Jerat Cinta Dewi Ular

Pemuda itu tiba dikamarnya. Pertempuran barusan membuatnya harus lebih waspada. Ia akan mencari tahu siapa dalang dibalik ini semua, dan ia tidak ingin lagi kejadian tempo hari terulang kembali.

Kenzo membaringkan tubuhnya diatas ranjang. Tatapannya nyalang dan angannya melambung menembus kegelisahannya.

Gadis itu, ya. Semua seperti perekat yang membuatnya tak dapat teralihkan dari ingatannya.

"Kemana Adhisti pergi? Apakah benar itu dirinya? Tetapi jika benar mengapa ia menghindariku" Kenzo terlihat semakin galau.

Ia menarik guling, lalu mendekapnya dengan erat. Saat ia akan memejamkan kedua matanya, tiba-tiba kepala seekor ular kobra nongol dibalik guling yang sedang didekapnya.

Seketika pemuda itu tersentak kaget. "Hah!" ia membolakan matanya, dan beringsut dari tempatnya. "Kau selalu mengagetkanku!" pergilah tidur diboks disamping toren air, aku lagi tidak ingin diganggu!" gerutunya.

Namun ular itu tak.mengindahkannya, dan memilih untuk melingkar diatas kasur.

"Hei, ini kamarku, apakah kau tak.mendengarku?!" ucapnya lagi dan berharap sang ular tetap tak bergeming.

Kenzo menggelengkan kepalanya. "Dasar, keras kepala! Jika saja kau tak menyelamatkanku saat dihutan waktu itu, mungkin aku akan memanggil damkar untuk mengirimkanmu ke pusat koservasi." pemuda itu menggerutu, lalu beranjak dari ranjang, dan membawa gulingnya untuk memilih tidur dilantai, ketimbang tidur berdua dengan si ular yang terlihat tak mau pergi.

*****

Kenzo menggeliatkan tubuhnya. Ia terbangun saat sinar mentari menerobos masuk melalui kaca jendela kamar yang sedikit tersingkap.

Ia melirik ke arah ranjang, dan tak lagi menemui sang ular berada disana.

Ia menghela nafasnya dengan berat, lalu bergegas mandi dan turun ke bawah untuk sarapan.

Dimeja makan sudah terlihat Endah Yulia--sang Mama yang sedang menghidangkan sarapan untuknya.

Pemuda itu duduk dikursi kosong dan segera mengambil sarapannya.

Seporsi nasi goreng seafood yang lengkap akan memuhi nutrisi dan gizi untuk mengawalinya pagi ini.

"Kenzo," ucap Endah Yulia saat ikut duduk bersama dimeja makan.

"Ya, Ma" jawabnya sembari menyendokkan sesuap nasi ke dalam mulutnya.

"Kamu harus segera menikah. Mama menginginkan cucu, dan jika kamu tidak mendapatkan pasangan dalam waktu 2 hari saja, maka Mayang adalah pilihan yang harus kamu terima," ucap wanita itu dengan nada penekanan.

Kenzo membeliakkan matanya. Ia tak menyukai gadis itu. Bagaimana mungkin ia akan menikahinya? Pemuda itu tak sudi jika harus menikah dengan gadis yang sudah menjadi bekas Josep, apa kata dunia nantinya.

Ia seorang pemuda yang sangat tampan, dan juga kaya raya. Pastinya ia sangat mudah mencari wanita dalam satu hari saja. Tetapi ia belum menemukan gadis yang dapat meluluhkan hatinya.

"Jangan dua hari, Ma. Beri waktu satu bulan," tawar Kenzo.

"Tidak ada tawar-menawar. Mama beri waktu satu minggu, dan jika kamu tidak dapat membawanya ke rumah ini, maka terima saja nasibmu. Lagipula Mayang itu cantik dan terlihat baik, lalu kamu ingin mencari yang seperti apa lagi?!" Endah Yulia mulai terlihat sedikit kesal.

Kenzo berfikir keras. Ia harus mencari keberadaan gadis itu, dan menemukannya secepat mungkin.

Adhisti? Ya gadis itu membuatnya tersihir, tetapi hilang begitu saja dan tidak pernah terlihat lagi hingga kini. Apakah gadis itu kembali ke hutan? Tidak mungkin juga ia kembali ke sana, sebab memakan waktu dengan perjalanan yang sangat jauh.

Haruskah ia mengumumkan untuk mencari pasangan dan siapa saja boleh ikut? Sepertinya terdengar cukup aneh dan juga konyol. Tetapi ia meyakini jika cara itu akan membuat banyak gadis yang mendaftar.

Permintaan mamanya tidak dapat lagi ia tolak. Wanita yang telah melahirkannya itu sudah seringkali memintanya untuk menikah, mungkin hal yang wajar, sebab ia juga inginkan seorang cucu untuk menjadi penerus garis keteurunannya dan juga tahtanya.

"Kenapa satu minggu, Ma? Beri tambahan dua minggu," pemuda itu mencoba bernegosiasi dengan sang Mama.

Endah Yulia terlihat menggelengkan kepalanya. "Tidak, ini adalah tawaran yang terakhir," ucap wanita itu menegaskan.

Kenzo menghela nafasnya yang terasa berat dan ia dengan cepat menghabiskan sarapannya.

"Kenzo berangkat ke kantor, Ma" ucapnya, sembari menyalim sang mama.

Ia berjalan memasuki mobil yang mana sang sopir sudah sejak.lama menunggunya. Ia terlihat tampak frustasi memikirkan untuk mencari wanita yang sesuai karakteristiknya.

"Umumkan dilaman media sosial untuk mengadakan audisi pencarian seorang wanita single untuk dijadikan istru yang dapat merangkap sebagai bodyguard dalam waktu seminggu saja. Yang terpilih akan mendapatkan hadiah besar serta dinikahi, tetapi hanya kontrak saja," titah Kenzo kepada bodyguardnya.

Sang bodyguard sedikit bingung. "Mengapa harus merangkap sebagai bodyguard, Bos?" tanyanya dengan bingung.

"Agar wanita itu tidak terlalu manja," ucapnya asal. Namun dalam hatinya ia berharap.jika Adhisti akan mengikuti audisi tersebut.

"Bagaimana kalau saya umumkan mencari bodyguard saja, tetapi untuk wanita," saran pria berpakaian serba hitam itu.

"Terserah kau saja," jawab Kenzo malas.

Sang bodyguard menganggukkan kepalanya. "Baik, Bos. Saya akan laksanakan segera," jawabnya dengan cepat.

Pria itu membuka tablet pintarnya. Lalu menuliskan pengungumuman untuk pencarian seorang wanita tangguh dan memiliki kemampuan bela diriyang akan dipekerjakan sebagai bodyguard.

Pria itu menyebarkannya hanya untuk kalangan publik.agar jangkauannya lebih luas.

Dalam hitungan menit, postingan itu sudah dibanjiri seribu komentar dan itu membuat kegilaan yang ada.

"Bos, ada kurang lebih seribu yang mendaftar, bagaimana cara seleksinya?" Tanya bodyguard itu bingung.

Kenzo membolakan kedua matanya. "Pangkas dengan memberikan kriteria tertentu," ucap kenzo cepat.

Sang bodyguard menganggukkan kepalanya. Lalu memangkas calon kandidat hingga tersisa 20 orang terpilih saja.

Kenzo menatap jalanan kota yang terlihat sangat ramai dengan orang yang berlalu lalang. Saat tiba-tiba matanya tertuju pada gadis berkucir ekor kuda diseberang jalan dan berdiri ditrotoar dengan menggunakan pakaian yang ia yakini miliknya, namun ukurannya mengapa bisa cukup pas untuk sang gadis.

"Stop!" teriaknya tiba-tiba yang membuat sopir itu melakukan pengeraman mendadak dan tindakan tersebut membuat pengguna jalan lainnya kesal dan memaki Kenzo karena hampir saja mencelakakan mereka.

Pemuda itu tak memperdulikan makian pengguna jalan. Ia bergegeas keluar dan menyeberangi jalan untuk menemui gadis yang tadi jelas ia lihat.

Sesampainya diseberang jalan dan  trotoar. Ia celingukan mencari gadis tersebut, jelas ia melihatnya jika sang gadis berdiri disana, tetapi sudah tidak terlihat lagi.

Ia terus menyapu pandangannya dan melihat gadis itu berjalan memunggunginya diantara pejalan kaki lainnya.

Kenzo berlari mengejarnya, dan saatnya ia mencapai pundak sang gadis dan dapat menggapainya, namun saat gadis itu menoleh, bukan wajah sang gadis yang ia maksudkan, tetapi gadis lainnya.

Kenzo mengatupkan tangannya didepan wajah, pertanda ia salah orang.

Pemuda itu berkacak pinggang, mengacak rambutnya asal dan apakah lagi-lagi ia berhalusinasi