean terdengar parau, nyaris seperti bisikan yang retak.

Ariana membeku. Tubuhnya tegang, tapi ia tidak menepis. Napas Sean hangat di tengkuknya, membuat jantungnya berdegup tak beraturan.

“Kamu masih anggap aku penting?” suara itu kini lebih lirih, seperti sebuah permohonan. Pelukannya menguat, kepala Sean bersandar di bahu Ariana, seolah mencari tempat berlabuh.

Ariana menggigit bibirnya. Air matanya hampir pecah, tapi ia paksa menahan.

Lalu Sean menunduk, bibirnya singgah di bahu Ariana, lembut dan penuh rindu.

“Boleh aku peluk kamu sebentar lagi?” tanyanya pelan.

Ariana menutup mata rapat, sebelum akhirnya menjawab. “Sejak kapan kamu butuh izinku, Sean? Bukankah ya atau tidak, pada akhirnya kamu akan tetap melakukan apa pun yang kamu mau?”

Kata-kata itu menampar Sean. Tubuhnya menegang, matanya terpejam dalam-dalam.

Tapi Ariana menurunkan tangannya. Ia menyentuh jari-jari Sean, lalu melonggarkannya pelan.

“Sean…” ucapnya lirih tapi tegas, “aku harus pulang.”

“Sebentar lagi…” Sean nyaris memohon.

Ariana mengangkat wajahnya, menatap Sean melalui bayangan di cermin. “Rumahku bukan di sini lagi, Sean. Ada yang menungguku untuk pulang.”

Rahang Sean mengeras. “Pria itu?” suaranya berubah tajam, penuh cemburu.

“Tidak ada yang salah dengan itu. Sama seperti Clarissa juga menemanimu di sini.”

Kata-katanya membuat Sean terdiam. Dada pria itu bergetar, seperti ada sesuatu yang runtuh perlahan dari dalam.

Pandangan Ariana melirik pada lipstick merah darah di meja rias. Dadanya menegang. Ia cepat memalingkan muka, tak sanggup menatap benda kecil yang begitu menusuk. Ariana berbalik, tatapannya tenang dan tak menyalahkan. Ia hanya tidak ingin dibohongi lagi. Entah semalam Sean melakukannya karena rindu, karena bersalah, atau sekadar ingin menghapus sepi. Ariana tak ingin menebak lagi. Dengan benda kecil yang ia lihat barusan sudah menunjukkan sejauh mana hubungan Sean dan Clarissa. Lipstick di meja itu sudah cukup menjadi jawaban. Sean tidak akan melibatkan orang yang tidak penting masuk ke ruang pribadinya untuk alasan apa pun. Ariana tersenyum kecil, tidak sakit tidak juga bahagia. Seperti mati rasa. Ia menyesali kebodohannya yang sempat berpikir Sean menginginkannya kembali.

Ariana tersenyum kecil “Terima kasih… untuk semalam.”

Ia menatap Sean lama, seolah mengukirnya sekali lagi dalam ingatan, sebelum berbisik, “Aku pulang.”

Ariana meraih sepatu datar yang dipakainya semalam. Tangannya sedikit bergetar, tapi langkahnya mantap menuju pintu keluar. Pagi ini belum ada siapa pun, Ariana harus bersyukur untuk itu tidak perlu menyembunyikan wajahnya di depan orang-orang.

“Tunggu…”

Sean berdiri di ambang pintu. Tanpa jas, hanya kemeja putih kusut, rambut berantakan, cardigan tergantung di lengannya. Hal yang tidak pernah Sean lakukan, dulu.  Sean suka sesuatu yang terorganisir, rapi dan sempurna.

Tanpa kata panjang, Sean meraih tangan Ariana. “Aku antar pulang.”

Ariana melepaskan tangannya tegas lalu tersenyum samar. “Tidak perlu, Sean. Aku bisa sendiri.”

Ia mengambil cardigan miliknya dari lengannya. “Terima kasih,” ucapnya singkat.

Sean kembali menghalangi jalan. “Aku tidak akan membiarkanmu pulang sendirian, tidak dalam kondisi seperti ini.”

Ariana terkekeh getir. “Sean… Aku bisa melakukannya sendiri dengan atau tanpa adanya kamu. Aku ke sini hanya untuk satu hal, memohon kompensasi tubuhku dengan menjauhkan Florence dan Clarissa dari kehidupanku. Itu saja.”

Ia menatap Sean langsung lalu melanjutkan pelan tapi menusuk,

“Jangan salah paham, Aku tidak datang untuk memintamu kembali.”

Suara langkah kaki Ariana perlahan menjauh. Pintu menutup pelan, meninggalkan ruang itu dalam keheningan yang memekakkan telinga.

Sean berdiri terpaku di ambang pintu. Tangannya masih terangkat, seolah ingin meraih sesuatu yang sudah tak ada.

Sean kembali ke kamarnya dengan perasaan campur aduk. Semalam dia tampak baik-baik saja lalu kenapa sekarang…. Argh sial…

Sean mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang dengan cepat. “Jerry! Pastikan Ariana sampai dengan aman. Perintahkan anak buah terbaikmu untuk menjaganya. Aku tidak menerima kecatatan, jika terjadi sesuatu padanya maka kau akan… mati.”

Sean menutup ponselnya tanpa menunggu jawaban lalu meletakkannya sembarang di atas meja.

Dan…

Sean memicingkan matanya pada benda kecil di sana. Lipstick merah yang seolah menatapnya penuh seringai. Sean menatapnya lama, lalu meraihnya dengan tangan gemetar. Ia membuka tutupnya, aroma manis bercampur tajam langsung menusuk inderanya.

“Clarissa…” suaranya pecah, lirih, nyaris tak terdengar.

Dengan kasar ia menutup kembali benda itu dan melemparnya ke pojok ruangan. Suara gedebuk kecil bergema, lalu hening lagi.

Sean menekan wajahnya dengan kedua telapak tangan. Tenggorokannya tercekat, matanya memanas. Bodoh… bodoh… bodoh…

Ia menjatuhkan tubuhnya di tepi ranjang, memandangi seprai yang masih menyimpan aroma samar Ariana. Jari-jarinya meremas kain itu, kuat hingga buku jarinya memutih.

Sean mengambil ponselnya lagi dengan tergesa-gesa. “Linda, bagaimana dengan hasil pencarianmu?”

“Saya sedang dalam perjalanan ke kantor Tuan. Semua rekam jejak sudah di tangan saya. Atau Tuan ingin saya kirimkan by email?”

Sean tidak bisa menunggu lagi, “By email.”

Tak lama satu email baru masuk ke ponselnya. Sean langsung membukanya tanpa banyak bicara. Ia mengepalkan tangannya erat.

Sial…

Sepertinya ia memberikan mereka terlalu banyak kebebasan. Meski tidak ada CCTV terlampir yang menunjukkan kejadian langsung tapi bukti di tangannya sudah jelas valid. Ariana tidak berbohong atau membuat drama. Florence dan Clarissa sudah benar-benar melewati batas.

“Aku ke sini hanya untuk satu hal, memohon kompensasi tubuhku dengan menjauhkan Florence dan Clarissa dari kehidupanku.”

Rasanya kalimat itu menghinanya lebih dari apa pun.

1
Anonymous
so iye lu sean
Asriani Rini
Jangan jabgan keoindahan org. Tua Risa ulanh Resa sengaja ingin menjauhkan mereka dari Arians
annis
loooohhh... kok bersambung thoor.. 🙁
annis
ya Allah.. ya Allah... 🥺
Ratih Tupperware Denpasar
semangat ariana, smg bayinya sehat2
Mundri Astuti
si sean bener" ya
Ratih Tupperware Denpasar
sekarang kamu meeasa terhina, sebelum2nya tindakanmu ke ariana apa ga menghina dia? nikmati aja kesombonganmu sean, sdh bagus papamu memcafikan istri yg baik malah kamu sia2kan... hanya krn ariana miskin dan ga dipoles mau up kamu merndahkannya... dasar bod 0h kamu
Purnama Pasedu
ariana bersama Sean,aman dari teror Clarisa dan nyonya
hartiva lattang
sean semangat utk mempertahankan ariana. buktikan klo qm berubah
Ratih Tupperware Denpasar
menyesal ya kamu sean? walaupun terlambat jaglah calon anakmu jangan sampe ibumu dan clarisa menyakitanya lagi
Atika Sari
sejauh ini masih bisa dibikin greget,tokoh cewknya ga menye2,klo bsa bkin sean bersaing sma pak letnan,biar seru
Ulla Hullasoh
semangat Thorrr
Ulla Hullasoh
semangat Arianaaaaa
Ulla Hullasoh
Ariana pantas bahagia dengan irang yg lbh segalanya dari sean
Ulla Hullasoh
kasian Ariana
hartiva lattang
kak buat ariana dan sean balikan yaaa. memulai rt lahi bersama
tp sebelumx buat Sean setengah mati mengejar kembali ariana
Purnama Pasedu
meneror ariana tahu
Ratih Tupperware Denpasar
sean memang pria b0d0h bin tolong ini pasti turunan dari mak nya
Anonymous
ayo ka up lagi seru nih cerinta nya
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Mercenary Of El Dorado
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!