(Novel ini adalah Novel pertama ku, jadi mohon maaf jika penulisnya masih sangat berantakan. tapi Author akan menyempatkan waktu untuk merevisi total hampir keseluruhan dari isinya, walaupun bertahap.)
"Jadilah Istri ku selama satu tahun Naya, semua pengobatan nenek mu akan ku tanggung, dan kau juga bisa menikmati uang ku selama itu" ucap Arjuna sembari mengulurkan tangannya kepada Naya.
air mata Naya menetes sembari menoleh ke dalam ruangan ICU tersebut, dalam hatinya ia sangat ingin menampar pria di hadapannya itu karena telah merendahkannya dengan menawarkan Nikah kontrak, namun di sisi lain ia juga tidak bisa munafik bahwa ia benar-benar tengah membutuhkan uang untuk pengobatan Neneknya. Naya menoleh kearah Juna.
"baik lah tuan aku bersedia" ucap Naya membuat bibir Juna tersungging.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon picisan imut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kirana, gadis dalam Foto
Mentari pagi memang selalu membuat Naya merasa nyaman dan betah berada di halaman depan rumah Arjuna itu.
Yaa.... taman yang tertata indah bertema Jepang dengan pohonnya yang di bentuk-bentuk itu, juga beberapa bunga warna warni yang menghiasi taman tersebut selalu berhasil membuat perasaan Naya tenang, Naya pun duduk di bangku taman berwarna putih dengan buku di tangannya.
Memang tidak ada pekerjaan lain untuk Naya selain membaca buku, hal itu juga yang terkadang membuatnya jenuh jika terus berada di rumah tanpa melakukan apapun, bola matanya terus bergerak mengikuti laju tulisan yang ia baca, sesaat pandangannya beralih pada ponselnya yang berbunyi.
Entah mengapa setiap kali Arjuna menelfonnya selalu membuatnya takut, takut jika ada kesalahan yang telah ia lakukan, dengan cepat ia menerima panggilan telfon itu.
"Iya Tuan?" Sapa Naya
"Naya? Tolong carikan berkas ku, dokumen berwarna merah di atas meja kerja ku dan berikan pada sopir yang ada dirumah untuk mengantarnya cepat" Titah Arjuna.
"Emmm baik Tuan, akan aku cari" Ucap Naya yang lantas beranjak dari kursinya, dengan cepat ia bergegas menuju kamarnya dan mencari dokumen yang di maksud Arjuna itu, tak membutuhkan waktu lama ia sudah menemukan dokumen itu, tertumpuk di bawah dokumen berwarna kuning, sesaat ia menariknya dan sesuatu terjatuh disana, Naya meraihnya ia mendapati foto seorang wanita yang sangat cantik dan imut tengah memegangi kamera.
"Ini siapa?" Tanyanya, Naya sempat berfikiran bahwa ia adalah adiknya Arjuna namun ia pernah dengar kalau Arjuna adalah anak tunggal di keluarganya itu, Naya pun menggeleng dan meletakan kembali foto itu. ia tidak ingin terlalu banyak tau, yang nantinya akan menimbulkan masalah baginya.
Dengan cepat Naya berjalan menuruni anak tangga, ia menoleh ke kiri dan ke kanan, sopir yang biasa ada di rumah sedang pergi menurut pelayan yang sedang ada di sana ia tengah mengantarkan seorang pelayan lain untuk membeli kebutuhan dapur yang telah habis, hal itu pula yang membuat Naya kebingungan, jika berkas itu tidak segera di antarkan Arjuna pasti akan marah, dan jika dia sendiri yang mengantarkan juga, Juna pasti akan memarahinya, akhirnya ia memutuskan untuk tetap mengantarkannya sendiri menggunakan taksi.
Di sisi lain.. Raihan baru saja tiba di kantor itu dan menoleh ke arah tanaman hias yang pernah Naya bersihkan di lobby itu.
ya... setiap hari Raihan terus berharap kalau Naya masih menjadi OG di kantor ini bukan istri Arjuna, bagaimanapun juga hatinya masih belum ikhlas menerima kenyataan kalau Naya sudah menjadi istri orang lain.
Sebuah taksi berhenti di depan pelataran kantor, dan seorang satpam di luar pun langsung membungkuk.
"Selamat pagi ibu Naya, lama tidak bertemu Anda." Ucap satpam tersebut, dulu Naya sering membuatkannya Kopi, siapa yang menyangka kalau Naya kini menjadi jadi nyonya Dirgantara.
"Selamat pagi pak Hadi, panggil saja Naya seperti biasa pak." Ucap Naya yang merasa canggung.
"Tidak bisa seperti itu bu, ibu kan sudah menjadi istri Tuan Dirgantara sudah pasti saya harus menghormati Anda." Ucapnya sembari tersenyum, mendengar suara Naya, Raihan pun keluar ia benar-benar senang bisa melihat Naya lagi.
"Naya?" Sapa Raihan dengan pandangan berbinar, begitupun Naya yang turut senang bisa bertemu dengan Raihan lagi.
"Raihan, apa kabar?" Tanya Naya senang,
"Aku baik Naya." Jawabnya.
"Dodit mana?" Tanya Naya.
"Dodit sudah masuk ke ruangannya," Jawabnya, Raihan masih terpaku melihat kecantikan Naya, rasanya Aura Naya sungguh lain, walau ia memang selalu cantik bagi Raihan. Namun untuk Naya yang sekarang ada di hadapannya, terlihat lebih cantik.
"Naya? Aku senang bisa melihat mu lagi, kenapa kau tidak sering-sering datang ke kantor, Orang-orang pasti juga merindukan mu." Ucap Raihan
"Ke kantor, mau apa Raihan? Tidak ada yang bisa ku kerjakan disini." Ucap Naya, yang malah mengobrol dengan Raihan hingga sejenak melupakan tujuannya ke kantor itu.
Disisi lain Arjuna terus menghubungi ponsel Naya, tapi tidak di angkat, ia pun memutuskan untuk menghubungi telfon rumahnya, ia menanyakan pada pelayan yang menerima panggilan telfon tersebut jika Naya lah yang tengah mengantarnya sudah lebih dari setengah jam yang lalu.
Arjuna menutup panggilan telfonnya dan masih berusaha menghubungi Naya.
"Aahh brengsek! Dimana sih budak itu? Bikin kesal saja?" Ia pun beranjak dari kursinya dan segera berjalan keluar.
"Bos!" Seru asisten pribadinya, membuat Arjuna menoleh.
"Anda mau kemana? Kita harus Meeting hari ini." Ucap Rian.
"Aku tau, tapi istri ku belum datang, bahan proyeknya tertinggal di rumah, dan dia sedang mengantarnya." Tuturnya.
"Oh.. Berati benar wanita yang ku lihat tadi tengah mengobrol dengan Raihan adalah ibu Naya." Ucapnya.
"Ibu Naya tengah mengobrol dengan Raihan? Dimana?" tanya Arjuna.
"Di loby lantai satu, Tuan." Ucap Rian yang lantas membuat Arjuna melenggang pergi.
"Kok Tuan Dirgantara raut wajahnya berubah ya?" Gumam yang menyadari wajah Arjuna terlihat kesal.
Lift lantai bawah terbuka. Benar saja, Arjuna melihat Naya yang tengah tertawa sembari menutup mulutnya mengobrol asik dengan Raihan, tangan Arjuna terkepal ia mulai kesal melihat Naya yang masih dekat dengan Raihan, terlebih melihat senyum lepas Naya yang tak pernah di perlihatkannya saat berada di dekatnya, walau itu tak terlalu penting baginya, namun yang lebih membuatnya kesal adalah Naya melupakan tujuannya kemari.
"Istri ku?" Seru Arjuna membuat Naya menoleh cepat.
"Raihan, aku pergi dulu ya." Ucap Naya yang lantas bergegas menemui Arjuna, dan menyerahkannya kepada Juna.
"Kenapa kau yang mengantar bekas ini sayang?" Tanya Arjuna di depan Raihan sembari membelai rambut Naya, "kau pasti sudah rindu aku ya?" sambung Arjuna, yang masih melirik kearah Raihan.
"Emm, tadi supir di rumah sedang pergi jadi aku mengantarnya sendiri, maaf Juna" Ucap Naya.
"Kenapa minta maaf sayang, aku malah senang kau datang. Tapi maaf sayang, kau langsung pulang ya? Aku ada meeting sampai malam soalnya, tidak apa kan?" Ucap Arjuna, Naya pun mengangguk. Baru selangkah Naya melangkah Arjuna menarik lengan Naya dan mencium pipinya membuat Naya terkejut, Raihan pun melebarkan matanya hatinya merasa tersayat melihat kemesraan Naya dan Arjuna di depan matanya sendiri.
"Naya, aku sangat mencintaimu, Hati-hati di jalan ya." Ucap Arjuna yang di balas dengan anggukan kepalan Naya yang tengah memegangi pipinya itu. Biasanya Arjuna hanya berani mencium keningnya, tapi sekarang untuk yang pertama kalinya ia mencium pipi Naya membuat Naya merasa gugup, walaupun ia tau itu hanya sandiwara.
Naya pun melangkah keluar dan sedikit membungkuk pada Raihan.
"Aku pulang ya Raihan." Ucap Naya yang lantas melewatinya sedangkan Raihan hanya membalas senyum kearahnya, ia segerakan berjalan memasuki lift dan membungkuk kearah Arjuna saat dirinya melewati bos tersebut. Sesaat pintu lift itu tertutup Arjuna pun menyeringai.
"Aku tidak akan membiarkan mu dekat lagi dengan Naya." Gumamnya sembari mengepalkan tangannya ia pun menelfon asisten pribadinya untuk turun dan membawa berkas lain yang berada di ruangan kerjanya.
Di salah satu restoran berbintang ia turun dari mobilnya dan berjalan masuk, sesaat ia melihat seorang wanita yang berjalan melewatinya sembari menerima panggilan telfon dengan senyum tersungging di bibirnya yang manis itu, matanya seketika melebar.
"Kinara?" Gumamnya, ia pun berusaha mengejar wanita itu namun sayang wanita itu sudah masuk kedalam mobilnya dan mobil itu pun melaju.
"Aku yakin dia itu Kinara? Dia sudah kembali dari Amsterdam? Kinara ku?" Gumam Arjuna yang mulai berkaca-kaca, ia sangat menyesali saat dirinya tidak bisa menahan wanita itu dan berbicara padanya.
"Bos, ada apa?" tanya Rian yang seketika itu membuat Arjuna terkejut.
"Tidak, tidak apa-apa, ayo kita lanjutkan rencana meeting kita" Ucap Arjuna yang lantas berjalan lebih dulu di depan asisten pribadinya itu.