Tiffany, tiba-tiba dijemput oleh kedua orang tua kandungnya. Berharap ini awal kebahagiaan darinya, dimana gadis miskin yang ternyata anak dari keluarga kaya.
Namun tidak, inilah awal dari neraka baginya. Meira yang selama ini tinggal bersama keluarganya, melakukan segala cara untuk menghancurkan Tiffany.
Membuatnya dibenci oleh keluarga kandungnya, dikhianati kekasihnya. Hingga pada akhirnya, mengalami kematian, penuh kekecewaan.
"Jika dapat mengulangi waktu, aku tidak akan mengharapkan cinta kalian lagi."
***
Waktu benar-benar terulang kembali pada masa dimana dirinya baru dijemput keluarga kandungnya.
Kali ini, dirinya tidak akan mengharapkan cinta lagi.
"Kalau kamu menolakku, aku akan bunuh diri." Ucap seorang pemuda, hal yang tidak terjadi sebelum waktu terulang. Ada seseorang yang mencintainya dan mengharapkan cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Langka
Diana menghela napas, tidak meyakini identitas pria ini. Bisa saja pria ini merupakan orang yang disewa, untuk berpura-pura menjadi guru pembimbing olimpiade matematika bukan?
"Berpura-pura saling mengenal?" Diana menggeleng heran."Ini pasti drama yang kamu buat bukan? Aku sudah mendengar dari beberapa siswa, jika kamu melakukan berbagai cara untuk terlihat lebih baik dari Meira. Bahkan cara kotor."
Virgo menghela napas."Jadi kamu tidak meyakini identitasku? Baik kalau begitu, kita adakan tes terbuka. Kamu melawan Tiffany." Ucap Guru berusia 54 tahun itu penuh senyuman.
Virgo benar-benar meyakini kemampuan Tiffany yang sempat dilatihnya. Benar-benar ulet, cerdas dan berbakat. Dalam artian, tidak banyak bicara, langsung kerjakan saja.
"Baik! Aku akan tunjukkan bagaimana kemapuan penipu sepertimu! Kamu hanya orang bayaran!" Geram Diana, penuh keyakinan. Pasalnya Tiffany selama 3 bulan bersekolah tidak pernah mengangkat tangan untuk menjawab. Bahkan terkadang tidak menyetor tugas dengan alasan tugas yang ada di tasnya hilang.
Siswa seperti itu juara 2 olimpiade tingkat nasional? Jangan bercanda.
"Tidak, perlu sampai seperti ini bukan?" Ucap kepala sekolah gugup kala suasana memanas.
"Tidak! Ini perlu, karena dia meragukan kredibilitasku sebagai seorang pengajar. Akan memalukan jika dia dikalahkan oleh mantan muridku di depan umum." Virgo duduk dengan tenang, pria yang berprofesi sebagai dosen itu menghela napas kasar.
Juara 2 olimpiade matematika tingkat nasional? Jangan bercanda, Tiffany disuap oleh juara pertama hingga bersedia mengalah untuk satu soal. Gadis ini tidak dapat diremehkan, tapi kala akan maju untuk mewakili negara, Tiffany lebih memilih untuk mundur. Karena masalah keluarga, kemungkinan besar anak panti itu bertemu dengan orang tua kandungnya. Hingga lebih memilih meninggalkan kompetisi daripada harus pergi ke luar negeri.
"Sombong!"Diana menghela napas."Pak Cakra, bagaimana jika kita adakan di aula sekolah, untuk memberi contoh, betapa memalukannya perbuatan mencontek bahkan menipu." Usul Diana, penuh keyakinan akan mempermalukan Tiffany kali ini. Orang yang berani-beraninya sering melakukan pembullyan pada murid kesayangannya, Meira.
"Terserah kalian saja. Tapi jangan sampai mengganggu jam pelajaran siswa." Sang kepala sekolah menghela napas, tidak dapat berkata-kata pada Diana yang memang memiliki ego tinggi.
***
Siapa yang tidak akan datang ke aula sekolah saat jam istirahat berlangsung. Ingin melihat Tiffany, orang yang paling jahat di sekolah ini dipermalukan, sekaligus dikeluarkan dari sekolah sesuai perjanjian.
Setidaknya desas desus sudah mereka dengar, dari pegawai tata usaha. Yang mungkin mendengar percakapan di ruang kepala sekolah.
Tentu saja hampir semua siswa mendukung sang guru matematika.
Tapi tidak dengan seseorang yang duduk penuh harap, entah mendapatkan dari mana dirinya membawa Light stik (lampu genggam yang biasa dibawa saat konser). Memakai kacamatanya, menatap ke arah Tiffany yang berada di bagian depan aula.
"Tiffany!" Teriak Tiara penuh semangat memberikan dukungan.
Sedangkan beberapa siswa yang duduk disampingnya menatap sinis.
"Kenapa kamu mendukung Tiffany? Dia beberapa kali membuat masalah dengan Meira. Belum lagi menjadi wanita simpanan." Ucap seorang siswa yang duduk disamping Tiara."Dasar culun!"
Tiara hanya membenahi letak kacamatanya, kembali berteriak."Tiffany!"
Wanita yang begitu keren di mata Tiara. Memiliki aura seperti ratu jahat, bagaikan ibu tiri putri salju yang cantik tapi gila. Tiara benar-benar menjadi penggemar berat Tiffany, mengingat semua orang di sekolah sering membully Tiara. Hanya karena Tiara pendiam dan tidak melawan. Tapi Tiffany, satu-satunya siswa yang tidak menertawakannya, malah Tiffany sudah menolongnya.
Sedangkan Tiffany hanya menghela napas kasar. Kala berada di hadapan ratusan siswa.
Saat itulah Meira menaiki panggung berjalan mendekatinya."Kakak mengakulah, aku yakin Bu Diana tidak akan menyimpan dendam padamu." Ucap Meira memegang jemari tangan Tiffany. Tapi diam-diam hanya dihadapan Tiffany, Meira tersenyum menghina.
"Adikku sungguh perhatian! Tapi sayang sekali, dia pecundang yang mendapatkan nilai 89." Senyuman menghina terang-terangan.
"Kakak, aku belajar karena itu..." Kalimat Meira disela.
"Karena itu bertingkah lah selayaknya anak angkat." Tiffany dengan sengaja mendorong Meira cukup kencang.
"Tiffany!" Teriak Meira tersungkur di lantai.
"Aku mempermudah akting mu. Jadi adikku sayang, tidak perlu berakting lagi. Karena aktingmu akan jadi kenyataan mulai sekarang." Bisik Tiffany yang mendekat pada telinga Meira. Tersenyum menyeringai.
Orang-orang membicarakan sebagai orang jahat."Tiffany!" Anita membentak membantu Meira berdiri.
"Tiffany, tindakanmu itu---" Kalimat Cakra disela.
"Bukankah saya sudah sering mendorong Meira pak? Jika begitu besok saya tidak perlu sekolah, skors saja tiga hari." Jawaban ringan penuh senyuman dari Tiffany. Mengingat beberapa insiden sebelumnya, dimana Meira pura-pura didorong dan dirinya menerima hukuman.
"Sudahlah! Lagipula kamu akan segera pindah dari sekolah ini." Ucap Diana penuh rasa percaya diri. Mengingat pertaruhan mereka.
Tiffany tersenyum mengejek. Kemudian segera melangkah ke depan papan tulis.
Virgo yang memberikan seratus soal olimpiade tingkat nasional yang benar-benar sulit pada kepala sekolah. Sedangkan kepala sekolah memilih soal, agar segalanya berjalan lebih adil.
Masing-masing dari mereka akan mendapatkan tiga soal, yang telah dipilih kepala sekolah. Soal harus dikerjakan bersama dengan langkah pengerjaannya, di dua papan terpisah.
Agar segalanya lebih adil.
Kala lembar soal dibagikan, kemudian sang kepala sekolah berteriak."Mulai." Maka Diana membulatkan matanya. Soal olimpiade berbeda dengan soal biasa.
Lebih rumit, lebih kompleks dan lebih membuat sakit kepala. Guru muda berusia 31 tahun itu berusaha untuk lebih tenang. Perlahan tangannya bergerak untuk menjawab.
Sialnya tidak ada kalkulator ilmiah disini. Lebih tepatnya dilarang mempergunakan nya.
Tetap menggerakkan tangannya. Keringat dingin mengucur di pelipisnya. Memilih soal cerita terlebih dahulu yang dapat dikerjakan menggunakan logika. Dibandingkan dengan dua soal lainnya.
Tapi, gerakan tangannya terhenti di pertengahan jalan. Apa caranya salah? Kembali menghapus tulisannya. Mengganti menggunakan metode yang berbeda.
Sudah pasti Tiffany tidak dapat mengerjakan apapun bukan. Dirinya berusaha lebih berkonsentrasi, benar-benar berusaha.
Tapi, suara kasak kusuk siswa di belakangnya terdengar. Letak panggung yang menjorok ke bawah, sedangkan membuat suara siswa lebih terdengar dengan jelas.
"A...apa yang dikerjakan Tiffany. Jangan bilang dia hanya asal menjawab."
"Aku tau! Gila! Aku yang pernah mewakili sekolah mengikuti olimpiade matematika saja tidak pernah terfikirkan cara itu."
"Se... sekarang dia mengerjakan soal nomor 3?"
Suara kasak kusuk para siswa membuat Diana membulatkan matanya. Dirinya yang pada awalnya berkonsentrasi mengerjakan soal, perhatiannya beralih, pada papan tulis yang dikerjakan Tiffany.
Mereka memang masing-masing mendapatkan tiga soal yang berbeda. Untuk mengindari kecurangan.
Tiffany berdiri disana, tangannya bergerak begitu lancar. Seolah-olah begitu memahami metode yang harus digunakan. Dalam matematika ada banyak jalan, tapi tetap hanya ada satu jawaban.
Tak! Tak!
Spidol yang dipegang oleh Diana terjatuh. Tangannya gemetar, tiga buah soal, bahkan tidak ada yang dikerjakan menggunakan kalkulator ilmiah.
Orang ini..."Jenius..." gumamnya.
Kala itulah gerakan tangan Tiffany terhenti. Setelah memberikan jawaban pada soal terakhir.
"Kemampuannya tidak berkurang sama sekali." Virgo menghela napas penuh senyuman.
"Jadi, dia memang dulu menjadi pemenang kedua olimpiade matematika tingkat nasional?" Tanya Erwin pada Virgo. Benar-benar kenyataan yang di luar nalar. Pacar nakal bosnya adalah... jenius langka, yang hampir punah dan harus dilindungi?
bener kata Tiara, Tiffany keren calon istri siapa dulu dong 😁
ternyata Meira blm kapok juga
si author memang psikopat, selalu buat cerita yg buat emosi Naik Turun..
aku suka Thor...
lope Lope lah pokok nya