Seorang wanita bernama Tania dijodohkan dengan teman masa kecilnya bernama Ikrar Abraham. Mereka berdua sama - sama saling mencintai. Namun, mereka mulai terpisah saat Ikrar melanjutkan pendidikannya di luar negri.
Saudara tiri Tania yang menginginkan semua milik Tania termasuk Ikrar, lelaki yang dijodohkan Tania, berusaha memisahkan mereka berdua. Bahkan demi melancarkan niat jahatnya itu. Ia dan ibunya mengusir Tania dari Rumah besarnya.
Saat Ikrar kembali untuk menikahi Tania, ia sudah tidak mendapatkan Tania di rumah besar keluarga Tania. Demi perjodohan antar keluarga, Ikrar harus bertunangan dengan Belinda, saudara tiri Tania.
Sementara Tania kini hidup sebagai wanita miskin yang tidak punya apa - apa.
Untuk mendapatkan uang biaya hidupnya, ia harus bekerja apa saja bahkan ia rela mengubah penampilannya menjadi wanita culun saat mulai bekerja sebagai asisten Ikrar. Tidak sampai disitu saja, Ikrar bahkan sering menghina dirinya sebagai wanita bodoh, pengganggu dan wanita penggoda.
Apa yang sebenarnya terjadi pada Tania sampai ia harus menyembunyikan jati dirinya dari semua orang?
Apa yang akan dilakukan Ikrar saat ia tahu kalau wanita yang sering ia hina adalah wanita yang sangat ia cintai?
Simak yuk.
IG: @dewimutiawitular922
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Mutia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22 Aku sudah lelah
Adelia dan Nerissa menghampiri mereka, mencoba menghentikan keributan yang dilakukan Belinda.
“Bel, sebenarnya apa yang terjadi. Kenapa kalian ribut – ribut disini?” tanya Adelia.
“Bibi ... aku melihat wanita murahan ini berusaha mendekati Kak Ar di dalam, bahkan dia berani mengabaikanku tadi!” kata Belinda dengan suaranya yang terdengar pelan. Ia bahkan menunjukkan wajah kasihannya di depan Adelia.
“Kau pasti salah paham, Nak. Tania wanita yang baik kok!”jawab Adelia.
“Tidak bibi. Aku tidak salah paham. Aku melihatnya sendiri. Dia mendekati Kak Ar. Tadi dia datang bersama Axel, sekarang mendekati Kak Ar. Apa bibi tidak tahu kalau dia sengaja melakukannya untuk menggait mereka semua. Dia datang kesini memang sengaja untuk mencari pria yang kaya bibi. Apalagi bibi baru mengenalnya tadi, kan? Itu hanya tipuan supaya bibi menyukainya!” kata Belinda serius.
“Belinda cukup!” teriak Ikrar yang membuat Belinda langsung diam. “Kau sudah bicara terlalu banyak. Apa begini sifat aslimu? Kau selalu bersikap lembut di depanku. Kenapa sekarang kau berteriak keras dan menghancurkan ulang tahun ibu?” lanjut Ikar yang tidak tahan mendengar ocehan Belinda. Ia merasakan hatinya ikut terluka saat mendengar Belinda menghina Tania sampai Ikrar tidak sadar kalau ia sedang membentak dan memarahi Belinda di depan banyak orang.
“Ikrar, kenapa kau memarahi tunanganmu. Apa yang dia katakan memang benar? Wanita ini memang wanita murahan yang berusaha mendekati kalian karena uang!” sahut Nerissa yang ikut menghina Tania.
Itu karena ia memang sejak tadi tidak suka dengan Tania dekat dengan anaknya.
Nerissa berjalan mendekati Tania, kemudian berkata: “Dan kau, pergilah dari sini. Kau hanya membuat pestanya semakin kacau. Wanita miskin sepertimu tidak diterima disini!”
Tania sudah tidak tahan dengan semua kata – kata penghinaan yang ditujukan padanya. Ia berjalan mundur beberapa langkah ke belakang sambil menatap mereka dengan pandangan sedihnya, kemudian membalikkan badannya dan berlari meninggalkan pestanya dengan hati yang sedih dan terluka.
“Tania, tunggu!” kata Axel yang ingin mengejar Tania, namun seketika tangannya di pegang Nyonya Nerissa.
“Kalau kau pergi. Ibu akan mengirimmu kembali ke luar negri!” ancam Nyonya Nerissa.
“Risa, dia juga tamu disini. Kenapa kau harus mengusirnya? Dan berhentilah membeda – bedakan orang dari statusnya. Dia wanita yang disukai anakmu. Kenapa kau masih saja melihat orang dari penampilan luarnya?” sahut Adelia dengan tegas bicara pada Nerissa.
“Apa kakak tidak bisa lihat? Gara – gara dia, anak – anak kita bertengkar, dan pestanya juga kacau karena dia. Bagaimana bisa kakak membelanya begitu saja?” kata Nerissa marah.
“Tapi, kau tidak perlu berkata kasar begitu. Apa kau tidak menghargaiku?” kata Adelia yang terlihat marah dengan Nerissa.
“Iya, aku minta maaf!” balas Nyonya Nerissa.
Adelia menghela nafasnya dengan kasar, kemudian melihat ke arah Belinda dan Ikrar.
“Belinda, bibi benar – benar tidak menyangka kalau kau menyelesaikan masalahmu dengan cara seperti ini!” kata Adelia menggeleng – gelengkan kepalanya melihat Belinda.
Adelia tidak menyangka kalau Belinda bisa bicara sekasar itu pada orang, karena seperti yang dibilang Ikrar kalau Belinda selalu menunjukkan sikap lembutnya pada mereka semua. Baru kali ini Belinda menunjukkan sikap kasarnya yang menghina orang lain.
Saat itu, Belinda diam menundukkan kepala, mendengar Adelia memarahinya. Ia kaget dan baru sadar kalau ia sudah memperlihatkan sifat arogannya yang selama ini ia sembunyikan.
Setelah bicara pada Belinda dan Nerissa, Adelia pun meninggalkan tempatnya dengan ekspresi amarahnya.
***
Sementara kini Tania tengah berjalan sendiri di jalanan sepi untuk kembali ke rumahnya. Wajahnya dipenuhi dengan kesedihan. Hatinya sangat perih. Rasanya ada yang mengiris – ngiris dadanya, karena rasa sakit yang ia rasakan.
Ia berjalan pelan dibawah guyuran hujan, menangis mengingat kejadian tadi di Rumah Keluarga Abraham. Tadinya ia berusaha untuk menahan tangisannya agar orang – orang tidak melihat dirinya yang menangis, namun, karena hujan deras membuatnya mengeluarkan tangisannya. Hujan itu tidak membuat orang di jalan tahu kalau ia sedang menangis.
Tiba – tiba ponsel Tania berdering yang membuat Tania langsung kaget. Ia mengambil ponsel di tasnya, kemudian ia angkat panggilan dari kakak angkatnya itu.
Saat itu, Galang bicara menanyakan Tania dimana? Galang menyadari kalau Tania sedang mengalami masalah ketika ia mendengar suara Tania yang gemetar. Galang pun menyuruh menunggunya di tempatnya itu sampai ia datang menjemputnya. Tania mengiyakan keinginan Galang.
Tania pun berjalan ke bawah pohon besar untuk menunggu Galang di sana, sekaligus berteduh dari air hujan yang semakin deras. Ia berjongkok di bawah pohon menunggu kedatangan Galang, dan sesekali ia menghapus air matanya yang terus jatuh di kedua pipinya.
Beberapa menit kemudian, sebuah taksi berhenti di depannya. Galang yang berada di dalam taksi itu, segera keluar sambil memegang payung di tangannya. Ia berlari menghampiri Tania yang masih berjongkok di bawah pohon. Ia berdiri di depan Tania dengan payung yang ia letakkan diatas kepala Tania.
Tania mendongakkan kepalanya melihat Galang yang berdiri di hadapannya. “Kakak!” Ia menatap Galang dengan tatapan sedih, kemudian berdiri berhadapan dengan Galang.
“Apa yang terjadi padamu, Tania? Kenapa kau sampai basah kuyup begini?” tanya Galang mengerutkan keningnya sambil memegang bahu Tania.
Galang tidak menyadari air mata yang jatuh di pipi Tania. Air hujan yang membasahi seluruh tubuh Tania membuat Galang tidak bisa membedakan antara air mata atau air hujan yang sudah membasahi wajah Tania.
Namun, ia tetap merasa ada yang terjadi pada Tania melihat keadaan Tania sekarang.
“Tania apa yang terjadi padamu?” tanya Galang kembali.
Tania yang kembali mendengar pertanyaan Galang, langsung memeluk tubuh Galang, dan ia menangis di pelukan kakak angkatnya itu.
“Tenanglah. Aku disini. Tidak ada yang akan menyakiti mu lagi. Tenanglah Tania!” kata Galang yang membalas pelukan Tania, menenangkan hatinya.
“Kakak ... aku sudah lelah. Hiks ... hiks ... hiks. Kenapa tuhan tidak bisa membiarkanku hidup damai. Kenapa? Aku hanya ingin hidup damai kak. Aku sudah lelah. Hiks ... hiks ... hiks!” kata Tania sambil menangis di pelukan Galang.
“Iya, Tania. Kita pasti akan hidup damai dan tenang. Aku tidak akan membiarkan mereka mengusik hidupmu lagi. Hem!” balas Galang yang semakin memeluk erat wanita yang selama ini ia cintai.
“Aku tidak menginginkan apapun. Aku hanya ingin tenang kak!” kata Tania yang kembali mengeluh di depan Galang, melampiaskan semua rasa sakit di hatinya.
“Iya, aku tahu. Mulai sekarang aku tidak akan membiarkan masa lalu datang mengganggumu. Kita akan pulang ke rumah Tania. Kita akan pulang, Tania!” ucap Galang mengelus punggung Tania.
Dari tangisan dan keluhan Tania, Galang bisa tahu kalau kesedihan dan tangisannya itu berhubungan dengan masa lalunya yang kembali mengusik kehidupannya.
Galang pun segera membawa Tania masuk ke dalam taksi menuju rumahnya. Setelah satu jam, mereka telah sampai di depan rumah kontrakan Ibu Kristin.
Galang turun dari taksi bersama Tania. Galang langsung menggendong tubuh Tania yang terlihat lemah dan tidak berdaya. Ia berjalan masuk ke dalam rumahnya, kemudian meletakkan tubuh Tania di atas tempat tidurnya.
Nyonya Kristin masuk ke dalam kamar Tania ketika ia tahu kedatangan mereka. Ia terlihat khawatir dengan keadaan Tania, namun Tania menyakinkan ibu angkatnya, kalau ia baik – baik saja sampai akhirnya Nyonya Kristin tidak merasa khawatir lagi.
.
.
.
Bersambung
.
Tenang sayang, kalungnya jatuh di tangan yang tepat kok. Tunggu ajah episode selanjutnya.
.