NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Pendekar Dewa : Kehidupan Kedua Dunia Yang Berubah

Reinkarnasi Pendekar Dewa : Kehidupan Kedua Dunia Yang Berubah

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Fantasi / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Reinkarnasi
Popularitas:101.1k
Nilai: 5
Nama Author: Boqin Changing

Lanjutan dari novel Reinkarnasi Pendekar Dewa

Boqin Changing, pendekar terkuat yang pernah menguasai zamannya, memilih kembali ke masa lalu untuk menebus kegagalan dan kehancuran yang ia saksikan di kehidupan pertamanya. Berbekal ingatan masa depan, ia berhasil mengubah takdir, melindungi orang-orang yang ia cintai, dan menghancurkan ancaman besar yang seharusnya merenggut segalanya.

Namun, perubahan itu tidak menghadirkan kedamaian mutlak. Dunia yang kini ia jalani bukan lagi dunia yang ia kenal. Setiap keputusan yang ia buat melahirkan jalur sejarah baru, membuat ingatan masa lalunya tak lagi sepenuhnya dapat dipercaya. Sekutu bisa berubah, rahasia tersembunyi bermunculan, dan ancaman baru yang lebih licik mulai bergerak di balik bayang-bayang.

Kini, di dunia yang telah ia ubah dengan tangannya sendiri, Boqin Changing harus melangkah maju tanpa kepastian. Bukan lagi untuk memperbaiki masa lalu, melainkan untuk menghadapi masa depan yang belum pernah ada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boqin Changing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sarang Musuh

Tanpa banyak pilihan lain, rombongan itu akhirnya mengikuti pemuda yang mengaku bernama Chong itu. Langkahnya cepat namun berhati-hati, seolah ia sudah hafal setiap batu runtuh dan celah sempit di kota itu. Ia memilih jalan-jalan kecil yang tersembunyi, terkadang harus memutar melewati dinding roboh atau menyelinap di antara bangunan yang miring nyaris rubuh.

Boqin Changing berjalan beberapa langkah di belakangnya, posisinya sedikit menyamping, cukup untuk mengawasi Chong sekaligus menjaga seluruh rombongan. Zhiang Chi dan Shang Ni berada di tengah, sementara Shang Mu dan Sha Nuo mengambil posisi belakang, memastikan tak ada sesuatu yang mengikuti mereka dari arah lain.

Suasana di gang-gang sempit itu semakin menekan. Bayangan runtuhan memanjang di tanah, dan angin yang berembus membawa suara gesekan halus, membuat setiap langkah terasa rawan. Chong beberapa kali menoleh ke belakang, memastikan rombongan itu masih mengikutinya. Wajahnya tegang.

Shang Mu mendekat ke sisi Boqin Changing. Ia menurunkan suaranya hingga nyaris hanya berupa hembusan napas.

“Chang’er,” bisiknya pelan. “Bagaimana jika ini jebakan? Kota ini terlalu sepi. Jika ada yang menunggu di depan…”

Boqin Changing meliriknya sekilas. Di tengah kehancuran dan ketegangan itu, ia justru tersenyum tipis, senyum yang tenang dan sama sekali tak menunjukkan kekhawatiran.

“Kalau ini jebakan,” jawabnya pelan, nyaris berbisik, “itu juga tidak masalah.”

Shang Mu terdiam, menatapnya dengan alis berkerut.

“Setidaknya,” lanjut Boqin Changing dengan nada datar, “selama masih ada orang hidup yang bisa ditanya, kita akan tahu apa yang sebenarnya terjadi di Kota Longjing.”

Kata-kata itu membuat Shang Mu menarik napas dalam-dalam. Ia tak lagi berkata apa-apa, namun kegelisahan di dadanya sedikit mereda. Ia tahu, bagi Boqin Changing, bahaya bukanlah sesuatu yang harus dihindari dengan membabi buta, melainkan sesuatu yang bisa digunakan untuk menggali kebenaran.

Di depan, Chong terus melangkah, membawa mereka semakin jauh dari jalan utama, menuju bagian kota yang lebih sunyi dan terlupakan. Entah tempat persembunyian yang ia maksud benar-benar harapan terakhir Keluarga Zhiang, atau justru pintu menuju ancaman baru. Rombongan itu kini telah memilih untuk melangkah ke dalamnya.

Chong terus melangkah tanpa banyak bicara. Ia berjalan di depan, menyusuri jalan tanah yang semakin menjauh dari tembok kota. Bangunan-bangunan runtuh perlahan tertinggal di belakang mereka, digantikan hamparan tanah kosong dan semak-semak liar yang tumbuh tak terurus.

“Arah luar kota…” gumam Shang Mu pelan, matanya menyipit. Ada perasaan tidak nyaman yang makin menguat di dadanya.

Boqin Changing berjalan santai di tengah rombongan, kedua tangannya berada di balik lengan bajunya. Langkahnya stabil, napasnya tenang, seolah ia hanya sedang berjalan-jalan sore. Sikap itu tanpa sadar menular pada yang lain, membuat mereka tetap melangkah meski firasat buruk mulai muncul satu per satu.

Perjalanan itu berlangsung cukup lama. Matahari hampir sepenuhnya tenggelam ketika mereka mulai melihat cahaya api unggun di kejauhan.

Saat itulah, tanpa perlu ada yang mengatakannya, hampir semua orang di rombongan menyadari hal yang sama. Tempat tujuan mereka… sangat mungkin adalah markas musuh.

Formasi jalan setapak yang sengaja dibuat, posisi api unggun yang berjajar, hingga ketenangan yang terlalu teratur untuk sekadar perkemahan pengungsi. Semuanya terasa janggal. Shang Mu menoleh sekilas ke arah Boqin Changing, berharap melihat tanda peringatan atau setidaknya keraguan.

Namun yang ia lihat justru senyuman tipis di wajah pemuda itu. Seolah benar-benar tidak peduli.

Akhirnya, Chong berhenti. Di hadapan mereka terbentang sebuah perkemahan besar di luar kota. Tenda-tenda berwarna gelap berdiri rapat, disusun rapi mengelilingi area tengah yang luas. Api unggun menyala di beberapa titik, menerangi wajah-wajah yang sejak tadi tersembunyi dalam bayangan.

Detik berikutnya,

Srrttt! Srrrttt! Srrrtttt!

Ratusan sosok bermunculan dari segala arah.

Dari balik tenda, dari balik bebatuan, dari pepohonan kering di sekeliling perkemahan. Dalam sekejap mata, rombongan Boqin Changing telah dikepung rapat. Senjata terhunus, tombak, pedang, dan busur diarahkan ke pusat lingkaran.

Tekanan langsung menyelimuti area itu. Shang Ni refleks mundur setengah langkah. Belum sempat siapa pun bereaksi lebih jauh, Sha Nuo sudah melangkah ke samping gadis itu. Tubuhnya bergerak cepat namun tanpa kepanikan, berdiri sedikit di depan Shang Ni dengan posisi melindungi.

Dengan tangannya ia siap bergerak kapan saja. Janji adalah janji. Ia telah mengatakan pada Boqin Changing sebelumnya. Bahwa ia akan melindungi Shang Ni.

Namun sebelum Sha Nuo sempat benar-benar membangun pertahanan penuh, dua sosok lain bergerak hampir bersamaan. Shang Mu dan Zhiang Chi.

Tanpa ragu, keduanya maju dan berdiri di depan Sha Nuo dan Shang Ni. Shang Mu mengambil posisi sedikit ke kiri, Zhiang Chi ke kanan, membentuk dinding manusia yang kokoh. Aura mereka dilepaskan secara alami, tidak meledak, tapi cukup untuk menunjukkan perbedaan kelas yang jelas.

Pendekar suci puncak dan pendekar suci dengan delapan gerbang terbuka.

Formasi itu… terbalik. Sha Nuo yang sudah terbiasa berdiri di garis depan, tiba-tiba berada di posisi yang dilindungi. Untuk sepersekian detik, ia tertegun. Lalu bibirnya bergetar, menahan tawa yang hampir saja lolos.

Lucu. Benar-benar lucu. Sudah sangat lama… terlalu lama… sejak terakhir kali ia berdiri di belakang orang lain seperti ini. Sejak kapan ada orang yang merasa perlu melindunginya?

Sha Nuo melirik punggung Shang Mu dan Zhiang Chi. Dari sudut pandangnya, ia bisa melihat ketegangan di bahu mereka, kesiapan di setiap otot. Keduanya sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya berdiri di belakang mereka.

Itu wajar. Bagi Shang Mu dan Zhiang Chi, Sha Nuo memang terlihat kuat. Aura dan ketenangannya menunjukkan bahwa ia bukan pendekar biasa. Namun auranya… terlalu sunyi. Tidak ada tekanan agung, tidak ada fluktuasi khas seorang pendekar suci.

“Jangan bergerak sembarangan,” bisik Shang Mu tanpa menoleh. “Tetap di belakang kami.”

Zhiang Chi mengangguk pelan, matanya menyapu ratusan musuh di sekitar.

“Jika mereka menyerang, aku buka jalur. Kau lindungi Ni’er.”

Sha Nuo menutup mulutnya dengan punggung tangan, bahunya sedikit bergetar. Jika situasinya tidak seserius ini, ia mungkin sudah tertawa terbahak-bahak.

Boqin Changing memperhatikan semua itu dari tengah lingkaran dengan ekspresi santai. Tatapannya beralih dari Chong, ke ratusan orang yang mengepung, lalu berhenti sejenak pada pemandangan “perlindungan terbalik” di belakangnya.

Sudut bibirnya terangkat.

“Menarik,” gumamnya pelan.

Chong, yang sejak tadi berdiri beberapa langkah di depan, akhirnya berbalik. Wajahnya kini tidak lagi menyimpan kepura-puraan. Tatapannya dingin, penuh perhitungan.

“Hohoho” katanya datar. “kalian mudah sekali dibohongi.”

Boqin Changing mengangguk pelan, seolah sudah menduga itu sejak awal. Ia melangkah satu langkah ke depan, menatap ratusan wajah yang mengelilinginya tanpa sedikit pun gentar.

“Kalau begitu,” ucapnya tenang, suaranya terdengar jelas di tengah keheningan tegang, “siapa di antara kalian yang bisa menjelaskan…”

Auranya berdenyut halus.

“…apa sebenarnya yang terjadi di kota itu?”

Keheningan sesaat menyelimuti perkemahan. Lalu, dari barisan musuh, seseorang tertawa pelan. Permainan baru saja dimulai.

1
kirno
lanjut
angin kelana
mulai ada petunjuk nieh....gass up lg💪💪💪💪
Nazam Roni
mantab lanjutkan semangat thor dan doa buat author sllu sehat dan banyak rezeki
angin kelana
lanjut up...
angin kelana
belum ada info jg nie...
rafli basyari
Keren 👍👍👍👍
Alipjs Joko
good update thor 👍👍
alaw
thorrrr..kurang banyak
Boqin Changing: hari ini masih 1 lagi kok
total 1 replies
Vanz Gao
Super Master Nuo 😅😅😅
HINATA SHOYO
lanjuttt gasspolllllll crazy up thorr
budiman_tulungagung
satu mawar 🌹
Ipung Umam
lanjutkan terus menerus 👍🏻
Ipung Umam
mantap thor 👍🏻👍🏻
Nanik S
Dapatkah Shang Mu mendapat Jawaban tentang Anaknya
Nanik S
Dasar Sha Nuo... selalu saja bikin seru 👍👍
zkr junior
jadi kurang seru ini, nyari seseorang yg gk jelas,
Pims Sinung Mulia
makin akrab dengan Paman Nuo , jadi salah satu character favorite ini orang. Gmna ntar jika ketemu Gao Rui, apakah bkal diisengi ini si Gao Rui di pendekar naga bintang.
zkr junior
jadi kurang seru
Mamat Stone
teruskan Thor

💥💥💥💥
Mamat Stone
nanggung banget Thor
🔥🔥🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!