Suami Pinjaman

Ivan sudah sepenuhnya sadar, Ia memperhatikan bajunya yang basah. Andai ini bukan perbuatan sang Istri sudah tentu Ia akan membuat perhitungan karena sudah membuatnya terlihat kucel.

" Sekarang kamu sudah waras kan, apa kita sudah boleh pulang "

Ivan tersenyum senang sepanjang perjalanan, semua karena keberuntungan nya kali ini. Tidak dengan Andin, tingkah suaminya membuat Andin menjadi takut.

" Tadi tertawa sekarang senyum senyum sendiri, apa dia masih waras "

Tidak terasa mereka tiba di kediaman Haris, Andin melangkah lebih dulu. Ia ingin cepat cepat membersihkan diri dan makan, karena pertemuan mereka gatot tentu makanan yang di pesan pun tidak sama sekali mereka sentuh, Andin hanya meminta para karyawan Resto untuk mengantar semua yang sudah mereka beli pada panti asuhan yang tidak jauh dari tempat itu.

" Ivan, kamu kenapa, kok basah begitu. Apa di luar sedang turun hujan " Tanya Diana, wanita itu bahkan menajamkan pendengaran nya namun tidak terdengar rintik hujan sama sekali.

" Ah ini Bunda tadi ada insiden kecil. Oh ya Bun, Ivan pamit ke atas dulu mau ganti baju "

Diana mengangguk setuju

Andin sudah selesai membersihkan diri, Ia keluar dengan pakaian yang sudah rapi. Kehadiran Andin sontak membuat Ivan kembali tertawa meskipun tidak separah sebelumnya.

" Van, kamu kenapa sih. Kamu seperti itu hanya buat aku takut saja, tahu nggak sih kamu "

Ivan menghentikan tawanya, Ia tidak akan mungkin membuat pujaan hatinya itu takut padanya apalagi menjauhinya.

" Maaf, aku tidak bermaksud membuat mu takut. "

Kesadaran nya sudah pulih sepenuhnya.

" Lalu apa yang membuatmu tertawa sampai seperti tadi "

Ivan mendekat dan duduk di samping Istrinya.

" Sayang! tahu nggak, sebenarnya tadi itu aku menertawakan nasib Pria itu. Dia sampai malu sendiri karena Istriku yang cantik ini mampu melawannya walau tanpa kekerasan. Eh sayang, kamu dapat kekuatan samson wati dari mana sih, aku tadi sempat khawatir kamu akan nangis nangis bombay, eh ternyata aku salah besar "

Andin akhirnya tahu apa yang menjadi penyebab suaminya tertawa seperti orang yang kesurupan, sebenarnya tadi Ia juga ingin tertawa apalagi melihat Tuan Alexander hampir saja menabrak mobilnya sendiri yang sedang parkir.

Sebenarnya Andin sangat senang apalagi suaminya itu membubuhkan kata kata sayang, seperti biasa selalu ada kuncup yang tiba-tiba ingin mekar namun kemudian layu kembali.

" Apa kamu tidak marah karena kerja samanya batal, apa kamu tidak akan mengalami kerugian " Tanya Andin memastikan.

Andin juga seorang kantoran tentu Ia tahu hal semacam itu pasti ada konsekuensi nya.

" Bukankah Istriku ini sudah mengatakan lebih baik tidak bekerja dengan orang yang tidak berkopenten, kalau kerugian sih pasti ada tapi tidak masalah sayang, tinggal bayar pinalti dan beres, bukankah rezeki sudah ada yang atur "

Melihat sikap santai sang suami membuat Andin sedikit lega, Ia sudah membuat bisnis suaminya kacau balau. Tapi Ia juga tidak sepenuhnya menyalahkan diri sendiri, untung saja malam ini dia ikut, setidaknya Ia bisa menghindari suaminya dari perbuatan buruk.

" Alhamdulillah kalau gitu. Ya sudah Van, sekarang kamu mandi dan ganti pakaian, aku akan turun ke bawah menyiapkan makan malam untuk kita. Bukankah tadi kita tidak jadi makan malam, makanannya mau di bawa kemari apa di bawah saja "

Ingin rasanya Ivan melompat kegirangan mendapatkan perhatian seperti itu namun sebisa mungkin Ia tahan, takut membuat Andin berpikir macam macam lagi tentangnya.

" Kita makan di bawah saja sayang, aku akan langsung turun setelah selesai membersihkan diri " Senyum manisnya mengembang sempurna.

Ivan baru bisa mengekspresikan kebahagiaan nya setelah Andin tak lagi nampak olehnya.

" Yeh yeh asyik asyik dapat perhatian " Sorak Ivan.

Tingkahnya benar-benar lucu, seperti anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru dari orang tuanya. Bergegas Ia melanjutkan aktivitas nya, Ia tidak mau kalau sampai sang Istri terlalu lama menunggu.

...----------------...

Hari ini adalah bulan ke dua pernikahan mereka, hubungan keduanya sudah banyak perkembangan. Ivan bahkan sudah memboyong Andin ke rumah baru mereka, Diana dan juga Haris hanya bisa menyetujui itu meski sempat menolak dengan alasan sunyi kalau anak dan menantunya pindah rumah.

Keduanya luluh ketika mendengar penjelasan Ivan dan hal itu sungguh sangat di nantikan keduanya.

Di balkon rumah mewah itu Andin memandangi bulan, Ya malam ini adalah bukan purnama yang nampak sangat indah menurutnya. Angin yang berhembus menerpa kulit nya membuatnya mulai kedinginan. Ia meniup niup tangannya sendiri untuk meminimalisir rasa dingin yang menerpa.

" Sayang, ayo masuk. Udara malam sudah sangat dingin, aku takut kamu nanti sakit kalau terlalu lama disini "

Perhatian Ivan selama ini sudah menumbuhkan rasa cinta di hati Andin, perlahan Ia mulai bisa menerima kehadiran Pria itu.

Melihat Andin yang masih asyik memandang bulan Ivan mulai gemes, apalagi angin yang berhembus pelan menerbangkan rambut panjang Istrinya itu, membuatnya terlihat semakin cantik.

Ivan langsung memeluknya dan menenggelamkan wajahnya di ceruk Istrinya. Andin mulai merasa geli, ada gelenjar aneh yang Ia rasakan.

Tak tahan seperti itu Ivan mengangkat sang Istri dan meletakkan di pangkuan nya, Andin hanya memandang sangat suami dengan tatapan sayu.

Ivan yang melihat bibir ranum sangat Istri akhirnya tidak dapat menahan diri, di lumatnya bibir itu dengan pelan. Lama lama ******* itu menjadi semakin dalam, Ivan yang merasa tidak ada perlawanan mulai menuntut lebih.

" Kita kedalam ya sayang " Andin mengangguk setuju, Ia membenamkan wajahnya di dada bidang suaminya.

Setelah meletakkan Istrinya di atas ranjang Ivan mulai melanjutkan aksinya perlahan tapi pasti, entah keberuntungan apa yang Ia punya hari ini Istrinya itu membalas ciumannya. Sungguh senang luar biasa, gayung bersambut begitulah menurut Ivan.

Ciuman yang awalnya biasa kini menjadi *******, bahkan Ivan mulai memberanikan diri mencoba yang lain. Merasa tidak ada penolakan tentu membuat Ivan semakin menggebu-gebu, Ia mulai menyentuh beberapa titik sensitif sang Istri. Keduanya larut dalam gelora yang sudah tak tertahan lagi.

Ivan akhirnya meminta izin pada Istrinya untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami sesungguhnya, Andin hanya mengangguk sebagai tanda bahwa Ia sudah siap menjadi Istri seutuhnya untuk suaminya.

Mereka melewati malam panjang itu dengan penuh kebahagiaan, Ivan memperlakukan Andin dengan begitu lembut sehingga wanita itu merasa nyaman, meski harus beberapa kali tertahan akhirnya mereka mencapai puncak kenikmatan berdua. Malam yang akan mereka kenang hingga hari tua nanti ( Maaf ya kikuk kikuk nya di skip ya, soalnya ada si uhuk yang baca)

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Andin terbangun ketika cahaya matahari menyilaukan mata, Ia mengerjapkan matanya pelan sebelum akhirnya tersadar sepenuhnya.

" Astagfirullah " Andin terkejut ketika melihat jarum jam yang melingkar di tangannya.

" Jam sebelas " Pekiknya.

Ia menatap sekeliling, wajahnya merona malu ketika melihat kondisi kamar yang berantakan, Ia teringat kejadian beberapa jam lalu ketika Ia menyerah kan semuanya pada sang suami. Wajah itu bertambah merona ketika melihat sang suami menatap penuh cinta padanya.