NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Dengan Kakak Mantan

Terpaksa Menikah Dengan Kakak Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:853.3k
Nilai: 4.9
Nama Author: Mommy Ghina

Kekhilafan satu malam, membuat Shanum hamil. Ya, ia hamil setelah melakukan hal terlarang yang seharusnya tidak boleh dilakukan dalam agama sebelum ia dan kekasihnya menikah. Kekasihnya berhasil merayu hingga membuat Shanum terlena, dan berjanji akan menikahinya.

Namun sayangnya, di saat hari pernikahan tiba. Renaldi tidak datang, yang datang hanyalah Ervan—kakaknya. Yang mengatakan jika adiknya tidak bisa menikahinya dan memberikan uang 100 juta sebagai ganti rugi. Shanum marah dan kecewa!

Yang lebih menyakitkan lagi, ibu Shanum kena serangan jantung! Semakin sakit hati Shanum.

“Aku memang perempuan bodoh! Tapi aku akan tetap menuntut tanggung jawab dari anak majikan ayahku!”



Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22. Hal Yang Tak Terduga

“Kak Ervan, kamu ke mana sih? Pergi gitu aja dari klinik. Aku sampai panik, mama dab papa nanya. Kamu nggak pamit sama sekali ...” Suara Meidina terdengar manja dan kesal bercampur jadi satu.

“Aku ada urusan di kantor, sangat urgent,” jawab Ervan singkat. Tatapannya melirik ke arah Shanum yang kini menyeringai penuh ejekan.

“Urusan apa sih? Sama siapa? Kok kamu tiba-tiba pergi, aku jadi ... ya, cemas.”

“Jangan tanya. Aku akan kembali nanti malam. Kita makan malam di tempat biasa.” Ervan menutup telepon sebelum Meidina sempat merengek lebih lama. Ia mendengus, lalu memijat pelipisnya.

Shanum tertawa kecut. “Wah, Pak Ervan sangat sibuk ya. Satu sisi harus jaga citra keluarga, satu sisi lagi calon istrinya butuh perhatian. Dan Shanum? Harus menahan semua ketegangan tanpa boleh protes.”

Ervan menatap Shanum tajam. “Saya tidak butuh penilaian kamu.”

“Sayangnya Shanum sudah terlibat terlalu dalam, Pak. Saya bukan boneka. Shanum bukan ‘sesuatu’ yang bisa ditaruh di lemari lalu diambil saat dibutuhkan.”

“Lalu kamu mau apa?” tanya Ervan tajam. “Kabur? Cerai? Langgar kontrak yang kamu tandatangani sendiri?”

Shanum tersenyum miring. “Shanum akan bertahan. Tapi tidak untuk Bapak. Untuk diri Shanum sendiri. Shanum tidak akan izinkan Bapak—atau siapa pun—mengendalikan saya dengan dalih pernikahan yang tidak dianggap ini.”

Ervan mendekat, wajahnya hanya sejengkal dari Shanum. Tapi kali ini, tidak ada ketegangan romantis seperti dalam film. Yang ada hanya dua manusia yang saling menantang, saling ingin membuktikan siapa yang lebih kuat.

“Kamu boleh benci saya. Tapi jangan pernah permalukan saya di depan orang lain. Itu saja.”

Shanum mengangguk pelan, lalu berbisik, “Kita lihat siapa yang duluan mempermalukan siapa.”

Ervan mengepalkan tangan, lalu berbalik menuju balkon. Ia butuh udara. Butuh ruang. Tapi sebelum sempat membuka pintu kaca, suara Shanum kembali terdengar di belakangnya, lirih namun tajam.

“Dan tolong, Pak ... mulai besok, jangan datang-datang lagi mencari Shanum. Shanum takut ... panci-panci Shanum bisa meledak melihat wajah Bapak.”

Shanum berdiri. Dengan dagu terangkat dan langkah tegap, ia menuju pintu penthouse tanpa melirik ke belakang sedikit pun. Baginya, pembicaraan selesai. Tidak ada lagi yang perlu dibahas. Tidak ada yang perlu dipertahankan.

Namun langkahnya baru sampai di ambang pintu ketika suara berat Ervan kembali menginterupsi.

“Kamu mau ke mana?”

Shanum tidak menjawab. Ia hanya memutar kenop pintu. Tapi belum sempat membukanya, sebuah tangan kekar menarik lengannya dengan cepat dan tiba-tiba tubuh mungilnya terhempas kembali ke sofa empuk di tengah ruangan.

“HENTIKAN, PAK ERVAN!” bentaknya, suara nyaring menggetarkan ruangan.

“Jangan pernah kabur dari pembicaraan, Shanum!” Suara Ervan menggema, matanya memerah karena emosi yang belum reda.

Namun sedetik kemudian, suasana berubah drastis.

Shanum terdiam, wajahnya menegang. Ia menggigit bibir bawahnya, tangan kanannya refleks memegang perut bagian bawah. Matanya meredup, dan wajahnya mulai pucat.

“Sha ....” Suaranya lirih, nyaris tak terdengar. “Perut Sha ... sakit ....”

Ervan yang masih berdiri tegak seketika menunduk. “Apa?”

Shanum mendesah, napasnya mulai pendek-pendek, keringat dingin merembes di pelipisnya. “Sakit ... perut Shanum ... ada yang nggak beres.”

Detik itu juga, dada Ervan serasa dipukul palu godam. Matanya membulat, lalu beralih ke arah perut istrinya—yang sedang mengandung. Bodoh! umpatnya dalam hati. Bagaimana bisa aku lupa dia sedang hamil?!

“Shanum? Shanum!” Ia merunduk, mencoba menahan tubuh Shanum yang mulai gemetar. “Sakitnya seperti apa? Perut bagian mana?”

Shanum menggeleng dengan napas terengah. “Bagian bawah ... seperti ditusuk-tusuk ... Shanum ... nggak tahu... ini normal atau—”

“Kita ke rumah sakit sekarang!” tegas Ervan, tanpa berpikir panjang.

Ia langsung membungkuk, lalu mengangkat tubuh Shanum dalam pelukannya. Gadis itu tidak menolak, terlalu kesakitan untuk melawan. Matanya tertutup, keningnya berkerut menahan nyeri yang menjalar dari perut ke seluruh tubuh.

“Rian!!” Ervan berteriak begitu pintu lift terbuka.

Sopir pribadinya yang masih menunggu di lobby langsung bangkit dari duduknya. “Ya, Pak?!”

“Ambil mobil. Sekarang. Ke rumah sakit terdekat. Cepat!”

 

...***...

Di dalam mobil, suasana begitu tegang. Tidak ada suara selain deru mesin dan desahan lemah Shanum yang masih tergolek di pangkuan Ervan.

“Bertahan, Sha. Kita hampir sampai,” bisik Ervan, jemarinya menyeka keringat dari wajah istrinya yang mulai pucat pasi.

“Sa—sakit,” ucap Shanum lirih, matanya masih terpejam.

“Diam. Fokus bernapas. Jangan banyak bicara.” Suara Ervan gemetar. Ia sendiri masih mencoba menenangkan diri, tapi jantungnya berdetak tak karuan. Ia bahkan tidak sadar kalau tangannya tak berhenti menggenggam jemari Shanum erat-erat.

Di benaknya, wajah Meidina, keluarganya, perjanjian yang ia buat bersama Shanum—semuanya buyar. Yang tersisa hanya satu hal: Shanum harus selamat. Dan tidak terjadi apa pun pada kandungannya.

***

Begitu tiba di rumah sakit, perawat langsung menyambut dengan tandu darurat. Ervan menggendong Shanum hingga ke pintu IGD, lalu menyerahkannya pada tim medis.

“Saudara saya sedang hamil! Dia mengeluh sakit perut bagian bawah!” katanya cepat.

“Pak, mohon tunggu di luar,” ucap salah satu perawat.

Ervan mengangguk, meskipun hatinya memberontak, entah mengapa ingin terus mendampingi. Ia melangkah mundur perlahan, lalu berdiri kaku di depan pintu ruang tindakan. Rian berdiri tak jauh darinya, memegang map dan ponsel, menunggu instruksi.

Ervan mengacak rambutnya, wajahnya tegang. Untuk pertama kalinya, ia merasakan ketakutan yang tak bisa dijelaskan. Bukan karena reputasi, bukan karena citra keluarga—tapi karena seseorang yang mungkin berarti lebih dari yang ia akui pada dirinya sendiri.

Beberapa menit kemudian, seorang dokter wanita muda keluar dari ruang tindakan. Wajahnya tenang, tapi penuh kewaspadaan.

“Dengan Pak Ervan?”

“Ya, saya.”

“Nama saya dr. Karina. Saya menangani saudara Bapak. Untuk sementara, kami sudah memberikan obat penghilang nyeri dan sedang observasi dengan alat USG. Tapi kami butuh pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan apakah ini hanya kontraksi ringan atau ada indikasi keguguran.”

Ervan menelan ludah. “Keguguran?”

“Masih terlalu dini untuk menyimpulkan. Kami akan pantau selama beberapa jam ke depan. Sementara itu, saudara Bapak harus bed rest total.”

“Boleh saya melihatnya sekarang?”

“Silakan. Tapi jangan terlalu banyak berbicara atau membuatnya emosional.”

Ervan mengangguk, lalu berjalan cepat ke ruang perawatan. Begitu membuka pintu, ia menemukan Shanum berbaring lemah di ranjang, dengan selang infus di tangan dan monitor detak jantung kecil di samping ranjangnya.

Wajah itu tetap cantik, meski pucat. Matanya terbuka sedikit saat mendengar pintu dibuka.

 

Bersambung ...

1
Anonymous
Maunya ttp d sini mommy❤️❤️
Mulaini
Sudah bersalah masih aja mengelak Meidina dan seharusnya kamu itu sadar.
Kimo Miko
tidak berniat nyakiti ervan tapi nyakiti shanum. sama aja boong mpok. sekarang nyesel ya ....
Kimmy Doankz
semoga orang tua meidina,bisa menerima keputusan hukum meidina kelak,,dan jika sudah kembali ke Jakarta, semoga tidak ada lagi konflik,dan Reinaldi bisa menerima shanum sebagai iparnya dengan lapang dada
Love 💞💞💞
nyesek bgt sh jadi shanum😭😭😭
Love 💞💞💞
ya lord sampe disini aku pun menangis 😭😭😭😭😭
Diah Anggraini
lanjut ya ka
Kimo Miko
maksuuudnya...???? kehilangan klinik maksude piye? klinik itu kan punya ervan cantiiikk ( katanya ) kamu cuman domfleng tidak ada andil modal gitu loh say. modal pyur ervan semua. kok..
you bisa bilang kehilangan klinik gitu loh
ᝯׁ֒hׁׅ֮ᨵׁׅׅꫀׁׅܻ݊ᥣׁׅ֪ꫀׁׅܻ݊
pak latif thor🤭
Mommy Ghina: eh iya ada typo
total 1 replies
anonim
benar tuh bu Diba - bu Eliza memiliki dendam dan ingin mencelakakan Shanum - tapi keburu putrinya menusuk Ervan salah target - targetnya menantumu bu Diba
Herman Lim
novel baru kah ne kak terbit dimn ne
Mommy Ghina: di D r e a m e Kak
total 1 replies
Aprisya
wah asyeeek ada karya baru,, semoga tetep stenbay di NT ya mom
Teh Euis Tea
launcing di mana mam? mudah"an disini ya🥰
Kimo Miko
begitulah orang kalau gak punya rasa syukur dan gak mau menerima takdirnya yang tidak berjodoh dengan ervan. ujung ujungnya yg diandalkan emosi sesaat dan berakhir di hotel prodeo. dengan mengingat kilas balik meidina karena atm berjalannya lepas , kliniknya kabur ditarik oleh ervan kembali. dan dari awal niatnya sudah gak tulus
Kimo Miko
tuh orang yang kepalanya selalu ingin dibenarkan gak mau salah dan sombong itu seperti bu eliza . Dikasih info malah nuduh minta transferan. lihat kejadian lewat dosial medis jekangkang. rasain klo punya pikiran buruk
anonim
putrimu mau membunuh Shanum yang sedang mengandung lho bu Eliza.
Dua nyawa melayang kalau Ervan tidak melindungi Shanum. Mesti diadili dengan adil di hukum yang pantas tuh Meidina berikut duo temannya yang main sosmed siarkan langsung peristiwanya.
Kimo Miko
kenapa perjalanan shanum dan ervan berliku seperti huruf S sih thor. hurufS nya aja kalau jalannya datar sih mending lah ini sudah huruf S naik turun gunung. sabar sabar....
anonim
Meidina biar jera ya mesti dapat hukuman. Sudah dua kali berulah yang ketiga kalinya tidak menutup kemungkinan lebih parah nanti
Naufal Affiq
lanjut mommy,seru ceritanya
Nur
𝑘𝑎𝑟𝑦𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑢𝑛𝑦𝑎 𝑟𝑖𝑙𝑖𝑠 𝑑𝑖 𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑀𝑜𝑚𝑚𝑦? 𝑑𝑖𝑠𝑖𝑛𝑖 𝑎𝑡𝑎𝑢
Mommy Ghina: di k u d a poni Kak Nur
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!