Lafira Dares memiliki kemampuan supernatural sejak kecil. Dia tidak disukai dalam keluarga dan dituduh sebagai gadis pembawa sial. Hingga kedua kakinya menjadi lumpuh dan harus berada di kursi roda. Sayangnya, kematian sang ibu membuat dia menaruh benci dan dendam pada keluarga Dares.
Hingga akhirnya, dia menikah dengan Domian Morachel, Bos Mafia dunia bawah dan juga bos di belakang layar Mora Enterprise. Sama-sama memiliki bakat supernatural, Domian telah terpikat oleh Lafira Dares. Bagi Lafira, cinta tidak penting dan balas dendam telah mendarah daging. Sayangnya, dia harus bercampur dalam dunia mafia yang kejam, membantu Domian yang diincar oleh organisasi misterius.
Keduanya melawan organisasi misterius yang menginginkan kemampuan supernatural. Mampukah keduanya menyingkirkan semua musuh yang mengintai dalam kegelapan? Apakah Lafira Dares memiliki kemampuan tersembunyi lainnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jatuh Dalam Jebakan
AKHIRNYA, karyawan wanita yang tadi menelepon pun langsung terkekeh. Dia menyimpan kembali smartphone-nya ke dalam tas dan menunjukkan kunci di depan mereka.
"Presiden meminta kita bersenang-senang dengan gadis itu."
"Huh, kupikir presiden akan berbaik hati. Aku jadi penasaran seperti apa gadis yang berhasil merebut hati bos besar." Yang lain juga menanggapi.
"Kudengar dia tidak bisa berjalan, walaupun bukan lumpuh permanen. Selama ini duduk di kursi roda."
"Sangat disayangkan. Tapi aku membenci orang seperti Elaine. Kali ini anak pertama keluarga Dares ini benar-benar munafik. Sebelumnya dia yang dijodohkan dengan bos besar tapi menolaknya dengan alasan tubuh yang lemah. Sekarang setelah tahu banyak, dia berjuang merebut pria saudarinya sendiri." Salah satu karyawan wanita itu menjelaskan dengan cibiran. Sungguh dia membenci wanita jenis seperti Elaine. Dia juga punya suami, tentu saja akan marah jika prianya sendiri direbut wanita lain.
"Heh! Kalau begitu aku akan pergi dulu untuk mengunci pintu. Kalian jangan lupa menghubungi awak media untuk datang liputan dan berpura-pura memperkenalkan jasa pelayanan baru." Karyawan wanita yang memegang kunci itu segera melenggang dengan santai. Tubuh tingginya terlihat anggun. Belum lagi setelan pakaian kantor di perusahaan ini cukup ketat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di sisi lain ....
Elaine yang baru saja tiba di depan pintu ruang konferensi pun terlihat cukup gugup. Dia tidak tahu apa yang ada di dalam dan siapa saja yang terlibat. Tapi demi menjalankan apa yang dikatakan ibunya, dia harus mendapatkan Domian kali ini.
Jika dia berhasil membuat Domian tergelincir dan mengandung anaknya, bukankah pernikahannya akan diganti menjadi dirinya? Memikirkan ini saja, Elaine begitu bersemangat.
Dia mengetuk pintu dengan hati-hati. Lalu ada sahutan dari dalam. Ketika dia masuk, ruang konferensi sudah kosong. Hanya ada seorang pria berusia kepala empat sedang duduk sambil membaca beberapa laporan. Ketika melihat Elaine, smartphone-nya yang tergeletak di meja bergetar.
Dia menahan Elaine sebentar untuk membaca pesan masuk dari Lacter. Lalu melihat penampilan Elaine lagi secara diam-diam. Gadis ini juga lumayan. Pria itu terkekeh. Sekilas tidak terlihat seperti pria baik. Tapi sebenarnya telah menjadi rubah tua selama beberapa tahun terakhir.
"Kamu Elaine Dares?" tanya pria paruh baya itu. Walaupun usianya sudah kepala empat, tapi penampilannya segar. Dia memakai kemeja yang rapi, dasi serta jas. Rambutnya disisir ke belakang.
"Ya. Apakah tuan Morachel ada di sini?" tanya gadis itu.
"Bos ada di dalam." Pria paruh baya itu menunjuk ke satu ruangan yang masih tertutup. Di sanalah biasanya Domian beristirahat sejenak untuk membuat keputusan.
Elaine tidak merasa curiga dan pergi ke ruangan itu untuk menemuinya. Namun saat masuk, dia sama sekali tidak menemukan jejak keberadaan Domian. Dia mendengar suara pintu dikunci, berpikir jika itu adalah Domian yang mungkin ingin mengambil inisiatif padanya. Dia percaya jika pria itu pasti akan tergoda olehnya.
Saat berbalik dan tersenyum hendak memanggil Domian, ekspresi wajahnya tiba-tiba saja menegang. Senyum di wajahnya menghilang dengan keringat dingin yang tiba-tiba muncul di kedua telapak tangannya.
Orang yang muncul bukanlah Domian, melainkan pria paruh baya yang duduk di salah satu meja konferensi sebelumnya.
"Kamu ... Bukankah berkata jika tuan Morachel ada di sini?" tanya Elaine seraya mundur.
"Ya. Sebelumnya ada di sini, tapi sudah pergi beberapa saat yang lalu," jawab pria paruh baya itu cukup menyayangkan. Walaupun dia sendiri tidak melihat Domian datang ke sini, tapi ia tahu bos besarnya ada di perusahaan saat ini.
Lalu Lacter ingin membuat Elaine menderita hari ini dan masuk berita sebagai gadis perayu. Walaupun dia tidak pernah mencobanya pada gadis muda, namun Elaine tidak terlalu muda. Dua puluh tahun adalah usia yang baik untuk bersenang-senang.
"Apa yang ingin kamu lakukan?"
Elaine merasa jika firasat buruk akan datang. Dia mencoba mengeluarkan smartphone-nya untuk menghubungi keluar Dares, tapi pria itu buru-buru merebutnya dan melemparkan smartphone ke sofa.
Gadis itu berteriak meminta tolong seraya melepaskan diri dari cengkeraman pria itu. "Tidak, tolong ... jangan sentuh aku. Aku akan memberikanmu apapun selama kamu melepaskanku. Keluargaku punya uang. Kamu bisa meminta uang," katanya buru-buru.
"Aku cukup kaya dan tidak membutuhkan uang keluargamu." Pria paruh baya itu mencium aroma parfum yang menggelitik hidung hingga membuat beberapa hormonnya naik. "Parfum apa yang kamu pakai? Kenapa begitu menggoda?"
Ekspresi Elaine langsung berubah total. Dia lupa jika saat ini masih memiliki aroma parfum musim semi yang digunakan untuk merayu Domian. Dia tidak tahu bahwa pria paruh baya di depannya akan tergoda lebih cepat.
"Tidak, tidak ... kamu menjauh dariku!" Elaine menggelengkan kepala dan mencoba untuk melepaskan diri. Tapi pria paruh baya yang menangkapnya jelas memiliki kekuatan yang bagus untuk menahan dirinya.
"Sayang ... Daripadanya kamu mencari bos besar, bagaimana jika kamu bersamaku sebentar?" Pria itu mulai merayunya. "Huh, memangnya kamu masih perawan?" Dia mencibir.
Elaine menggigit bibirnya. Dia memang sudah tidak perawan lagi sejak memiliki hubungan dengan kekasih pertamanya. Tapi kini mereka sudah putus. Sekarang, ketika dia ditanya ini ... jelas ada kecanggungan. Walaupun sudah tidak perawan, dia tidak pernah menjadi seorang wanita murahan begitu saja.
Belum lagi pria ini terlihat beberapa tahun lebih muda dari ayahnya. Tapi tetap saja dia tidak mau menerima. Walaupun begitu, pria itu tidak mau melepaskan Elaine dan mulai menggerayanginya.
"Jadilah gadis baik. Aku berjanji hal ini tidak akan bocor," bisiknya.
Elaine masih bermata merah, hendak menangis tapi tidak mau menunjukkan kelemahannya di depan pria paruh baya itu. Hingga akhirnya dia benar-benar tidak mampu melawan dan jatuh ke lubang yang dalam. Ini bukan kali pertama baginya merasakan sensasi disentuh seorang pria, tapi dia akui pria ini memiliki kemampuan.
Keduanya tidak sadar jika di dekat vas bunga, ada sebuah kamera tersembunyi. Menampilkan apa yang mereka lakukan dari awal hingga akhir.
tapi ttng perselingkuhan Domi & Arandel masih terasa janggal aja. kayak... serius Fira memaafkannya begitu aja? Domian jg ngapain gtu tunduk sm Arandel, padahal masih ada banyak jalan lain. bodoh juga sih.
(resiko baca pake hati & perasaan. kadang hati itu nolak logika, sebanyak apapun logika itu.)
terimakasih Kak Risa yg telah menyajikan cerita ini, semangat berkarya yaaa, Kak!