"Gue Mau Putus"
Tiga kata itu Nyaris membuat Alle tak bernafas beberapa detik, sebelum akhirnya menghela nafas.
"Sayang, jangan bercanda deh. ini benar hari anniversary kita tapi kejutannya jangan gini dong, aku ngak suka. *rujuknya dengan suara manja, berfikir ini hanya prank, Ares hanya mengerjainya saja*
Ares tak membalas ucapan Alle namun dia dengan tegas menggenggam tangan gadis disampingnya dan menatap Alle dengan tatapan dingin dan muak.
"Gue udah selingkuh sama Kara, dua bulan yang lalu dan....".
"Dia sekarang hamil anak gue"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodelima, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEPEDULIAN TICO
Tico berniat mengantarkan Alle menuju rumahnya, kebetulan sekali hari ini dia memakai mobil jadi dia bisa membawa Alle dalam keadaan lemas seperti ini.
Beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang melihat Tico menggandeng Alle dan meletakkan wanita itu ke dalam mobilnya merasa tercegang, bahkan semua mahasiswi gigit jari karna bukan lagi rahasia umum jika Tico adalah sosok yang dingin dan sulit tersentuh, jangankan menaiki mobilnya menyentuh saja para wanita tak berani, dan selama kuliah Tico tak pernah terlihat dekat dengan siapapun dan melihat Tico yang menggendong Alle dan meletakkannya di dalam mobilnya jelas saja membuat mereka tercengang.
'
"Jadi benar kalau kak Tico sama murahan itu ada hubungan?" mereka masih melongok namun mulutnya masih saja bisa julid.
"Dia pakek pelet apa sih? Udah putus sama kak Ares Eh dapatnya malah kak Tico beruntung banget gila."
"Gue yakin sih, dia pakek pelet seorang kak Tico yang digoda aja ngak pernah nengok ini malah gendong cewek itu dibawah kemobilnya lagi."
"Sumpah, gue ngak rela banget kalau kak Tico sama tuh cewek." salah satu diantara mereka merengek.
"Gue yakin, Kak Tico cuma kasihan aja sih."
"Tapi selama ini dia ngak pernah kasihan sama orang sedikitpun deh."
"KALIAN BISA DIAM DIKIT!!"
Orang-orang yang tadi menggunjing itu langsung menoleh dengan takut saat melihat wajah marah Saskia yang tercetak jelas, bahkan tatapannya masih mengarah pada mobil Tico yang kini berjalan meninggalkan tempat parkiran.
Orang-orang yang melihat Saskia itu langsung kalang kabut kabur, mereka jelas saja takut pada Saskia yang terkenal dengan bela dirinya yang begitu kuat, makanya mereka selalu takut jika berhadapan dengan Saskia atau membuat masalah dengannya.
Setelah mobil Tico telah benar-benar hilang dari pandangan, Saskia berbalik dan kembali kedalam toilet kedua temannya yang seolah paham pun meninggalkan dirinya seorang diri.
Dari luar terdengar Saskia mengamuk dan menonjok tembok.
"Sialan Lo Tico, sialan. BERENGSEK!"
*******
Tico mengantarkan Alle kerumahnya, namun dia baru ingat jika dia tak tau rumah Alle, Alhasil dia pun meminggirkan mobilnya dan membangunkan Alle yang tertidur, namun saat melihat Alle yang memejamkan matanya dengan begitu tenang membuatnya tak tega terlebih masih menempel beberapa perban diwajahnya membuatnya sedikit ngilu membayangkannya.
"Masak gue harus membawa kerumah Ares, gimana nanti tanggapan dia? Atau... Gue tanyak ke Ares aja alamat rumah Alle."
Alhasil dia memilih opsi yang kedua, diapun mengambil ponselnya di sakunya dan menghubungi Ares.
Kebetulan sekali dosen hanya mengajar sebentar, karna mendadak kepalanya pusing, jadi saat mendengar ponselnya berdering Ares langsung mengangkatnya.
"Loh ini Tico, kenapa malah nelpon orang bukannya dia tadi udah berangkat yah?" gumamnya yang masih dengan Leo yang memang ada di dekatnya.
"Kenapa Tico, Res?" Leo menatap Ares penasaran.
"Gue ngak tau."
Ares pun akhirnya segera mengangkat panggilan dari Tico.
"Kenapa Ko?"
"Lo tau rumah Alle?"
"Hah." Ares mencoba mempertajam pendengarnya, berharap apa yang di dengarnya tadi salah merasa heran saat mendengar ucapan Tico barusan.
"CK, Lo tau rumah Alle kan? Sekarang kasih tau gue, gue mau antar dia pulang."
"Alle, Lo sama Alle sekarang?" Ares yang merasa tak ingin salah dengar merasa heran saat mendengar ucapan Tico barusan.
Sedangkan Leo yang sejak tadi mendengarkan ucapan Ares ikut keheranan, siapa yang bersama Alle? Tico? Renungnya dalam hati.
"Iyah Res, cepat kasih tau dimana tempat tinggal Alle, kalau ngak gue bawah pulang ni."
"Bawah pulang kerumah aja Ko, nanti jelasin sama gue, gue mau pulang sekarang."
"Okeh."
Setelah panggilan terputus Ares segera membereskan barang-barangnya dan memasukkannya kedalam tas.
"Mau kemana Lo Res?" heran Leo melihat Ares yang sepertinya terburu-buru.
"Gue mau pulang."
"Kenapa tiba-tiba? Ada masalah apa sih?" Leo semakin heran dibuatnya, tak biasanya Ares meninggalkan kelas secara tiba-tiba begini.
Tanpa menjawab, Ares segera bangkit dan pergi, membuat Andre yang melihatnya merasa heran.
"Res mau kemana? Matkulnya belum selesai." teriak Andre pada Ares hampir sampai ke pintu.
"Pulang." Ares menjawab dengan sedikit berteriak.
Andre langsung menoleh kebelakang, Leo terlihat terdiam setelah memikirkan sesuatu.
"Heh, tadi Ares kenapa tiba-tiba pulang?"
Andre langsung menatap Leo sembari mendengus. "Gue ngak tau, sempat dengar Ares panggil nama Tico dan juga Alle, kayaknya cewek sialan itu buat masalah lagi deh."
"Alle kenapa? Dia pasti kenapa-kenapa, sampai-sampai Tico sepeduli itu."
"CK, biarin aja tuh cewek emang sukanya nyusahin doang."
Andre hanya geleng-geleng saja melihat Leo.
*******
Saskia yang baru saja keluar dari ruang kesehatan setelah memberi perban pada tangannya yang agak sobek karna meninju kaca itupun terlihat keheranan saat melihat Ares yang terburu-buru sembari membawa tasnya.
"Mau kemana tuh orang, bukannya kelasnya belum selesai yah." bisiknya dengan heran, namun seketika matanya melotot dengan marah saat mengingat satu hal, dia bergegas ingin menghampiri Ares. Namun tiba-tiba saja seorang dosen memanggilnya, membuatnya urung.
"Sialan, pasti tuh cowok mau nyamperin sih cewek sialan itu." desisinya namun tetap berbalik menuju kelasnya.
Sedangkan Ares sepanjang perjalanan mengirimkan pesan pada Kara agar tak menunggunya, jika nanti dia pulang dia akan menjemput, dia memberi alasan pulang karna kepalanya sakit.
Tak lama Kara membalas pesan untuknya.
KARA
[ Kalau pusing, nanti ngak usah jemput. Aku pakai taxi aja atau nanti pas pulang aku beliin obat? Terus mampir kerumahmu bentar.]
Segera Ares membalas setelah mendapatkan balasan pesan dari Kara.
[Tidak usah Ra, dirumah udah nyetok obat-obatan kok, kamu langsung pulang aja. Maaf yah kalau nanti. Semisal ngak bisa jemput.]
Tak perlu waktu lama Kara kembali membalas.
KARA
[Iyah Res, cepat sembuh yah.]
Ares tak membalas pesan Kara dan segera mengantongi ponselnya untuk bergegas masuk kedalam mobil untuk pulang.
Sampai kedalam rumah, dia mendapati Tico yang tengah tertidur di sofa ruang tengah.
"Dimana Alle, Ko?"
"Dikamar Lo."
Segera Ares berlari menuju kamarnya, saat membuka kamarnya dia langsung tercengang melihat wajah Alle banyak memar dan beberapa diberi perban. Ares meletakkan tasnya dengan asal lalu mendekati Alle yang tampak terlelap tidur.
"Lo kenapa Al?" gumam Ares yang tampak prihatin kepada Alle.
Dia mengingat tadi pagi Alle terlihat baik-baik saja, tapi kenapa bisa begini. Keadaannya begitu memprihatinkan.
"Apa yang di lakuin Tico sebenarnya, apa yang terjadi."
Ares segera turun dan minta penjelasan kepada sepupunya itu.
"Ko, sebenarnya ada apa? Kenapa Alle sampe kayak gitu?" cerca Ares menggebu-gebu.
"Dia di siksa sama, gue ngak tau pasti siapa namanya. Tapi kayaknya ngak asing, dia pernah duduk bareng dengan Kara." Tico menjawab dengan tangan yang masih memainkan game, dan matanya fokus ke sana.
"Siapa?"