Miyawlova

"DOOOR...!"

Gue kagetin Puput pas dia balik badan mau nyender ke dinding yang jadi tempat dia nyumput.

"VANGKE!" kata Puput secara refleks pas lagi kaget.

"Lu ngapain, Poy?" kata gue sambil melototin dia. "Yang ada elu yang lagi ngapain? Sama si Gayung gitu, berdua-duaan?" balas Puput. "Gue sama Gilang mau nontonlah, masa di sini mau cuci mobil? Kan salah server!" jawab gue.

"Iya gue tahu di sini tempat buat nonton! Elu ga usah ngegas gitulah!" kata Puput. "Ya elu aneh! Udah kemaren mata-matain gue juga, sekarang juga. Mau lu apa sih?" protes gue.

"Kemaren yang di cafe itu?" kata Puput. "Iya. Itu elu kan yang nabrak pelayan terus kabur?" kata gue. "Heh! Kemarin itu gue ga mata-matain elu!" kata Puput. "Terus kenapa pas gue datengin, lu langsung kabur? Apa namanya kalau bukan mata-matain?" protes gue.

"Gue kecewa sama lu, makanya gue pergi! Kemaren itu gue ga sengaja ngelihat lu berduaan sama si Gayung itu! Gue kecewa, kenapa ga sejak awal lu bilang ke gue kalau lu naksir sama dia! Lu malah sok kecakepan menyangkal itu dan kurang ajarnya lagi lu malah nuduh gue yang naksir si Gayung, sampe sekelas mempermalukan gue!" kata Puput.

"Lu bilang gue sok kecakepan? Yang ada..." kata gue. Pas gue sama Puput adu mulut gitu datanglah Gilang yang melerai kami.

"Ada apa ini, stop, stop! STOP!" kata Gilang. Akhirnya congor gue dan congor Puput pun berhenti beradu. "Kalian ga malu apa berantem di tempat umum seperti ini? Tuh, kalian jadi pusat perhatian orang-orang!" kata Gilang menyadarkan kami.

"Kamu ke sini mau nonton juga kan?" kata Gilang kepada Puput. "Gu-gue..." Puput kikuk. "Dia mata-matain kita, Lang. Dia sangka kita pacaran," kata gue cepu. "Puput? Kamu salah sangka! Saya dan Laila ini ga pacaran. Kami cuma temenan biasa, ga lebih," kata Gilang mengklarifikasi. "Tuh, dengerin Poy," tambah gue.

"Hemh... " Puput menyeringai sinis. "Mana ada dua orang, yang itu cewek dan cowok berduaan itu berteman secara murni, mana ada! Kalaupun bener kalian bilang berteman, salah satu di antara kalian pasti ada yang lagi baper. Atau jangan-jangan masing-masing kalian diem-diem lagi baper?" kata Puput.

"Udah, mendingan daripada tuduh-menuduh seperti ini, daripada saya dan Laila cuma berduaan dan ada yang baper DAN YANG LAINNYA ADA YANG CEMBURU, mendingan kita bertiga masuk, nonton sama-sama! Ayo!" kata Gilang. Dia mendorong bahu gue dan bahu Puput buat ikut ajakan dia.

Kami bertiga pun berpindah tempat dari sudut dekat dinding yang agak sepi itu ke sofa dekat kasir.

"Kalian tunggu di sini, saya mau beli tiket satu lagi. Jangan berantem, oke?" kata Gilang.

Gue dan Puput pun duduk saling membuang muka. Ga ada sepatah katapun yang keluar dari mulut kami.

Setelah Gilang membeli tiket, dia balik lagi mendatangi kami. Dia bener-bener orang yang baik karena peduli banget sama kondisi gue dan Puput yang lagi slek.

"Saya ga nyangka bisa jalan bareng kalian berdua. Dua orang sahabat yang kekompakannya terkenal sampai satu sekolahan. Saya merasa beruntung banget. Seandainya saya bisa bergabung menjadi bestie kalian," kata Gilang.

Kata-kata Gilang ga ada yang kami respons. Kami masih saling membuang muka.

"Hei, kita foto selfie yuk? Momen langka ini perlu diabadikan, buat kenang-kenangan saya. Yuk? Ayolah! Laila, Puput, ayo dong. Kalian boleh saling marahan tapi kalian ga ada masalah sama saya kan? Masa kalian tega ngacangin saya yang adalah fans kalian berdua ini?" kata Gilang.

Gue dan Puput pun akhirnya pelan-pelan melunak. Gue dan Puput sempat tatap-tatapan kaya lagi komunikasi secara telepati. "Ya udah yuk foto dulu, nanti berantemnya kita lanjutin lagi setelah ini. Kasihan si Gayung," kira-kira gitu isi percakapan telepati kami.

Kami bertiga pun berfoto bersama pakai HP Gilang yang dia pegang dari arah agak atas. Ga puas dengan itu, Gilang pun meminta tolong orang yang lagi lewat buat motoin kami.

Gaya Gilang berfoto lucu. Dia monyong-monyongin bibirnya gitu, jari tangannya dibuat slay, sambil ngajakin kami berpose mengikuti dia. Akhirnya gue dan Puput senyum karena tergelitik sama kelakuan Gilang dalam berpose.

Orang yang motoin kami sampai ikut ketawa. And than gue dan Puput pun akhirnya ngakak juga. Kami berdua ga saling tengsin-tengsinan lagi dalam berpose. Kami bertiga pun ketawa bareng memecah kekakuan suasana tadi.

Pintu teater tiga pun dibuka. Gue dan Puput udah baikan. Gue lega, seenggaknya kami bertiga bisa nikmatin film ini bareng-bareng, bukan cuma formalitas untuk mengiyakan ajakan Gilang doang.

Waktu bergulir, film udah selesai. Kami bertiga pun keluar. Obrolan kami bertiga sangat seru buat ngebahas isi film yang barusan kami tonton. Gue merasa Gilang udah jadi bagian dari kami, semacam membentuk genk gitu.

Puput ke Gilang sih ga terlalu sering ngobrol, cuma mau seru-seruan kaya ketawa bareng dan menjawab pertanyaan walaupun terkesan singkat-singkat aja dibandingkan pas ngomong sama gue.

Setelah itu kami memutuskan untuk makan bareng. Kali ini Puput yang menawarkan diri buat neraktir kami semua. Alasannya sih katanya mau ngasih ucapan selamat atas kedekatan gue sama Gilang. Gue ga habis pikir kenapa Puput masih aja menjaga jarak sama Gilang padahal kami bertiga udah seru-seruan bareng kaya gini.

Setelah makan siang bareng di mall itu, sebenernya gue sama Puput mau ngajakin lanjut hang out ke tempat lainnya, tapi Gilang bilang dia mau balik aja.

"Saya ga enak sama ibu saya kalau keluar ninggalin beliau lama-lama. Hari ini kan hari liburnya beliau, masa saya bukannya nemenin malah pergi sendiri kaya gini?" kata Gilang.

Gue merasa terenyuh dengan kebaikan Gilang ke nyokapnya. Gue juga bisa nemuin perasaan yang sama di mata Puput, walaupun Puput sok kaya ga peduli gitu. Gue bisa nangkap lirikan Puput yang curi-curi pandang itu.

Ya udah kami bertiga pun naik mobil gue bareng Pak Memet. Kami nganter Gilang pulang dulu baru tujuan selanjutnya adalah rumah Puput.

Setelah nganter Gilang yang lagi-lagi atas permintaannya dia cuma diantar sampai swalayan dekat rumahnya aja, gue dan Puput pun ngobrol di mobil.

Puput nanya-nanya mulu soal gue dan Gilang sampai gue cerita detil saat gue jalan sama Gilang. Sebenarnya ga semua bener-bener gue ceritain sih. Ada beberapa hal yang sengaja gue belokin.

"Ga mungkin, Poy, gue sama Gilang tu ga mungkin. Gue udah ngetes berkali-kali. Tahu sendiri kalau gue udah gabut itu gimana. Tahu kan lu?" kata gue. "Iya, lu kalau udah gabut suka ngeselin," sahut Puput.

"Nah itu, gue ngetes kaya gue pura-pura jatuh apakah dia nengkep gue dan ada getaran-getaran dalam sorotan matanya kaya adegan di film-film gitu," kata gue. "Terus? Terus?" kata Puput kepo. "Hih! Boro-boro! Yang ada gue cuma diganjel pakai lututnya, tahu ga! Malah kaya orang mau nendang gue, padahal niatnya nahan biar gue ga beneran ambruk gitu," jelas gue.

"Hahaha... " Puput ngakak dengar cerita gue.

Maaf ya, Put, gue bohong. Kenyataannya gue ga berbuat kaya gitu, kejadiannya terjadi begitu aja dan sorotan mata yang nyetrum kaya di sinetron-sinetron itu beneran gue rasain. Gue dan Gilang rasain.