Wanita Satu Malam Ceo

Di waktu yang sama di sekolah Twins, Divana sedang menunggu di depan gerbang sekolah, perempuan itu di temani oleh  sopir pribadinya yang suaminya siapkan untuknya, tak lama terlihat twins keluar bersama triplet dan juga Sagara.

"Mama... " pekik kembar berlari dan menubruk tubuh mamanya. Divana terkekeh kala tubuhnya hampir saja terjengkang kebelakang.

"Wow, anak mama semangat sekali, gimana sekolahnya sayang" tanya Divana.

"Celu mama, apalagi ada Michi, iya kan Michi" sahut Noel dan di angguki oleh besti nya itu.

"Mereka sangat berisik onty, mereka ngobrol terus tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar" ucap Mattew mengadukan kelakuan mereka di kelas.

Michelle menatap kembarannya jengkel, kembarannya yang satu itu memang bermulut lemes, Mattew seperti seorang wanita yang suka mengadu.

"Benarkah begitu sayang" tanyanya pada sang putra.

Noel hanya diam, karen anak itu jarang sekali berbohong terutama dengan mamanya.

"Bohong onty, kami tidak ngoblol tapi kami cedang beldickuci, iya kan Noel" Michelle membela bestinya itu. Noel pun menganggukkan kepalanya ragu.

Divana terkekeh, dia tahu kalau kedua bocah kecil itu sedang berbohong, memang apa yang di diskusikan oleh anak sekecil mereka pikirnya.

"Aunty mau pulang, kalian mau ikut dengan aunty atau mau nunggu jemputan" tanya Divana pada mereka.

"Michi ikut onty aja, paman Flans lama" sahut Michelle, sebenarnya gadis kecil itu hanya beralasan saja, dia ikut mobil Divana karena ingin bermain dengan Noel, di rumah kedua abangnya tidak bisa ia ajak main, jadi dia suka saat bertemu dengan sosok Noel. yang banyak memiliki kesamaan.

"Michi, nanti kalau paman Frans jemput kita bagaimana?" Michael tidak setuju dengan adiknya itu, mereka juga belum ijin sama sang mama.

"Kalian aja yang nunggu paman Flans, Michi mau ikut Noel" kekeuh gadis kecil itu.

Michael menghela nafas seolah banyak beban, "Yasudah, tapi jangan ijinkan Michi jajan sembarangan ya onty" pesan Michael pada Divana, bocah kecil itu tidak mau adiknya sakit lagi, sebab baru beberapa minggu yang lalu adiknya masuk rumah sakit gara-gara sakit tipes.

"Iya boy, kalau begitu kami pulang dulu" ucap Divana sambil mengacak rambut anak itu gemas.

Dia membantu Noel, Michelle dan juga Noah masuk kedalam mobil, Disepanjang jalan Noel dan Michelle terus bernyanyi membuat Noah merasa terganggu.

"Berisik sekali lho, kalian bisa diam tidak" tegur Noah.

Noel dan Michelle berhenti bernyanyi dan keduanya menatap Noah.

"Noah, kenapa? Cuala kita bagus tahu, kenapa nda mau dengal" tanya Michelle aneh.

"Suara kalian memang bagus, tapi lebih bagus lagi kalian diam. Merusak gendang telinga saja" sahut Noah ketus.

Membut Michelle dan Noel mencebikkan bibirnya sebal. "Noah nda acik" cibir Noel.

Divana hanya menggelengkan kepalanya, memiliki anak kembar yang berbeda sifat membuat dia terkadang pusing menghadapinya.

Noah sering kesal karena ulah adiknya itu.

"Mama Noel mau es klim" pinta Noel.

"Michi juga onty" seru Michelle .

"Pulang aja ma, di rumah kan juga ada es krim" namun tidak dengan Noah, dia tidak setuju dengan mereka berdua, dia merasa sudah lelah bersekolah ingin segera istirahat.

Divana tersenyum dan mengusap kepala Noah sayang, ia mencoba memberi pengertian kepada putranya itu. "Sebentar saja ya, kasihan mereka ingin es krim, memangnya Noah tidak mau hmm? Biasanya kamu suka yang rasa coklat"

Noah mencoba menimbang ucapan mamanya. "Iya deh" putusnya setelah berpikir.

Divana tersenyum, tidak sulit membujuk putranya yang satu itu.

"Kita ke kedai es krim di depan pak" ucap Divana pada sopir.

"Baik nyonya" sahut Sopir.

Sopir melajukan mobilnya menuju ke kedai es krim yang Divana minta. kedai es krim tersebut merupakan kedai es krim favoritnya dengan Lauren mantan sahabatnya dulu.

"Kalian tunggu di sini biar mama yang belikan" ucap Divana.

Mereka mengangguk patuh dan Divana pun keluar dari dalam mobil, perempuan itu melangkahkan kakinya masuk kedalam kedai es krim tersebut.

Divana langsung memesan tiga cup es krim untuk kembar dan juga Michelle.

Tak lama pesanan Divana jadi, setelah membayar dia pun berniat pergi, namun tiba-tiba dia di kejutkan dengan kedatangan Lauren bersama dengan Samuel.

Deg

Jantung Divana berdetak kencang, tangannya mengepal erat hingga buku tangannya memutih. Ingatannya flasback mengingat kejadian waktu itu saat keduanya tengah menghianatinya.

"Divana" panggil Lauren yang mengenali wajah sahabatnya itu.

"Maaf, anda salah orang" ucap Divana dan menundukkan kepalanya pergi dari kedai es krim tersebut.

"Sam, itu Divana" seru Lauren, dia dan Samuel berlari keluar mengejar Divana.

Mereka berdua melihat Divana sudah masuk kedalam mobil mewah, dan sang sopir langsung melajukan mobilnya.

"Sial" umpat Samuel melihat kepergian Divana.

"Ada apa dengan dia? Kenapa dia menghindari kita begitu saja" Lauren bertanya-tanya apa yang terjadi dengan sahabatnya itu, pasalnya yang ia tahu mereka tidak ada telibat permasalahan apapun.

"Mobilnya mewah, sepertinya dia kembali ke rumah orang tuanya, tapi kenapa dia menghilang begitu saja tanpa memberitahu kita terlebih dahulu".

"iya, ini sangat aneh, atau mungkin dia mengetahui perselingkuhan kita"

"Aku tidak tahu, perasaan dulu hubungan kita baik-baik saja, bahkan kami tidak pernah bertengkar"

Mereka terus memikirkan apa yang terjadi dengan Divana. Bahkan saat bertemu pun sahabatnya itu tidak mengenalinya.

"Atau mungkin dia hilang ingatan" tebak Lauren.

Samuel mengendikkan bahunya tidak tahu, setelah kasus menghilangnya Divana, pria itu sama sekali tidak pernah tahu kabar tentang kekasihnya. Mereka benar-benar benar-benar lost contact.

*****

"Mama kenapa? Mama seperti di kejar sesuatu" tanya Noah ketika melihat nafas mamanya yang naik turun.

"Tidak apa-apa sayang, ini es krim kalian" jawab Divana bohong, dia memberikan es krim tersebut kepada mereka.

Mereka menerima es krim itu dengan wajah yang berbinar. Dan kompak mengucapkan terima kasih kepada Divana.

Di sepanjang jalan pulang, Divana hanya diam. Perasaannya masih tidak baik-baik saja, bukan karena dia masih mencintai Samuel, tapi karena ingat kejadian itu. Marah, kecewa jadi satu.

Mobil mereka tiba di Mansion Justin, ternyata mobil Michael dan juga Mattew sudah sampai duluan, kedua bocah kecil itu menyusul adiknya.

"Kalian darimana saja? Kenapa baru sampai" kesal Mattew ketika melihat mereka keluar dari mobil.

"Beli es klim, kalian ngapain kesini" bingung Michelle sambil menatap kedua abangnya.

"Jemput kamu, kamu harus pulang" sahut Mattew dan hendak menarik tangan adiknya tapi langsung di tepis oleh Michelle, gadis kecil itu menolak diajak pulang.

"Nda mau, Michi mau main sama Noel cih" tolak Michelle.

"Nanti mama nyariin kamu, kamu kan belum ijin" kini giliran Michael yang membujuk adiknya.

Noel bingung melihat perdebatan mereka. Lalu dia melihat mamanya, "mama bisa telpon onty Zoya nda" tanya Noel.

Divana mengangguk. "Bisa sayang, sebentar mama hubungi aunty Zoya dulu" kata Divana.

Dia menjauh dari merek, mencari tempat yang sepi untuk menghubungi Zoya.

Sementara Noel mencoba mendekati Mereka.

"Bialin Michi di cini, mama cedang hubungi onty Luby" ucap Noel.

"Itu abang dengal, onty Diva cedang telpon mama , pacti mama bolehin Michi main di cini" seru Michelle.

Setelah menghubungi Zoya, Divana menghampiri mereka.

"Uanty sudah menghubungi mama kalian, dia mengizinkan kalian main di sini" ucap Divana.

Michelle tersenyum penuh kemenangan, akhirnya mamanya mengijinkan dia main bersama Noel, membuat Michael dan Mattew mendengus sebal karena gagal membawa adiknya pulang.