NovelToon NovelToon
Not Love, But Marriage

Not Love, But Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Persahabatan / Dokter
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nōirsyn

"Mereka mengira pertemuan itu adalah akhir, padahal baru saja takdir membuka lembar pertamanya.”

‎Ameena Nayara Atmaja—seorang dokter muda, cantik, pintar, dan penuh dedikasi. Tapi di balik wajah tenangnya, ada luka tersendiri dengan keluarganya. Yara memilih hidup mandiri, Ia tinggal sendiri di apartemen pribadinya.

‎Hidupnya berubah ketika ia bertemu Abiyasa Devandra Alaric, seorang CEO muda karismatik. Yasa berusia 33 tahun, bukan seperti CEO pada umumnya yang cuek, datar dan hanya fokus pekerjaannya, hidup Yasa justru sangat santai, terkadang dia bercanda dan bermain dengan kedua temannya, Yasa adalah anak yang tengil dan ramah.

‎Mereka adalah dua orang asing yang bertemu di sebuah desa karena pekerjaan masing-masing . Awalnya mereka mengira itu hanya pertemuan biasa, pertama dan terakhir. Tapi itu hanya awal dari pertemuan mereka. satu insiden besar, mencoreng nama baik, menciptakan gosip dan tekanan sosial membuat mereka terjebak dalam ikatan suci tanpa cinta

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nōirsyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pesta

Di rumah keluarga Vishaka

‎Malam itu, Yasa menuruni tangga besar dengan langkah santai. Kemeja putih dengan jas hitam tersampir rapi, beberapa kancing atas dibiarkan terbuka. Celana bahan hitam membingkai kakinya dengan pas, sepatu mengkilap melengkapi penampilannya yang... ganteng, maskulin, dan rapi. Rambutnya ditata klimis namun tetap kasual. Gaya cowok idaman—tenang tapi karismatik.

‎Di bawah, Mama dan Papa sudah rapi. Mereka akan berangkat ke pesta pernikahan Joèlene S'envoler seorang model papan atas. Itu bukan pernikahan biasa, karna Joèlene menikah dengan pengusaha sukses yang juga di kenal di jakarta. Dan otomatis yang akan hadir adalah artis-artis dan pengusaha terkenal.

‎“Ck, kalian kok pada pergi semua sih. Aku sendirian dong di rumah,” ucap Alin dengan piyamanya.

‎“Haha, lagian kamu diajak nggak mau. Aku dan Papa harus datang, kita kan pengusaha. Dan Mama, ya jelas dong, mendampingi Papa,” jawab Yasa.

‎“Ah males lah. Mending nonton di rumah. Kalau Kakak? Mana pendampingnya? Hahaha,” ejek Alin.

‎“Bandel banget nih anak,” kata Yasa sambil mencubit hidungnya.

‎“AW! Sakit tau!” Alin berteriak.

‎“Udah-udah, ayo berangkat! Nanti terlambat. Alin, jaga rumah ya,” kata Mama.

‎“Iya, Ma…” ucap Alin lesu.

‎Saat Mama dan Papa keluar duluan, Alin memanggil pelan. “Kak…”

‎“Apa?”

‎"Hehe" alin tersenyum manis.

‎Yasa menaikkan alisnya, heran. ada maunya ni bocah "Kenapa? Mau minta uang?"

‎"Enggaaa, emm kemarin ketemu sama kak Rey, dia jadi dosen di kampus ku" Kata Alin sambil tersenyum malu-malu

‎"Terus?" Yasa heran, mulai curiga.

‎"Emm kak Rey ngga kesini?" tanya Alin.

‎Vero dan Rey memang suka bermain dirumah Yasa. Bahkan dari kecil saat mereka masih kelas 2 SMP sampai sudah setua sekarang. Hanya saja karna yasa pindah rumah, Vero dan Rey lebih sering ngumpul di rumah barunya lah.

‎"Ngapain dia kesini?" Yasa mengintimidasi

‎"Em, yaaaa, buat main aja gitu" jawab Alin gelagapan.

‎"kamu suka sama dia?"

‎"h-hah?, engga!" sahut Alin cepat.

‎Yasaa menyipitkan matanya "kamu jangan suka dia alin, dia tu dah tua, umur kalian beda jauh, kalian beda 9 tahun"

‎Alin dan Reyhand memang terpaut 9 tahun, Alin baru berusia 24 tahun, dan Rey ya.. seperti kakaknya 33 tahun.

‎"Halah kak, cinta itu ngga mandang umur" jawab Alin secara tak sengaja mengakui jika dia suka sama Rey.

‎"Kamu gausah sok dewasa, cinta ngga mandang umur ngga mandang umur, kamu baru sekali ketemu dia" kata Yasa.

‎"kok baru sekali sih, dia kan dari dulu sering main kerumah" sahut Alin cemberut, mukanya udah bete.

‎"Jadi kamu udah suka dia dari lama?"

‎"Ih kak kok malah bahas yang lain?"

‎"Jawab kakak, dari kapan kamu suka dia?"

‎"Ih nyebelin banget sih, bukannya dukung adiknya, lagian kan kak rey itu temen kakak!"

‎"Walaupun dia temen aku tapi dia udah dewasa lin, Rey itu laki-laki dewasa, lagian kamu ngga tau apa dia gimana, dia se datar apa, jarang ngomong, apalagi untuk membujuk rayu seorang wanita. Sama kamu lagi, ngga bakal bisa bujuk kamu pas lagi ngambek, yang ada bakal sakit hati!"

‎"YASA KAMU NYASAR APA GIMANA SIH, CEPAT BERANGKAT" teriak mamanya

‎"IYA MA DULUAN, AKU BERANGKAT SENDIRI BARENG KYRA"

‎"Tapi kak-" belum sempat Alin menyelesaikan omongannya langsung di tangkis cepat oleh Yasa.

‎"Halah ngga ada tapi-tapian, lupain rey, cari cowo lain atau kakak jodohkan kamu ke anak teman bisnis papa" kata yasa tidak bisa dibantah.

‎Dia lalu keluar rumah menuju mobil, dimana kyra asisten pribadinya sudah standby menunggu"

‎"NGGA MAUUU" teriak alin kesal.

 

Apartement Yara

Yara berdiri di depan cermin, mengenakan gaun hitam elegan yang diberikan oleh Kak Adrian. Gaunnya pas di tubuhnya, dengan potongan off-shoulder yang memperlihatkan tulang selangkanya yang anggun. Rambutnya disanggul rapi dengan sentuhan poni tipis yang jatuh alami di dahinya, memberi kesan anggun sekaligus lembut. Meski awalnya enggan menerima pemberian itu, kini ia terlihat seperti ratu malam.

‎Ding-dong.

‎Bel apartemen berbunyi. Yara membuka pintu dan mendapati Adrian berdiri di sana, rapi dalam balutan kemeja dan jas hitam dan dasi hitam gelap.

Matanya terbelalak sesaat.

‎"Gini aja udah cantik banget… gimana kalau dia nikah sama gue, eh—"pikir Adrian, buru-buru mengusir lamunannya.

‎“Udah siap, Yar? Yuk, berangkat,” ajaknya lembut, sambil tersenyum.

‎Yara menatap dirinya sendiri sejenak lalu berkata ragu, “Kak? Tapi… apa nggak berlebihan aku pakai gaun mewah kayak gini? Aku nggak enak…”

‎“Berlebihan apanya, Yar? Kamu cantik malam ini. Pasti tamu pesta bakal fokus ke kamu,” jawab Adrian sambil tersenyum tulus.

‎“Ah, ada-ada aja Kak,” balas Yara, tersenyum. Mereka pun berjalan menuju parkiran bersama.

‎---

‎Dalam Mobil

‎Yara duduk di kursi dengan posisi agak tegak, kedua tangannya di pangkuannya. Ia tampak sedikit canggung, tak biasa tampil seformal ini. Adrian melirik sekilas dan tersenyum tipis.

‎“Kamu nggak harus tegang gitu, Yar. Anggap aja ini makan malam biasa, tapi tempatnya gede,” ucap Adrian dengan nada tenang.

‎Yara tertawa pelan, “Iya sih, tapi tetep aja aku grogi… takut melakukan kesalahan.”

‎“Nggak usah khawatir. Kamu cukup jadi diri kamu sendiri aja, itu udah cukup bikin orang senang ngobrol sama kamu,” jawab Adrian, tetap menjaga tatapannya di jalan.

‎Yara menoleh dan menatap Adrian sebentar. Ia merasa sedikit lebih tenang. Perjalanan pun dilanjutkan dengan obrolan ringan.

‎---

‎Di Pesta

‎Mereka tiba di sebuah ballroom hotel bintang lima. Lampu gantung kristal menggantung megah di langit-langit. Musik jazz live mengalun pelan dari panggung. Hidangan berkelas disusun rapi di buffet—ada sushi premium, steak, pasta, hingga aneka dessert cantik. Minuman berkilau disajikan dalam gelas-gelas kristal. Para tamu berpakaian glamor; pengusaha ternama, selebriti, hingga model papan atas terlihat berseliweran.

‎Adrian menggandeng Yara memasuki ruangan. Beberapa kepala langsung menoleh memperhatikan mereka, terutama sosok Yara yang tampil memesona.

‎“Ma, Pa ini Yara,” ujar Adrian saat bertemu dengan kedua orang tuanya.

‎“Halo, sayang. Kamu cantik banget,” sambut Mama Indri hangat, langsung memeluk Yara.

‎“Tante bisa aja, tante juga cantik,” balas Yara dengan ramah sambil tersenyum manis.

‎Yara lalu menjabat tangan Pak Abraham.

‎“Ini calon menantu Papa, ya?” goda Pak Abraham sambil tertawa pelan.

‎“Eh?” Yara melongo, bingung harus menjawab apa, hanya bisa tertawa kecil.

‎Adrian hanya tersenyum, tak menanggapi, membiarkan suasana mengalir.

‎Tak lama, Pak Abraham langsung membawa Adrian ke kerumunan rekan bisnisnya. “Ini anak saya, Adrian. Nggak cuma pinter, tapi juga amanah. Perusahaan makin berkembang sejak dia bantu pegang kendali ya walaupun terkadang masih sibuk di rumah sakit haha.”

‎“Wah, luar biasa anak bapak Kapan kita bisa kerja sama, Pak Adrian?” tanya salah satu pebisnis.

‎“Kalau urusan baik, saya selalu terbuka, Pak,” jawab Adrian sopan.

‎Sementara itu, Yara berdiri di dekat Mama Indri yang terus memujinya, “Kamu nggak cuma cantik, tapi juga sopan. Cocok banget buat Adrian.”

Yara Tersenyum canggung "Tante bisa aja"

 

To be continued

1
gathem Toro
sebenarnya Yasa itu dah cinta sama Yara cuma gengsi aja
Takagi Saya
Hats off untuk authornya, karya original dan kreatif!
Kaylin
Gak kepikiran sama sekali kalau cerita ini bakal sekeren ini!
Fujoshita UnUHastaloshuesos
Gak bisa move on! 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!