NovelToon NovelToon
Gu Xiulan, Harapan Dan Pembalasan

Gu Xiulan, Harapan Dan Pembalasan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: samsuryati

Dulu aku menangis dalam diam—sekarang, mereka yang akan menangis di hadapanku.”

“Mereka menjualku demi bertahan hidup, kini aku kembali untuk membeli harga diri mereka.”

“Gu Xiulan yang lama telah mati. Yang kembali… tidak akan diam lagi.”
Dari lumpur desa hingga langit kekuasaan—aku akan memijak siapa pun yang dulu menginjakku.”

“Satu kehidupan kuhabiskan sebagai alat. Di kehidupan kedua, aku akan jadi pisau.”

“Mereka pikir aku hanya gadis desa. Tapi aku membawa masa depan dalam genggamanku.”

“Mereka membuangku seolah aku sampah. Tapi kini aku datang… dan aku membawa emas.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2

Tangan kecil Ulan menggenggam pegangan pintu yang sudah aus. Suara-suara dari luar masih terdengar, tapi kini terasa lebih jelas, lebih nyata,dan lebih menyakitkan.

Perlahan, ia mendorong pintu kayu reyot itu. Engselnya berderit, seperti mengaduh karena terlalu lama tak disentuh pelumas. Sinar pagi menyambut wajahnya, membuatnya menyipit.

Di depan pintu, berdiri seorang perempuan paruh baya. Wajahnya keras, kulitnya gelap terbakar matahari. Rambutnya disanggul seadanya, dengan beberapa helai uban mencuat tak terurus. Ia mengenakan baju abu-abu pudar dengan lengan panjang yang sudah bolong di siku. Beberapa tambalan kasar menghiasi kainnya, dijahit dengan benang warna berbeda,tanda bahwa baju itu sudah sering diperbaiki, tapi tak pernah benar-benar layak pakai.

Perempuan itu membawa sebuah ember alumunium tua di satu tangan, dan tangan lainnya bertolak pinggang.

“Akhirnya bangun juga, dasar pemalas! Sudah cukup tidurmu, ya? Lihat itu cucian menumpuk, babi belum dikasih makan, dan sumur sudah antre air dari tadi pagi! Apa kau pikir bisa tinggal di rumah ini cuma untuk menghangatkan tikar?”

Wajahnya memerah karena emosi. Nafasnya memburu.

“Kalau tidak cepat-cepat bergerak, jangan harap makan siang nanti dapat jatahnya! Dasar anak perempuan tak tahu diri! Tubuhmu sehat begitu masih saja lemas-lemasan!”

Ulan tidak menjawab. Ia hanya berdiri diam di ambang pintu, menatap perempuan itu dalam hening.

Tapi di dalam hatinya, omelan itu… justru menjawab semuanya.

Ini ibunya.

Wanita yang membawanya ke dunia—namun tak pernah menyebutnya dengan kelembutan. Omelan itu, nada suaranya, bahkan cara matanya memicing ketika marah… semuanya persis seperti yang Ulan ingat.

Dan dari semua itu, Ulan hanya butuh satu kalimat saja untuk mengerti.

"Jangan banyak alasan! Kau pikir karena sudah besar dan sebentar lagi bisa dinikahkan kau boleh istirahat seenaknya?! Masih umur lima belas juga sudah mau malas!”

Lima belas.

Kata itu berdentang dalam kepala Ulan. Seperti palu yang mengetuk pelan peti kenangan. Ia akhirnya yakin. Tubuh kecil ini, desa ini, suara ibunya, bahkan rasa perih di balik kepala yang belum pulih… semuanya nyata.

Ia telah kembali.

Kembali ke titik awal.

Sebelum segalanya hancur.

Sebelum dia dijual dengan dalih dinikahkan.

Sebelum pengkhianatan demi pengkhianatan.

Dan ibu di hadapannya ini,dengan pakaian tambal-sulam dan mata yang tak pernah hangat,adalah tanda paling jelas bahwa masa lalu benar-benar mengulangi dirinya.

Ulan mengepalkan tangan kecilnya di sisi tubuh. Ia tidak membantah. Tidak mengeluh. Hanya menatap perempuan itu dalam diam. Dalam diam itulah, pikirannya mulai menyusun kembali semua bagian yang telah ia ingat, dan semua kesalahan yang tidak akan ia ulangi.

Untuk saat ini, ia hanya perlu mendengar.

Mendengar,dan mengingat segalanya.

"Lima belas tahun, di usia itu sebagai seorang ibu kau menghancurkan hidupku. bukan saja ibu tapi keluarga ini semuanya melakukannya. tapi kenapa aku kembali di sini?"

Selagi dia tercengang suara penuh kemarahan itu masih terdengar jelas “Dengar tidak kau itu, Gu Xiulan? Jangan berdiri seperti patung rusak! Kau kira pagi ini matahari terbit hanya untukmu?”

Suara ibunya semakin tajam, seolah menampar telinga Ulan berkali-kali. Ia menunjuk ember kosong di sudut pekarangan sambil menggerutu panjang.

“Air belum kau angkut, cucian belum dicuci, rumput untuk babi pun belum disiapkan! Kau pikir ini rumah nyonya besar?! Dasar anak perempuan tak berguna!”

Ulan tetap diam. Wajahnya masih pucat, tubuhnya goyah. Tapi ibunya tidak peduli. Tak ada niat bertanya kenapa putrinya tampak lesu, tak ada perhatian pada mata Ulan yang berkaca-kaca.

“Kalau badanmu terlalu berat untuk kerja, bilang saja. Biar Ibu cari tambang dan seret kau ke belakang rumah. Malas, pemalas, bikin malu!”

Teriakan itu menembus dinding bambu, menggema sampai ke jalan tanah yang membelah dusun. Beberapa suara warga desa yang lewat mulai terdengar.

“Tch… Ulan itu lagi-lagi dimaki.”

“Memang tak pernah berhenti. Kasihan juga Ulan tapi anak perempuan mana yang tidak berkerja sekarang…”

“Tapi siapa suruh lahir jadi anak perempuan. Kalau laki-laki pasti dia disayang.”

Desir angin membawa bisik-bisik lirih itu ke telinga Ulan, bagai sembilu yang menggores tipis-tipis, tak berdarah, tapi perih.

Tiba-tiba terdengar suara berat dari dalam rumah, diseret oleh nada tinggi dan ketus.

“Woy! Suara siapa yang seperti bebek disembelih itu dari tadi pagi?! Kau kira orang tua ini tidak butuh tidur?! Kalau memang punya tangan, pakai untuk kerja, bukan teriak!”

Itu suara neneknya.

Ulan tersentak kecil. Ia mengenali suara itu. Keras, menusuk, dan tak pernah ramah.

“ menantu perempuan Kau itu menantu atau lalat pengganggu, hah?! Mulutmu saja yang bergerak! Kenapa tak gerakkan kakimu lebih pagi kalau memang pekerjaan menumpuk?! Dasar wanita pemalas, makan saja bisa, kerja nol! ibu mertua mana yang sial punya menantu seperti kau?!”

nenek gu sebenarnya memarahi menantu perempuannya hanya untuk menutup mulut tetangga yang mendengar kebisingan itu dari luar rumah. Meskipun mereka adalah keluarga miskin tapi mereka masih harus menjaga reputasi.

Ulan tertawa sinis pada dirinya sendiri.

Jika dia ingat sebenarnya, nenek sudah pun bernegosiasi dengan pria itu. pada akhirnya harga sudah ditetapkan dan dia harus dijual dengan alasan menikah.

Nenek dan ibu sebenarnya adalah hewan buas dari jenis yang sama.

Ibunya membalikkan badan seketika, wajahnya merah padam. Tapi ia tidak membalas. Matanya menajam, dan Ulan tahu—amarah yang tertahan itu akan mencari pelampiasan.

Dan memang benar.

Saat perempuan itu kembali menghadap ke arah Ulan, wajahnya berubah seperti bayangan setan.

“Bagus, sekarang kau dengar sendiri! Lihat apa yang kau buat! Karena kau tidak becus, Ibu malah kena semprot! Dasar anak pembawa sial!”

Tangannya terangkat dan sebelum Ulan sempat menghindar, ia meraih lengan gadis itu dan mencubit keras-keras bagian atasnya. Rasa perih menyambar secepat kilat, membuat Ulan terlonjak kecil.

“Aduh…”

Tangis tak keluar, tapi nyeri itu menyusup langsung ke otak. Hangat, pedih, nyata.

Dan justru dalam rasa sakit itu,Ulan benar-benar tersadar.

Ini bukan mimpi.

Rasa perih itu terlalu tajam untuk ilusi.

Suaranya terlalu bising.

Nafas ibu yang bau tembakau dan daun kering.

Bibir pecah-pecahnya yang bergerak cepat saat mengomel.

Nenek yang tetap saja mencela dari dalam, menyumpahi nasib buruk yang datang dari garis menantunya.

Semua terlalu nyata.

Pagi di desa itu perlahan bergerak seperti biasa,anak-anak kecil berlarian dengan celana pendek robek, ayam-ayam mencari sisa cacing di tanah, dan keluarga lain mulai menjemur pakaian sambil sesekali melirik ke arah rumah keluarga Gu.

"Xiulan dimaki lagi. Keluarga Gu memang tak pernah damai…”

“Tapi si ibu juga, entah kenapa jahat sekali sama anaknya sendiri…”

"apa yang kau tahu, begitulah cara perempuan dibesarkan mereka harus diajari bagaimana cara bertindak sejak awal. nanti di rumah mertua dia tidak akan canggung lagi"

Ulan menarik napas dalam-dalam. Dadanya sesak.

Ibunya masih mengomel di depan matanya, kini tentang dedak yang belum ditumbuk dan panci yang belum dibersihkan. Tapi suara itu tak lagi bergema seperti tadi.

Karena Ulan tidak lagi hanya mendengar.

Ia menerima ini sebagai kenyataan.

Dia benar-benar kembali.

Dan tubuhnya yang kecil ini, luka di lengannya, serta suara kasar itu… adalah harga dari sebuah awal baru.

Namun kali ini, tidak akan ada yang sama seperti dulu.

Dulu dia adalah seorang gadis bodoh yang harus menerima segalanya dengan pemikiran jika semua itu adalah wajar. tapi sekarang dia adalah jiwa dari 10 tahun setelahnya.

Hah, menikah?

Mimpi.

1
Etty Rohaeti
lanjut
Fauziah Daud
yup betul ulan.. trusemangattt
Fauziah Daud
trusemangattt... lanjut
Fauziah Daud
trusemangattt
Cha Sumuk
sdh bab 3 tp mc cewek nya msh bodoh ms ga phm2 bahwa dirinya lg ngulang waktu, cerita ga jls berbelit Belit kesan nya,
samsuryati: say mc nya, sejak awal hanyalah seorang gadis tanpa pengalaman bahkan tanpa ilmu pengetahuan. tidak seperti kita yang tahu membaca dia hanya tahu desa bahkan belum pernah menikmati kota. meninggal pada tahun 70 sekian, hidupnya memang seperti katak di bawah tempurung.

jadi kelahiran kembali memberikan dia pilihan namun pilihan itu belum serta merta membuat dirinya berubah dari gadis muda yang bodoh menjadi gadis muda yang pintar.
ingatlah di dalam dua kehidupan dia bahkan belum pernah belajar.
Ini bukan tentang transmigrasi gadis pintar era 21 ke zaman 60-an di mana era kelaparan terjadi.
bukan say, cerita ini di buat membuat ulan mampu merubah hidupnya selangkah demi selangkah tidak langsung instan.

salah satunya adalah dia yang tidak pernah belajar sebenarnya bisa membaca tulisan-tulisan yang dipaparkan oleh layar virtual.
ya say, anggap saja itu adalah modal pertama dia untuk berubah.
jadi aku masih perlu kamu untuk mendukung agar perubahannya bisa membuatmu puas
total 1 replies
Fauziah Daud
bagus.. trusemangattt
Fauziah Daud
trusemangattt
Andira Rahmawati
ulan nya terlalu lambat telminya kelamaan..😔
Fauziah Daud
bijak ulang.. trusemangattt
Fauziah Daud
trusemangattt.. lanjut
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Fauziah Daud
trusemangattt
Fauziah Daud
lanjuttt
Fauziah Daud
luarbiasa
Fauziah Daud
trusemangattt
Fauziah Daud
hadir thor
Cilel Cilel
luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!