NovelToon NovelToon
Gigoloku Bossku

Gigoloku Bossku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Suami Tak Berguna / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:60.3k
Nilai: 4.9
Nama Author: mama reni

“Satu malam, satu kesalahan … tapi justru mengikat takdir yang tak bisa dihindari.”

Elena yang sakit hati akibat pengkhianat suaminya. Mencoba membalas dendam dengan mencari pelampiasan ke klub malam.

Dia menghabiskan waktu bersama pria yang dia anggap gigolo. Hanya untuk kesenangan dan dilupakan dalam satu malam.

Tapi bagaimana jadinya jika pria itu muncul lagi dalam hidup Elena bukan sebagai teman tidur tapi sebagai bos barunya di kantor. Dan yang lebih mengejutkan bagi Elena, ternyata Axel adalah sepupu dari suaminya Aldy.

Axel tahu betul siapa Elena dan malam yang telah mereka habiskan bersama. Elena yang ingin melupakan semua tak bisa menghindari pertemuan yang tak terduga ini.

Axel lalu berusaha menarik Elena dalam permainan yang lebih berbahaya, bukan hanya sekedar teman tidur berstatus gigolo.

Apakah Elena akan menerima permainan Axel sebagai media balas dendam pada suaminya ataukah akan ada harapan yang lain dalam hubungan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Satu

"Hari ini aku akan membawakan makan siang yang terbaik buat suamiku. Kasihan dia harus segera ke kantor karena mau menyiapkan rapat. Mas Aldi pasti senang karena aku membawa bekal lauk yang dia sukai," gumam Elena sambil berdiri di depan kompor.

Pagi ini udara terasa agak lembap. Hujan semalam masih meninggalkan sisa embun di kaca jendela dapur rumah sederhana yang ia tempati bersama Aldi. Tirai tipis berwarna putih susu hanya bisa meredam sedikit cahaya matahari yang sudah berusaha masuk. Dapur kecil itu terasa hangat, penuh aroma bawang putih yang baru digoreng, bercampur dengan harum ayam yang sedang ia masak. Elena sibuk mengaduk wajan, sesekali mengecek panci nasi yang mengepulkan asap. Tangannya cekatan, tapi wajahnya mulai berkeringat, dan ia mengelapnya dengan punggung tangan.

“Harusnya aku sudah berangkat setengah jam lalu …,” desis Elena sambil melirik jam dinding yang menunjuk pukul delapan kurang sepuluh. Ia memang agak terlambat. Biasanya, ia sudah berangkat lebih pagi. Tapi entah kenapa, pagi ini hatinya ingin menyiapkan bekal istimewa untuk Aldi.

Sejak dua tahun lalu mereka menikah, Elena berusaha keras menjadi istri yang baik. Meski sama-sama bekerja di perusahaan yang sama, ia tidak pernah mau berhenti melakukan hal-hal kecil seperti memasakkan sarapan atau membekali suaminya. Hari ini ia menyiapkan ayam teriyaki, tumis buncis, sambal, dan telur dadar gulung kesukaan Aldi. Sederhana, tapi menurutnya makanan buatan istri bisa jadi pengingat, kalaupun suaminya lelah bekerja, ada seseorang yang menunggu dan selalu peduli.

Setelah selesai, Elena menatanya ke dalam wadah kaca satu per satu. Ia menutupnya rapat lalu memasukkannya ke dalam tas bekal. Sejenak ia menatap bekal itu dengan tatapan kosong. Ada senyum tipis yang muncul, tapi matanya tidak ikut tersenyum. Sudah beberapa bulan belakangan ia merasa ada jarak dengan Aldi. Suaminya sering pulang larut, jarang mengajaknya bicara, bahkan kadang terlalu dingin untuk sekadar bertanya kabar hariannya. Elena mencoba memahami. Mungkin beban kerja Aldi sebagai direktur muda memang besar. Tapi tetap saja ada yang terasa tidak wajar.

Ia menghela napas panjang, membereskan meja makan yang sedikit berantakan, lalu bergegas ke kamar. Ia mengambil blazer biru muda, merapikan rambutnya di depan cermin, dan memandang wajahnya sendiri cukup lama. “Hari ini pasti baik-baik saja. Aku hanya perlu percaya,” bisiknya sambil tersenyum paksa.

Perjalanan menuju kantor terasa lebih macet dari biasanya. Taksi yang ia tumpangi berjalan lambat di antara deretan mobil lain. Elena mengetuk-ngetukkan jari ke pahanya, gelisah karena terlambat. Ia sengaja memilih naik taksi pagi ini, karena tubuhnya sudah terlalu lelah untuk menyetir. Matanya menatap keluar jendela, melihat trotoar yang masih basah oleh sisa hujan.

Hatinya sedikit was-was, tapi ia merasa punya alasan. Membawa bekal untuk direktur perusahaan, yang kebetulan adalah suaminya sendiri. Tidak banyak yang tahu kalau mereka sudah menikah. Aldi sejak awal memang meminta status itu dirahasiakan. Katanya demi menjaga profesionalitas. Elena sempat kecewa, tapi akhirnya mengalah. Ia percaya pada suaminya. Ia percaya pada kesetiaannya.

Begitu tiba di lobi perusahaan, Elena buru-buru turun dari taksi, menyapa satpam, dan berjalan cepat menuju lift. Tumit sepatunya berketuk nyaring di lantai marmer, bergaung di lorong yang ramai oleh karyawan yang sibuk. Lift terbuka, ia masuk, menekan tombol lantai tempat ruang kerja Aldi. Jantungnya berdetak lebih cepat, bukan hanya karena berlari kecil, tapi juga karena ingin segera menyerahkan bekal itu. Ia ingin melihat senyum Aldi, meski belakangan senyum itu jarang ia temui.

Pintu lift terbuka. Elena keluar, melangkah ke arah pintu besar dengan papan nama suaminya. Tas bekal tergenggam erat di tangannya. Ia mengangkat tangan, bersiap mengetuk. Namun, langkahnya mendadak terhenti.

Telinganya menangkap suara samar dari balik pintu. Suara bisikan, disusul tawa lirih seorang wanita.

Elena menunduk, matanya menyipit. Ia mendekat, menempelkan telinga ke daun pintu. Suara itu makin jelas.

“Aldy … jangan di sini, nanti ada yang lihat ….”

Darah Elena serasa berhenti mengalir. Ia mengenali suara itu. Terlalu familiar. Itu suara Lisa.

Lisa, sahabatnya. Wanita yang sudah ia anggap seperti saudara sendiri. Wanita yang dulu sering ia bawa makan bersama di rumah, yang sering menemaninya belanja, yang ia percaya seratus persen.

“Tenang saja. Pintu sudah terkunci. Lagi pula aku direktur perusahaan, tidak ada yang berani masuk tanpa izin,” jawab Aldi.

Ada jeda. Lalu suara kecupan terdengar.

Jantung Elena serasa diremas keras. Tangannya gemetar hebat. Tas bekal hampir terlepas. Pandangannya berkunang. “Tidak … jangan sampai ini benar. Ini pasti hanya ilusiku saja,” gumamnya dengan suara bergetar.

Tapi rasa penasaran mengalahkan ketakutan. Perlahan, ia menyingkap sedikit tirai kecil di pintu kaca. Matanya membelalak.

Aldi sedang berdiri terlalu dekat dengan Lisa. Tangannya melingkari pinggang wanita itu, sementara Lisa menatap dengan mata berbinar penuh manja. Wajah mereka begitu dekat, hanya sejengkal jaraknya. Senyum puas di wajah Lisa menusuk hati Elena.

Elena buru-buru menutup mulut dengan tangan agar tidak bersuara. Air matanya nyaris tumpah, tapi ia tahan. Ia mundur beberapa langkah, tubuhnya gemetar, bibirnya bergetar tanpa suara. Rasanya seluruh dunianya runtuh.

Elena berbalik, melangkah cepat menjauh dari pintu itu. Kakinya hampir tidak menapak. Dengan terburu-buru ia masuk ke toilet wanita. Pintu ia kunci, lalu tubuhnya bersandar lemas ke dinding. Wanita itu lalu menyalakan keran, membasuh wajahnya berulang kali. Air dingin hanya membuat matanya semakin perih.

Elena menatap pantulan wajahnya di cermin. Pucat, mata merah, bibir bergetar. Senyum pahit muncul di wajahnya. “Kenapa harus Lisa. Sejak kapan kalian tega menghancurkan aku?” bisik Elena lirih.

Tangannya menepuk pipinya. “Tidak boleh lemah, Elen. Kamu harus kuat. Jangan bodoh. Jangan biarkan mereka tahu kamu sudah melihat semuanya.”

Dengan napas panjang, ia merapikan rambutnya, menghapus bekas air mata dengan tisu. Ia kembali melangkah ke ruang Aldi.

Kali ini, ia mengetuk pintu seperti biasa.

“Masuk,” suara Aldi terdengar dari dalam.

Elena masuk dengan wajah tenang, seolah tak terjadi apa-apa. Lisa duduk di kursi tamu dengan senyum ramah. Aldi tampak sedikit kaku, merapikan jasnya.

“Hai, Elen. Baru datang? Wah, bawa bekal lagi ya?” Lisa tersenyum manis, seolah tak ada dosa.

Elena tersenyum tipis, meski hatinya hancur. “Iya. Aku sempatkan masak tadi pagi, sekalian bawain buat Mas Aldi.”

Aldi menoleh. Wajahnya sedikit tegang. “Oh … makasih, Sayang. Kamu memang istri yang terbaik.”

Kata ‘Sayang’ itu terdengar hambar. Tidak lagi hangat. Tapi Elena tetap mengangguk. Ia meletakkan tas bekal di meja Aldi, lalu berdiri. “Kalau begitu, aku ke ruanganku dulu. Selamat kerja ya.”

Lisa hanya tersenyum tipis. Aldi mengangguk singkat. Elena keluar dengan langkah yang terlihat biasa, padahal dadanya serasa ditusuk berkali-kali.

Hari itu berjalan sangat lambat. Di mejanya, Elena mencoba fokus. Tapi bayangan Aldi dan Lisa terus menghantui. Ia ingat momen-momen ketika Lisa sering datang ke rumah, membantu memasak, bahkan pernah bercanda bersama Aldi. Saat itu ia merasa senang punya sahabat yang akrab dengan suaminya. Ternyata semua hanya topeng.

Beberapa kali air matanya jatuh diam-diam, cepat ia hapus dengan tisu. Ia menunduk, tidak ingin ada rekan kerja yang curiga. Dadanya sesak, pikirannya kalut.

Jam kerja akhirnya usai. Biasanya, Elena akan langsung pulang, menyiapkan makan malam. Tapi sore itu, kakinya enggan melangkah ke arah rumah. Rumah yang biasanya hangat kini terasa palsu. Ia tidak ingin pulang.

Di depan gedung kantor, ia berdiri lama. Orang-orang lalu-lalang, bercengkerama, tertawa. Sementara ia hanya diam, tubuhnya kaku. Akhirnya, ia melambaikan tangan, menghentikan sebuah taksi.

“Ke pusat kota, Pak. Daerah klub malam,” ucapnya datar.

Sopir menoleh sebentar lewat spion, heran, tapi tidak bertanya. Taksi melaju.

Elena memandang lampu-lampu jalan yang mulai menyala. Gedung-gedung tinggi berkilau. Jalanan ramai oleh orang-orang dengan tujuan masing-masing. Di dalam taksi, ia memeluk tasnya erat. Matanya kosong, hatinya bergejolak. Rasa sakit, marah, kecewa bercampur jadi satu.

Ia memikirkan Aldi, memikirkan Lisa. Bagaimana mungkin dua orang yang paling ia percaya justru menusuk dari belakang. Dan entah kenapa, pikirannya berputar ke arah lain. "Kalau mereka bisa bersenang-senang di belakangnya, kenapa ia tidak bisa melakukan hal yang sama? Kenapa ia harus terus jadi korban, sementara mereka menikmati hidup seenaknya?"

Senyum getir terbit di bibirnya. “Baiklah. Aku akan membalas semua perlakuan kamu, Mas. Kalau kamu bisa mengkhianatiku, kenapa aku tidak?”

Taksi berhenti di depan sebuah bangunan besar. Lampu neon berwarna-warni berkelap-kelip. Dari dalam terdengar dentuman musik keras. Orang-orang berpakaian glamor keluar masuk dengan wajah penuh gairah.

Elena menatap tempat itu cukup lama. Jantungnya berdegup kencang, tangannya dingin, tapi langkahnya mantap. Ia membayar ongkos taksi, lalu keluar. Tumit sepatunya beradu dengan lantai trotoar. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Elena memasuki sebuah klub malam sendirian.

1
Eka ELissa
🤣🤣Aldi kmu bkln mnyesl khilngan elen........mlhn milih ular 🐍🐍 kepala dua mcem Lisa 😄😄😄😄🤭
Eka ELissa
nah lohh....knak dehh.......🤣🤭
Ruwi Yah
makasih upnya mam
ken darsihk
Jadi perempuan harus pintar Elll jangan mau di injak 2 , jadi perempuan harus punya harga diri jangan seperti si Lisa borokokok yng hanya mengedepankan nafsuh birahi sajah 😡😡😡
ken darsihk
Nahhh khannn ketahuan dwehhh 😅😅
Teh Euis Tea
makasih mama reni udah dauble up
nur adam
lnjut
Reni
HRD mana tu HRD kasih sangsi dong udah bikin heboh
Apriyanti
lanjut thor up double 🙏
Apriyanti
knp gak di pecat aja lisa dan Aldi nya xel biar Lisa tau rasa
Fitria Syafei
Elena kereeen 👏🏻 mama terima kasih 🥰🥰
🌷Vnyjkb🌷
wesss biarin,, cm barang ini, bisa d bli lg , timbang km d mutil ntar d apart, biarin ellll,, iklaskan🤭
Felycia R. Fernandez: bagusnya sama Axel ya kk,ntar digebukin Aldi lagi
total 1 replies
Ilfa Yarni
good Elena ngapain jg bertahan dgn laki2 seperti itu sayangi dirimu sendiri
ElHi
kadang mau keluar dari hubungan toxic itu luarr biasa susahnya..apalagi kalo udah punya anak2. Beruntung kamu msh blm dikarunia anak Elena......kamu msh LBH leluasa menentukan hidupmu ke depan.
Ratih Tupperware Denpasar
tanks mam sdh double up hari ini.
Salim ah
waaah..kampret kaleyan ber2 ya Lisa Aldi dimanapun akan melakukan hal yg menjijikan 🙄😡
semoga elena kuat melihat perbuatan mereka ber2
Betty Sam
rasain Aldi..ketahuan kn
Ratih Tupperware Denpasar
nah sdh terciduk juga apa duo penghinat itu masih mau ngeles? rasain kamu aldi dpt wanita licik dan sadis..siap2 aja panggilan dari pengadilan agama dan kamu lisa mungkin selama ini kamu menduga perusahan ini mikik si aldi makqnyq kqmu sng locik dan sadis merebutnya dari sahabatmu setelah kamu tahu aldi hanya karyawan diaitu nyesell ga kamu? pastinya nyesellah secara aldi ga sekaya yg kamu kira
Ruwi Yah
tunggu apalagi elen semua bukti nyata udah ada ayo tangkap basah suami dan sahabat bejatmu itu
❤️Rizka Aulia ❤️
ayo lena bukti nya uda kuat km untuk bercerai sama Aldi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!