NovelToon NovelToon
Cinta Datang Dari Kakak Mantan

Cinta Datang Dari Kakak Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ira Adinata

Perselingkuhan antara Kaivan dan Diana saat tiga hari menjelang pernikahan, membuat hati Alisa remuk redam. Keluarga Kaivan yang kepalang malu, akhirnya mendatangi keluarga Alisa lebih awal untuk meminta maaf.

Pada pertemuan itu, keluarga Alisa mengaku bahwa mereka tak sanggup menerima tekanan dari masyarakat luar jika sampai pernikahan Alisa batal. Di sisi lain, Rendra selaku kakak Kaivan yang ikut serta dalam diskusi penting itu, tidak ingin reputasi keluarganya dan Alisa hancur. Dengan kesadaran penuh, ia bersedia menawarkan diri sebagai pengganti Kaivan di depan dua keluarga. Alisa pun setuju untuk melanjutkan pernikahan demi membalas rasa sakit yang diberikan oleh mantannya.

Bagaimana kelanjutan pernikahan Alisa dan Rendra? Akankah Alisa mampu mencintai Rendra sebagai suaminya dan berhasil membalas kekecewaannya terhadap Kaivan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ira Adinata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelakor?

Alisa segera menarik tangannya sambil mengernyitkan kening memperhatikan Chika. Tak lama kemudian, ia mengalihkan pandangan pada Rendra yang sedang mendesah berat sambil menggeleng pelan.

"Siapa dia?" tanya Alisa sembari menunjuk Chika.

"Dia ... Dia mahasiswi di universitas tempat aku mengajar," jelas Rendra sambil tersenyum kecut.

Chika mendorong Rendra saking kesalnya. "Aku ini bukan sekadar mahasiswi, Pak! Aku ini pemuja berat Bapak! Tega banget, sih, sama aku!" gerutunya bersungut-sungut.

"Chika, tolong kamu tenang dulu, ya. Saya ke sini mau makan malam sama istri saya. Jadi, saya mohon, jangan bikin ribut di sini. Oke?" pinta Rendra dengan wajah memelas.

"Argh! Aku nggak akan biarin Bapak tenang! Pokoknya Bapak harus tanggung jawab sama aku! Hati aku sakit banget loh, Pak! Sakit!" cerocos Chika sambil memegang dadanya yang terasa sesak.

Alisa meringis, sambil mengusap lengan Chika. "Begini aja. Kamu ikut makan malam sama kami, ya. Gimana?"

Dengan kasar, Chika menepis tangan Alisa dan memelototi perempuan yang berusia lima tahun lebih tua darinya itu. "Nggak usah sok baik deh! Aku tahu, kok, kamu ini istri dadakannya Pak Rendra. Berani banget kamu menikah sama laki-laki pujaan aku, ha! Jahat banget kamu! Dasar pelakor!"

Alisa tercengang. Rendra semakin tertunduk lesu dan mengusap mukanya.

Dari arah Chika masuk, tiga orang mahasiswi berlari menuju meja tempat Alisa dan Rendra makan malam. Tanpa basa-basi, salah satu dari mereka menarik Chika agar menjauhi sepasang pengantin baru itu.

"Kamu tuh apa-apaan, sih, Chika? Nggak sopan banget gangguin Pak Rendra makan malam," tegur salah satu teman Chika yang memakai hijab panjang.

"Kami minta maaf, Pak. Udah gangguin Bapak sama istri," ucap salah satu mahasiswi berambut pendek, dengan sungkan dan tersenyum canggung.

"I-Iya. Nggak apa-apa. Kalian ke sini mau makan malam bareng, ya?" tanya Rendra menatap murid-muridnya.

"Enggak, Pak. Kita ke sini kebetulan mau ngejar Chika. Dari pinggir jalan dia marah-marah lihat Bapak sama istri Bapak," jelas mahasiswi lain yang memegangi lengan Chika. Ia terus menahan temannya meski mendapat perlawanan.

"Begitu, ya," kata Rendra mengangguk pelan.

"Kalian makan malam saja sama kami. Tenang saja, saya yang traktir," usul Alisa menatap keempat mahasiswi itu dengan tersenyum simpul.

"Eh? E-Enggak, Kak. Kami nggak mau merusak makan malam kalian. Mending kami ke tempat lain saja," ucap mahasiswi berhijab panjang tergagap-gagap dan canggung.

"Nggak apa-apa. Kayaknya seru deh kalau kita makan malam bareng," sanggah Alisa.

"Jangan sok baik kamu! Kamu ini berhati busuk! Kalau memang kamu orang baik, mana mungkin menikahi dosen kesayangan aku cuma gara-gara batal nikah sama pacar kamu!" bentak Chika menunjuk Alisa.

Mahasiswi yang memegangi Chika segera membekap mulut temannya itu, lalu menoleh pada Alisa. "Maafkan kami atas kelancangan Chika, ya, Kak. Chika ini orangnya emang impulsif," katanya.

"Kami pergi dulu ya, Pak. Permisi," pamit mahasiswi berambut pendek.

Ketiga gadis itu buru-buru menyeret Chika keluar dari restoran. Betapa malunya mereka dengan kelakuan kasar Chika terhadap istri sang dosen. Jika saja sejak tadi bertindak lebih cepat, maka kegaduhan itu tidak akan terjadi.

Setelah keributan mereda, Alisa menghela napas panjang memandang kepergian gadis-gadis itu. Adapun Rendra, akhirnya bisa bernapas lega dan tersenyum pada Alisa.

"Kamu nggak apa-apa, Alisa?" tanya Rendra menatap istrinya.

Alisa membalas senyum suaminya sambil berkata, "Aku nggak apa-apa, kok. Tapi ... Chika?"

Tertegun Rendra mendengar nama mahasiswi yang terobsesi padanya itu keluar dari mulut Alisa. "Kamu kepikiran soal Chika?"

Alisa terkekeh-kekeh. "Kayaknya dia cemburu banget lihat kita makan malam bareng. Emang Kak Rendra nggak kasihan sama dia?"

"Kenapa kamu bertanya seperti itu, Alisa? Aku juga sebenarnya nggak mau menyakiti dia, hanya saja ... kamu tahu, kan, hubungan dosen dan mahasiswi kedengarannya cukup aneh?" sanggah Rendra.

"Nggak juga. Teman-teman seangkatanku bahkan ada yang sampai menikah dengan dosennya sendiri. Apa salahnya? Memangnya Kak Rendra nggak tertarik sama Chika?" Alisa bertanya dengan mata membulat.

"Soal perasaan nggak bisa dipaksakan, Alisa. Sebenarnya, Chika seringkali menyatakan perasaan dan memberi hadiah, tapi jujur saja, aku sedikit pun tidak tertarik sama dia," terang Rendra.

"Begitu, ya." Alisa mengangguk. "Ngomong-ngomong, apa Kak Rendra punya kriteria khusus soal pasangan sampai berkali-kali menolak Chika? Padahal, kebanyakan pria lebih senang jika mendapatkan pasangan yang lebih muda."

"Tidak semuanya begitu, Alisa. Contohnya rekan kerjaku. Dia memiliki istri delapan tahun lebih tua darinya. Jadi, nggak bisa disamaratakan," tutur Rendra, lalu menyantap makanannya.

"Terus, apa dong tipe perempuan yang Kak Rendra suka? Perempuan yang cantik, cerdas, atau justru keibuan?" tanya Alisa, lalu melahap steak dari piringnya.

"Hm ... Sebenarnya aku nggak terlalu muluk-muluk soal pasangan. Selagi dia perempuan baik dan mampu menjaga kehormatan keluarga, aku akan selalu berkomitmen untuknya," jelas Rendra, lalu menelan makanannya dan menyeruput teh lemon.

"Lalu, bagaimana dengan aku? Sepertinya ... Aku bukan termasuk kriteria perempuan yang diidamkan Kak Rendra, ya?" Alisa berubah kikuk.

Rendra tertegun sejenak. Ia menaruh alat makannya, kemudian menatap Alisa cukup lama.

"Apa yang kamu bicarakan, Alisa? Kamu justru lebih istimewa dari yang aku bayangkan," ucap Rendra.

Tersipu-sipu Alisa sambil tersenyum tipis. "Ah, Kak Rendra jangan berlebihan gitu, deh. Aku ini masih banyak kekurangannya. Lagi pula, apa nggak terlalu cepat Kak Rendra menilai aku? Kita ini baru seminggu menikah, loh!"

Rendra menggeleng pelan. "Tapi aku mengenalmu lebih lama dari pernikahan kita. Apa kamu lupa itu?"

Alisa terdiam.

"Sejak kamu berpacaran dengan Kaivan, aku melihat banyak kualitas baik pada dirimu. Cerdas, ulet, mandiri, bahkan pekerja keras sekalipun kamu putri semata wayang dari keluargamu. Cara kamu menyapa keluarga kami pun lebih beradab dari pacar Kaivan sebelumnya. Maka dari itu, aku dan Ibu setuju saat kalian memutuskan untuk menikah," jelas Rendra.

"Apa itu artinya ... Kakak tertarik padaku dari dulu, tapi terhalang oleh Kaivan? Atau jangan-jangan ... Kakak memutuskan untuk menggantikan Kaivan karena memendam perasaan sama aku sejak lama?" tanya Alisa menatap wajah Rendra lekat-lekat.

Rendra segera mengalihkan pandangan, lalu mengambil alat makan dan memotong steak dari piringnya. "Makanlah. Nanti keburu larut malam kita pulang."

"Aku tidak akan menghabiskan makanan ini sebelum Kak Rendra menjawab pertanyaanku," ketus Alisa menaruh garpu dan pisau kecil di piring.

"Baiklah." Rendra mendesah lemah sembari menaruh kembali garpu di tangannya. Ditatapnya wajah Alisa lebih serius, lalu berkata, "Jika memang benar demikian, apa yang akan kamu lakukan? Menerima cintaku atau justru menolaknya? Lagi pula, perasaanku tetap saja sia-sia kalau kamu menikah dengan Kaivan. Cukup mengagumimu sebagai adik ipar dan ... melanjutkan hidup sebagai dosen. Tidak lebih."

Alisa termangu, menatap daging steak di hadapannya. "Tapi sekarang situasinya berbeda, kita ini sudah menikah dan menjalani hidup sebagai suami-istri. Jika sampai nanti aku tidak bisa membalas cinta Kak Rendra, apa Kakak akan marah dan menyerah?"

1
irma hidayat
bahagia banget akhirnya istri Rendra udah luluh buka hati ikhlas terima takdir, lanjut up nya thor semangat
irma hidayat
lanjut up nya thor
irma hidayat
bagus ceritanya thor meskil ilfil pada karakter kaivan masa perempuan hamil sama dia tega ditendang, tak layak dapat maaf
Reni Anjarwani
lanjut thor
irma hidayat
laki2 psiko kayanya kaivan, bahaya harus dibawa ke rmhskt jiwa
irma hidayat
mimpi tinggi Chika sampai ingin dapat ceo dari keperawananmu jadi ilfil
Reni Anjarwani
lanjut
Reni Anjarwani
lanjut thor
irma hidayat
katanya perempuan cerdas Alisa bukti vidio/potonya perlihatkan
Reni Anjarwani
doubel up thor
Ah Serin
alisa bodoh jangan jadi bayangan kaivan. lupa masalalu dan bina hidup baru dengan rendra
lanjut thorrrr.
Nur Adam
lnjut
Mundri Astuti
cihhhh Diana pake ngomong cinta, mana ada cinta yg diawali perselingkuhan, kamu tu cuma dianggap selingan, bersyukurlah Alisa ngga jadi sama kaivan
Myra Myra
tunjukkan bukti PD semua org sekali...pdn muka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!