*
"Tidak ada asap jika tidak ada api."
Elena Putri Angelica, gadis biasa yang ingin sekali memberi keadilan bagi Bundanya. Cacian, hinaan, makian dari semua orang terhadap Sang Bunda akan ia lemparkan pada orang yang pantas mendapatkannya.
"Aku tidak seperti Bunda yang bermurah hati memaafkan dia. Aku bukan orang baik." Tegas Elena.
"Katakan, aku Villain!"
=-=-=-=-=
Jangan lupa LIKE, COMMENT, dan VOTE yaaa Gengss...
Love You~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amha Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Villain Chapter 8
*
Keyra membaringkan tubuh di atas kasur King sizenya, tatapannya lurus menatap langit kamar. Dia terdiam dengan posisi itu cukup lama namun rasa kantuk belum juga datang.
Dirinya menghembuskan nafas panjang, mulutnya terdiam namun pikiran menerawang jauh tentang kehidupannya yang tidak sesuai dengan harapan.
"Aku lelah." Ucapnya singkat.
Mungkin bagi kebanyakan orang akan menganggap kehidupan Keyra sangat bahagia. Lahir dari keluarga kaya raya, memiliki ayah pebisnis sukses, ibu seorang model terkenal, di tambah lagi terlihat bagaimana orantuanya sangat meyayangi dia.
Sayang? Apakah itu benar?
"Apakah aku tidak begitu penting di hidup kalian?" Gumamnya yang tanpa terasa kembali menitikkan air mata. "Yang ku inginkan bukan uang, tapi kalian."
"Kenapa? Sesulit itukah menunjukkannya padaku tanpa orang lain tahu." Dia kembali mengingat betapa lembut dan sayangnya mereka saat perayaan ulang tahunnya tadi. Namun tak pernah di tunjukkan saat hanya ada mereka di rumah ini.
Keyra menyebutnya... Pencitraan.
Memory di otaknya kembali memutar suatu kejadian yang cukup tidak menyenangkan. Gadis itu tiba-tiba terkekeh sendiri, ia sungguh tidak percaya akan melakukannya.
'Lepaskan semua baut lampu itu. jangan sampai orang lain tahu.' Titah Keyra pada seorang pria seraya memberi amplop tebal yang di pastikan isinya uang.
"Hahahahaaa." Keyra tertawa keras di dalam kamar yang kedap suara itu. Tawanya terdengar seperti seorang villain yang akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia mau.
Tawa mengerikan terus terdengar, namun lama kelamaan berubah menjadi isakan yang terasa menusuk hatinya "Seharusnya kau tidak menolongku." Lirihnya di sela tangisannya.
Keyra memejamkan mata untuk meredakan tangisannya, hingga tak terasa ia sudah mulai terbawa ke alam mimpi.
*
Sinar Matahari mulai bermunculan, seorang gadis mengerjapkan matanya berulang kali, dialah Keyra. Merasa sudah hilang rasa kantuknya, dia memulai ritual mandi untuk membersihkan diri.
Memakai pakaian rapi dengan baju panjang yang membuat lekuk tubuhnya jelas serta celana jeans panjang. Keyra meraih tas mewahnya lalu melangkahkan kaki menuju ruang makan.
Dia tersenyum menatap beberapa bangku disana kosong tak ada seorangpun, karena yang ada disana hanyalah makanan yang tersaji di atas meja dengan berbagai macam jenis lauk pauk.
"Tuan dan Nyonya sudah berangkat kerja Non." Ujar Bi Nina seperti tahu apa pertanyaan di hati Nona mudanya.
"Sudah biasa kan?" Gumamnya seraya menghembuskan nafasnya dalam "Bi, duduk disini dan temani saya makan."
Pembantu yang sedang menuangkan air ke gelas Keyra sontak saja terkejut "Baik Non." Dia langsung saja menurut, bukan karena terlalu senang melainkan karena memang Keyra selalu mengajaknya makan bersama di meja makan untuk menemaninya. Jika dia menolak pun, akan percuma karena Keyra suka memaksa.
Keyra tersenyum, dia mulai menyendokkan makanan ke dalam mulutnya begitupun dengan pembantunya yang sudah dia anggap sebagai keluarganya.
"Maaf Non, bukan bermaksud lancang. Tapi bukankah hari ini Nona tidak ada jadwal kampus?" Tanya Bi Nani dengan hati hati, ia penasaran kenapa Nona mudanya ini memakai pakaian rapi seperti akan pergi. Padahal ia tahu betul bagaimana jadwal kampus Nonanya.
"Saya ada urusan dan mungkin akan pulang sedikit lama." Jawab Keyra apa adanya.
"Bagaimana jika Tuan dan Nyonya mencari Nona?"
Keyra terkekeh, rasanya itu pertanyaan lucu "Kapan mereka mencariku?"
Jawaban itu membuat Bi Nani merasa bersalah, ia tidak bermaksud menyinggungnya.
"Saya keluar sekarang Bi." Ucap Keyra meraih tasnya. "Assalamu'alaikum." Dia kemudian menyalami Bi Nani dengan sopan membuat Bi Nani mengulum senyuman dengan tulus.
"Wa'alaikumsalam, hati hati di jalan Non."
Keyra tersenyum lalu mengangguk, jujur saja dia nyaman di dekat pembantunya ini. Bi Nani selalu ada untuknya jika dia merasa kesepian di mansion, dan Bi Nani juga merupakan Baby Sitternya sejak kecil.
*
"Sudah pulang?" Keyra terkejut mendapati ruang rawat Elena kosong dan hanya ada satu perawat yang sedang membereskan brankarnya. "Kapan?"
"Sudah sekitar dua jam lalu." Jawab perawat perempuan itu.
Keyra melirik jam tangannya yang menujuk pukul sembilan pagi, mungkin dia terlalu siang untuk menjenguknya. Di lihatnya tangan kanan yang kini membawa parcel buah dan berniat memberikannya pada Elena.
"Bolehkah saya tahu dimana alamatnya?" Tanya Keyra penuh harap.
"Jika Nona ingin mengetahuinya, bisa tanyakan langsung pada bagian resepsionis rumah sakit"
"Baiklah, terimakasih." Ucapnya segera keluar ruangan lalu menuju resepsionis yang di maksud.
Dia langsung bertanya tanpa membuang waktu dan berharap pegawai di depannya mau memberikan informasi yang dia inginkan.
"Maaf, saya tidak bisa memberikan informasi tentang pasien pada orang lain." Balas resepsionis itu seraya menyatukan kedua tangan sebagai tanda permintaan maaf.
"Tolong kali ini saja." Pinta Keyra terus memohon "Dia terluka karena saya, jadi saya ingin mengetahui alamatnya untuk bertanggung jawab penuh. Jika anda tidak percaya, saya bisa menitipkan ktp saya disini apabila nanti terjadi hal buruk sama dia."
Resepsionis itu berbincang dengan temannya, ia meminta pendapat apakah harus mengatakannya atau tidak, karena ini menyangkut privasi pasien. Di tatapnya wajah Keyra yang terlihat baik dan terus memohon membuatnya tak tega "Baiklah, mohon tunggu sebentar." Finishnya kemudian mulai mengotak atik komputer miliknya.
"Iya, terimakasih."
Setelah berhasil mendapatkan alamat tempat tinggal Elena, Keyra segera menuju kesana dengan mengendarai mobilnya sendiri. Ia tidak tahu persis dimana letaknya dan dia mencoba memakai google maps.
Tiga puluh menit perjalanan ditempuhnya, dia sampai di dekat pemukiman warga yang tidak terlalu padat. Beberapa kali dia menanyakan pada warga sekitar tentang alamat pastinya, mungkin ada yang mengenal tentang Elena.
Sampai akhirnya dia menghentikan mobil tepat di depat sebuah rumah sederhana bernuansa putih, dengan halaman yang cukup luas disertai rerumputan lalu tepat di depan pintu diberi jalan bebatuan halus menuju jalan raya. "Apa ini ya?" Gumamnya setelah turun dari mobil dengan menenteng buah tangan.
Keyra melangkah meski sedikit ragu, dia mengetuk pintu seraya mengucap salam "Assalamu'alaikum." Dua kali dia mengucap salam hingga akhirnya terdengar suara dari dalam.
"Wa'alaikumsalam." Seseorang membuka pintu, dia terkejut melihat Keyra berdiri disana.
"Ternyata benar, aku sudah ragu tadi." Keyra merasa lega saat mengetahui ia tidak salah rumah. Di lihatnya Elena yang berdiri dengan memekai satu tongkat dan kaki kanan masih dililit perban.
Elena menatapnya intens berusaha mengingat "Kamu... Keyra kan?" Tanyanya untuk memastikan, karena dia baru bertemu sekali jadi wajar tidak terlalu mengingat wajahnya.
"Iya. Ini aku." Jawab Keyra tersenyum.
Elena mengernyit bingung "Bagaimana kamu tahu ini rumahku?"
"Mudah saja. Aku menerawang lalu aku teleportasi kesini." Jawabnya dengan santai dan disertai candaan.
Mendengar jawaban absurd Keyra, tentu membuat Elena terkekeh "Lain kali ajari aku teleportasi suhu." Balasnya juga dengan bercanda.
Keyra ikut terkekeh "Aku mencari tahu dari rumah sakit. Bukankah sudah ku katakan aku akan menjengukmu lagi, tapi ternyata kamu sudah pulang."
"Aku pikir kamu tidak serius, dan aku pulang juga atas ijin dokter." Ucap Elena apa adanya membuat Keyra mengangguk mengerti "Ah ya, aku lupa mempersilahkan kamu masuk. Kamu mau masuk kan?"
Elena sengaja menanyakan lebih dulu, dia takut Keyra tidak nyaman jika berada di rumah kecilnya. Namun di luar dugaannya, justru Keyra dengan senang menerima tawaran Elena.
Keyra melangkah masuk, pandangannya menatap sekitar yang terdapat beberapa furniture sederhana. Ruang tamu hanya ada kursi, meja serta satu televisi yang tidak terlalu besar, lalu ada tembok pembatas ruang tamu. Mungkin di baliknya ada ruang makan serta dapur, pikir Keyra.
"Kecil kan." Seru Elena seakan tahu apa isi pikiran Keyra.
"Tidak. Ini hanya sederhana saja, namun terlihat nyaman." Balasnya lalu duduk. "Kamu mau kemana?" Tanya Keyra ketika melihat Elena ingin pergi.
"Ku siapkan minuman untukmu." Jawab Elena
"Tidak perlu repot-repot, kamu duduk disini temani aku saja." Keyra sangat tidak enak hati, apalagi melihat Elena yang sedikit kesusahan untuk berjalan karena di bantu tongkat.
"Hanya sebentar, sekalian melatih kakiku." Kekeh Elena segera melangkah menuju dapur. Tanpa Elena sangka, Keyra malah mengikutinya menuju dapur "Kamu mau apa?"
"Ku bilang tidak ingin merepotkanmu, tapi karna kamu memaksa jadi lebih baik aku siapkan minuman sendiri untukku." Ucap Keyra dengan santainya, dia tahu betul jika seseorang berjalan menggunakan tongkat maka akan kesulitan jika jalan sambil membawa sesuatu.
"Ternyata kamu pemaksa juga yaa." Ujarnya seraya terkekeh, begitupun dengan Keyra yang tersenyum memperlihatkan deretan giginya.
Akhirnya Elena membuatkan minuman teh hangat untuk Keyra, sedangkan Keyra yang membawa minuman itu menuju ruang tamu. Mereka duduk bersama saling berhadapan.
"Minumannya enak, terimakasih." Ucap Keyra setelah meminumnya membuat Elena tersenyum "Ohya, ini untukmu kak." Lanjutnya menyodorkan parcel buah pada Elena.
"Kenapa harus membawa ini segala. Dan apa tadi?" Elena menggantungkan ucapannya sejenak "Kamu memanggilku, Kak?" Tanyanya memastikan pendengaran dia tidak salah
"Iya, Kak El."
.
~Bersambung~
*-*-*-*-*-*-*-*-*
Jangan lupa LIKE, COMMENT dan VOTE Yaa Gengss....
Love You~