NovelToon NovelToon
Bermimpi Di Waktu Senja

Bermimpi Di Waktu Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Slice of Life
Popularitas:26
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Penasaran dengan ceritanya yuk langsung aja kita baca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24: Pengkhianatan di Dalam

Malam di bantaran sungai biasanya diisi oleh suara jangkrik dan tawa warga yang berkumpul di sekitar lokasi proyek. Namun, malam ini sunyi terasa mencekam, seolah-olah udara sendiri sedang menahan napas. Aris duduk di meja kerjanya yang diterangi lampu badai redup, jemarinya meraba sketsa sistem kelistrikan tenaga surya yang baru saja tiba.

Di kegelapan luar, sebuah bayangan bergerak mengendap-endap menuju gudang material. Ia bukan orang asing. Ia tahu persis di mana letak kunci gembok darurat dan di mana kabel-kabel tembaga mahal disimpan.

Sosok itu adalah Jaka—pria yang di awal pembangunan sempat menentang Aris, namun kemudian terlihat sangat mendukung. Namun, di balik dukungannya, Jaka memiliki beban yang tidak diketahui Aris: utang judi yang menumpuk dan ancaman dari penagih utang yang bekerja untuk pihak Sterling Global. Robert Sterling telah menemukan celah terlemah di benteng Aris, yaitu kemiskinan salah satu warganya.

"Maafkan aku, Pak Tua," bisik Jaka pelan saat ia mulai memotong kabel-kabel utama yang baru saja dipasang. Ia tidak hanya mencuri; ia diperintahkan untuk merusak panel kontrol utama agar terjadi korsleting saat listrik dinyalakan besok pagi.

Keesokan harinya, kepulan asap hitam keluar dari ruang panel saat Hendra mencoba menyalakan sistem. Suara ledakan kecil memicu kepanikan.

"Korsleting! Padamkan apinya!" teriak Hendra.

Warga bahu-membahu memadamkan percikan api sebelum merembet ke struktur bambu. Namun, kerusakannya sudah terjadi. Sistem kelistrikan yang bernilai ratusan juta rupiah—hasil donasi masyarakat—kini hangus.

Aris tiba di lokasi dengan napas yang tersengal. Ia melihat kabel-kabel yang terpotong rapi, bukan karena kegagalan teknis, melainkan karena sabotase manusia. Ia melihat ke arah kerumunan warga yang berkumpul. Matanya yang tajam menangkap kegelisahan di wajah Jaka yang berdiri di barisan paling belakang.

"Siapa pun yang melakukan ini," suara Aris terdengar parau namun berwibawa, "ia tidak sedang merusak kabel. Ia sedang memutus harapan anak-anaknya sendiri untuk bisa belajar di bawah cahaya lampu malam ini."

Jaka menunduk, tangannya gemetar di dalam saku celananya yang berisi amplop cokelat dari Sterling Global.

"Kita tidak akan mencari pelakunya untuk dihukum," lanjut Aris, membuat warga tertegun. "Kita akan memperbaiki ini bersama-sama. Jika ada di antara kalian yang merasa kekurangan hingga harus merusak rumah sendiri, bicaralah padaku. Jangan bicara pada mereka yang ingin melihat kita hancur."

Perkataan Aris seperti tamparan bagi Jaka. Sore harinya, dengan penuh rasa malu, Jaka mendatangi Aris secara pribadi. Ia menangis, mengembalikan amplop uang itu, dan mengakui semuanya. Ia menceritakan bagaimana Robert Sterling menjanjikannya pelunasan utang jika ia berhasil membuat Rumah Senja dianggap "tidak aman secara kelistrikan" oleh dinas terkait.

"Bapak boleh melaporkan saya ke polisi," isak Jaka.

Aris menatap Jaka dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada rasa kecewa, namun lebih banyak rasa kasihan. "Jika aku memenjarakanmu, Robert Sterling menang. Dia ingin kita saling curiga dan terpecah. Ambil uang ini, lunasi utangmu, lalu bekerja dua kali lebih keras untuk memperbaiki kabel yang kau potong."

Pengkhianatan ini memberikan pelajaran berharga bagi Aris. Ia menyadari bahwa membangun bangunan fisik jauh lebih mudah daripada menjaga kesetiaan orang-orang yang hidup dalam tekanan ekonomi. Sterling Global mulai bermain sangat kotor, menyerang langsung ke moralitas warga.

Malam itu, Aris memanggil Yudha dan Maya. "Robert Sterling tidak akan berhenti pada Jaka. Dia akan mencari titik lemah lain. Kita harus mempercepat peresmian. Kita tidak bisa menunggu gedung ini sempurna 100%. Kita harus meresmikannya sekarang agar ia mendapatkan perlindungan hukum penuh sebagai aset publik."

Namun, di tengah rencana itu, tubuh Aris kembali memberikan peringatan. Ia batuk hebat, dan kali ini, saputangannya dipenuhi darah yang lebih pekat. Ia tahu, waktunya untuk menjaga gedung ini dari pengkhianatan selanjutnya sudah hampir habis.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!