NovelToon NovelToon
Cincin Peninggalan Kakek

Cincin Peninggalan Kakek

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Kebangkitan pecundang / Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:24.5k
Nilai: 5
Nama Author: RivaniRian21

Di sebuah desa kecil di lereng Gunung Sumbing, Temanggung, hidup seorang pemuda bernama Arjuna Wicaksono. Sejak kecil, ia hanya tinggal bersama neneknya yang renta. Kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan saat ia masih balita, sementara kakeknya telah lama pergi tanpa kabar. Hidup Arjuna berada di titik terendah ketika ia baru saja lulus SMA. Satu per satu surat penolakan beasiswa datang, menutup harapannya untuk kuliah. Di saat yang sama, penyakit neneknya semakin parah, sementara hutang untuk biaya pengobatan terus menumpuk. Dihimpit keputusasaan, Arjuna memutuskan untuk merantau ke Jakarta, mencari pekerjaan demi mengobati sang nenek. Namun takdir berkata lain. Malam sebelum keberangkatannya, Arjuna menemukan sebuah kotak kayu berukir di balik papan lantai kamarnya yang longgar. Di dalamnya tersimpan cincin perak kuno dengan batu safir biru yang misterius - warisan dari kakeknya yang telah lama menghilang. Sejak menggunakan cincin itu, kehidupanNya berubah drastis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RivaniRian21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 Aulia Larasati Winata

Arjuna melangkah pulang dengan perasaan bahagia yang membuncah, sebuah perasaan yang sudah lama tidak ia rasakan. Setiap langkahnya terasa ringan. Kabar baik tentang beasiswa, ditambah dengan kebaikan hati Pak Tarno dan jaminan pekerjaan, membuatnya merasa seolah semua beban berat di pundaknya terangkat. Dunia tidak lagi tampak begitu kejam.

Ia tiba di lorong kosnya yang sudah sepi, karena sebagian besar penghuni masih di luar atau di dalam kamar masing-masing. Namun, saat ia mendekati pintu kamar nomor 13, langkahnya terhenti.

Seorang gadis berdiri di sana, punggungnya menghadap Arjuna. Sosoknya yang anggun dan rambutnya yang panjang tergerai itu tidak salah lagi. Aulia.

Gadis itu sepertinya tidak menyadari kehadiran Arjuna. Ia hanya berdiri diam, seolah sedang menunggu atau berpikir. Melihatnya berdiri tepat di depan pintu kamarnya yang kusam, menciptakan sebuah pemandangan yang sangat kontras.

Arjuna berdeham pelan, tidak ingin mengagetkannya. "Aulia?" sapanya dengan lembut.

Aulia sedikit tersentak, lalu berbalik. Wajahnya seperti biasa, tenang dan sulit dibaca. Tapi matanya menatap lurus ke arah Arjuna dengan intensitas yang berbeda dari sebelumnya.

"Selamat," kata Aulia, suaranya jernih dan langsung ke intinya. "Kamu hebat."

Pujian yang datang begitu tulus dan langsung dari gadis yang ia anggap sebagai pesaing terberatnya itu membuat Arjuna sedikit terkejut. "Ah... terima kasih," jawabnya sedikit canggung. "Kamu juga selamat ya. Peringkat kedua di antara ratusan orang itu pencapaian yang luar biasa."

Aulia tampak tidak terlalu peduli dengan pujian balik itu. Seolah peringkat kedua bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan baginya. Ia lalu mengulurkan sebuah kantong kertas (paper bag) kecil yang sedari tadi ia pegang. Kantong itu terlihat simpel namun elegan.

"Ini untukmu," katanya.

Arjuna menatap kantong kertas itu, lalu menatap Aulia dengan bingung. "Ini... apa?"

"Anggap saja ucapan selamat dari pesaingmu," jawab Aulia.

Tanpa menunggu Arjuna berkata apa-apa lagi, Aulia berbalik dan berjalan dengan langkah tenangnya menuju tangga, menghilang ke lantai dua. Meninggalkan Arjuna yang masih berdiri mematung di depan pintu kamarnya, memegang kantong kertas misterius itu.

Dengan rasa penasaran yang besar, Arjuna masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu. Ia duduk di tepi kasur, lalu dengan hati-hati membuka isi dari kantong kertas itu.

Di dalamnya, ia menemukan sebuah buku catatan berkulit tebal berwarna hitam dan sebuah pulpen tinta yang tampak mahal dan berkelas. Hadiah yang aneh, pikirnya. Sangat serius dan akademis. Ia membuka buku catatan itu. Halaman pertamanya kosong, kecuali secarik kartu kecil yang terselip di dalamnya.

Arjuna mengambil kartu itu dan membacanya. Tulisan tangan di kartu itu rapi, tegas, dan indah, sama seperti pemiliknya.

Kamu hebat dengan nilaimu. Mari kita berlomba-lomba. Aku akan mengejarmu.

Setelah membaca kalimat singkat itu, Arjuna terdiam sejenak. Lalu, sebuah senyum tulus perlahan mengembang di wajahnya. Senyum yang bukan hanya karena bahagia, tapi karena sebuah pemahaman baru.

Ia akhirnya mengerti. Aulia bukanlah gadis yang sombong atau dingin. Ia adalah seorang petarung. Sama sepertinya. Pujian "kamu hebat" tadi bukanlah basa-basi, melainkan sebuah pengakuan tulus terhadap lawan yang ia hormati. Dan hadiah ini, beserta pesannya, bukanlah sekadar ucapan selamat.

Itu adalah sebuah deklarasi perang. Sebuah tantangan yang dilemparkan dengan elegan.

Arjuna meletakkan kartu itu di atas meja. Ia merasa bersemangat. Ia tidak lagi merasa sendirian dalam perjuangannya. Di universitas nanti, ia tahu akan ada seseorang yang akan terus memacunya untuk menjadi lebih baik, seseorang yang tidak akan membiarkannya bersantai. Ia telah menemukan seorang rival yang sepadan. Dan entah kenapa, hal itu terasa sangat menyenangkan.

Tanpa ada yang tahu di lingkungan Kos Berkah, atau bahkan di antara teman-teman kampusnya nanti, Aulia menyimpan sebuah rahasia besar. Hanya beberapa orang penting di lingkaran kepercayaannya yang tahu bahwa nama lengkapnya adalah Aulia Larasati Winata. Dan Winata adalah nama keluarga yang sangat berpengaruh di dunia bisnis nusantara.

Aulia adalah putri tunggal Hadi Winata, pengusaha kaya raya yang beberapa waktu lalu bertemu dengan Arjuna di sebuah gerbong kereta ekonomi.

Setelah meninggalkan Arjuna dengan pesan tantangannya, Aulia menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua. Kamarnya, meskipun sama ukurannya dengan kamar lain, tampak berbeda. Sangat rapi, terorganisir, dengan rak-rak penuh buku-buku tebal berbahasa Inggris dan sebuah laptop tipis nan canggih tergeletak di atas meja belajar. Ini adalah dunia kecil yang ia ciptakan untuk dirinya sendiri, jauh dari kemewahan yang biasa ia dapatkan.

Ia baru saja meletakkan tasnya ketika ponselnya berdering. Di layar tertera nama "Ayah ". Wajah Aulia yang biasanya dingin dan datar, kini sedikit melunak. Ia duduk di tepi tempat tidurnya dan menjawab panggilan itu.

"Halo, Yah."

"Halo, Tuan Putri kebanggaan Ayah!" Suara berat dan hangat milik Hadi Winata terdengar dari seberang, diselingi tawa kecil yang khas. "Ayah dengar kabar bagus. Ada yang berhasil menaklukkan ujian beasiswa UNG yang terkenal sulit itu."

Aulia tersenyum tipis. "Ayah tahu dari mana? Pengumumannya kan baru keluar."

"Ayah punya koneksi di mana-mana, kamu tahu itu," jawab Hadi Winata. "Tapi... Ayah sedikit bingung. Laporannya bilang putri Ayah yang paling cantik dan paling keras kepala ini kok dapatnya medali perak, ya? Bagaimana bisa ada yang mengalahkanmu? Bukannya kamu selalu maunya medali emas?" tanyanya, tawanya kini terdengar lebih jelas, penuh nada menggoda.

Seketika, senyum di wajah Aulia menghilang, digantikan oleh bibir yang sedikit mengerucut. Ia cemberut.

"Ayah, ih! Jangan mulai, deh!" rengeknya manja, sebuah sisi dirinya yang tidak pernah ia tunjukkan pada siapa pun kecuali keluarganya. "Menyebalkan."

Hadi Winata tertawa lagi. "Hahaha, Ayah hanya bercanda, sayang. Peringkat kedua itu pencapaian yang luar biasa. Ayah sangat bangga padamu."

"Aku tahu," jawab Aulia, nadanya kini lebih serius. "Tapi aku ingin berusaha sendiri, Yah. Peringkat kedua dengan hasil kerjaku sendiri jauh lebih berharga daripada peringkat pertama kalau semua orang tahu aku ini putrimu."

Inilah alasan utamanya. Alasan mengapa ia bersikeras untuk tidak memakai nama belakang Winata dalam pendaftaran. Alasan mengapa ia menolak semua fasilitas yang ditawarkan ayahnya.

"Itu juga alasan kenapa Aulia lebih memilih tinggal di kos ini daripada di mansion kita yang mewah," lanjutnya, seolah menjawab pertanyaan yang tak terucap. "Biar Aulia tahu rasanya berjuang, tahu rasanya deg-degan menunggu pengumuman, tahu rasanya punya pesaing. Biar semua yang Aulia dapatkan terasa nyata."

Hening sejenak di seberang telepon. Hadi Winata menghela napas, kali ini tawanya hilang, digantikan oleh nada bangga yang tulus. "Ayah mengerti, Nak. Dan Ayah sangat menghargai semangatmu itu. Kamu memang anak Ayah." Ia berhenti sejenak. "Jadi, siapa jagoan yang berhasil merebut takhtamu ini? Arjuna Wicaksono... nama yang bagus. Ayah seperti pernah mendengarnya di suatu tempat..."

Jantung Aulia berdebar sedikit lebih cepat. "Mungkin hanya kebetulan, Yah. Nama pasaran," jawabnya cepat. "Dia... tetangga satu kos-ku."

"Oh ya? Kebetulan yang menarik," kata Hadi Winata.

Setelah beberapa saat mengobrol tentang hal lain, panggilan itu pun berakhir. Aulia meletakkan ponselnya. Wajahnya tidak lagi cemberut. Kini yang ada adalah ekspresi penuh tekad yang membara.

Ia menatap buku catatan dan pulpen yang tadi ia berikan pada Arjuna. Ia memberikannya sebagai pengakuan, tapi juga sebagai pengingat untuk dirinya sendiri. Untuk pertama kalinya, ia menemukan seseorang yang bisa mengalahkannya secara adil, seseorang yang datang dari nol, sama seperti kondisi yang sedang ingin ia ciptakan untuk dirinya sendiri.

Arjuna Wicaksono bukan lagi sekadar nama di peringkat pertama. Ia adalah tolok ukur. Ia adalah bukti nyata dari perjuangan yang ingin Aulia menangkan. "Aku akan mengejarmu," bisiknya pada keheningan kamarnya, mengulang kembali pesan di dalam hatinya. Persaingan ini kini terasa semakin pribadi dan semakin penting baginya.

1
Was pray
kalau merasa terbebani dengan cincin warisan kakeknya ya dilepas saja Juna, daripada kamu mengeluh terus, kayaknya gak ikhlas menerima takdirmu juna
Aman Wijaya
jooooz jooooz gandos lanjut terus
Aman Wijaya
lanjut terus Thor
Aman Wijaya
top markotop ceritanya Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz pooolll lanjut terus
4U2C
𝘆𝗮 𝗶𝗻𝗴𝗮𝘁 𝗮𝘀𝗮𝗹 𝘂𝘀𝘂𝗹𝗺𝘂 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗯𝗶𝗮𝗿 𝗽𝗮𝗿𝗮 𝗿𝗲𝗮𝗱𝗲𝗿 𝘀𝘂𝗸𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗰𝗮 𝗸𝗶𝘀𝗮𝗵𝗺𝘂..
4U2C
𝗷𝗮𝘂𝗵𝗶 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴-𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗼𝗻𝗴𝗹𝗼𝗺𝗲𝗿𝗮𝘁 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝘀𝗲𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗸𝗮𝗺𝘂 𝘀𝗲𝗻𝗱𝗶𝗿𝗶 𝗷𝗮𝗱𝗶 𝘀𝗼𝘀𝗼𝗸 𝗸𝗼𝗻𝗴𝗹𝗼𝗺𝗲𝗿𝗮𝘁 𝘀𝗲𝘀𝘂𝗻𝗴𝗴𝘂𝗵 𝗻𝘆𝗮,,𝗶𝘁𝘂 𝘀𝗲𝗺𝘂𝗮 𝗺𝗲𝗺𝗽𝗲𝗿𝘀𝘂𝗹𝗶𝘁𝗸𝗮𝗻 𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽𝗺𝘂 𝗻𝗮𝗻𝘁𝗶𝗻𝘆𝗮,,𝗹𝗶𝗵𝗮𝘁 𝗯𝗲𝗹𝘂𝗺 𝗮𝗽𝗮-𝗮𝗽𝗮 𝘀𝘂𝗱𝗮𝗵 𝗮𝗱𝗮 𝗺𝘂𝗻𝘀𝘂𝗵𝗺𝘂 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗱𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮-𝗱𝗶𝗺𝗮𝗻𝗮..𝘁𝗲𝘁𝗮𝗽𝗹𝗮𝗵 𝗿𝗲𝗻𝗱𝗮𝗵 𝗵𝗮𝘁𝗶 𝗯𝗮𝗻𝘁𝘂 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗻𝘁𝘂 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝘂𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗮𝗺𝗽𝘂..𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝗴𝗶𝘂𝗿 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮 𝗿𝗮𝘆𝗮..
4U2C
𝗽𝗮𝗰𝗮𝗿 𝗺𝗶𝗮 𝗥𝗜𝗔𝗡 𝗱𝗶𝗮𝗺𝗯𝗶𝗹 𝗦𝗜𝗡𝗧𝗔 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗸𝗮𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗗𝗜𝗢𝗡,,𝗮𝗽𝗮 𝗮𝗱𝗮 𝗵𝘂𝗯𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗗𝗜𝗢𝗡 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗠𝗜𝗔 𝘆𝗮,,𝗱𝗮𝗻 𝗹𝗮𝗴𝗶 𝗸𝗲𝗺𝗮𝗻𝗮 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗽𝗲𝗻𝗴𝗮𝘄𝗮𝗹 𝗶𝗯𝘂 𝗟𝗜𝗔𝗡𝗔 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗠𝗜𝗔,,𝗺𝗲𝗹𝗮𝗺𝘂𝗻,𝗮𝗽𝗮 𝗺𝗮𝘀𝗶𝗵 𝗺𝗲𝗹𝗼𝗻𝗴𝗼..𝗮𝗸𝘂 𝘀𝗮𝗿𝗮𝗻𝗸𝗮𝗻 𝗷𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗯𝘂𝗮𝘁 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗱𝗲𝗸𝗮𝘁 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮 𝘀𝗲𝗱𝘂𝗻𝗶𝗮..𝗺𝗮𝘂 𝗻𝘆𝗮𝗸 𝗔𝗥𝗝𝗨𝗡𝗔 𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮 𝗮𝗷𝗮 𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗸𝗲𝗿𝗮𝘀,,𝗱𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗽𝗮𝘁𝗶 𝗴𝗮𝗱𝗶𝘀 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗶𝗮𝘀𝗮,,𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗠𝗜𝗔 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗔𝗨𝗟𝗜𝗔,,𝗽𝘂𝘁𝗿𝗶 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝘆𝗮..
agus purnomo
kopi lagi suhu
Aman Wijaya
lanjut terus Thor semangat semangat ditunggu lagi updatenya 💪💪💪 sehat selalu untukmu Thor sehingga bisa berkarya terus
Aman Wijaya
Arjuna rasa disidak seperti seorang terpidana lanjut terus Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz pooolll Thor 💪💪💪
Aman Wijaya
babat semuanya Juna jangan beri ampun bikin mereka semua tidak bisa bangun
Aman Wijaya
top top markotop lanjut terus Thor semangat semangat semangat
Aman Wijaya
lanjut terus Thor lanjut
Aman Wijaya
jooooz jooooz pooolll Thor lanjut terus
Rita Natalia
Dion siapa ya ?
Achmad
ayo Thor lanjut semangat jangan kendor
Achmad
semangat Thor lanjut semangat
Achmad
semangat Thor lanjut semangat Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!