Dunia Kultivator adalah dunia yang sangat Kejam dan Keras. Dimana yang kuat akan berkuasa dan yang lemah akan ditindas. Tidak ada belas kasihan, siapapun kamu jika kamu lemah maka hanya ada satu kata untukmu yaitu "Mati".
Dunia yang dipenuhi dengan Keserakahan dan Keputusasaan. Dewa, Iblis, Siluman, Monster, Manusia, dan ras-ras lainnya, semuanya bergantung pada kekuatan. Jika kamu tidak ingin mati maka jadilah yang "Terkuat".
Dunia yang dihuni oleh para Predator yang siap memangsa Buruannya. Tidak ada tempat untuk kabur, apalagi bersembunyi. Jika kamu mati, maka itu sudah menjadi takdirmu karena kamu "Lemah".
Rayzen, salah satu pangeran dari kekaisaran Awan putih, terlahir dengan kekosongan bakat. Hal itu tentunya membuat Ia tidak bisa berkultivasi. Ia dicap sebagai seorang sampah yang tidak layak untuk hidup. Banyak dari saudara-saudaranya yang ingin membunuhnya.
Tetapi tanpa diketahui oleh siapapun, Reyzen ternyata memiliki keberuntungan yang membawanya menuju puncak "Kekuatan".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RantauL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19. Satu Tebasan
Yue Che terlempar sangat jauh, menabrak pohon besar yang belum terkena efek ledakan itu. Pedang Kera Titan terlepas, menancap tepat didepannya. Energi miliknya sudah habis, ia tidak bisa lagi menggerakkan seluruh tubuhnya. Perlahan kesadarannya mulai menghilang.
Sementara itu, disisi lain serigala itu mundur beberapa langkah. Dia memuntahkan seteguk darah segar. Jika saja serangan itu dilakukan oleh orang yang lebih kuat, mungkin ia akan terluka cukup parah.
"Sial.., Aku terlalu meremehkannya." batin serigala itu. Ia lalu berlari mendekati Yue Che yang sudah tidak berdaya.
"Hahaha.., sudah kukatakan, manusia itu lemah. Matilah kau manusia bodoh..," Serigala itu mengangkat tubuh Yue Che—mencekiknya. Yue Che tidak bergerak, matanya sayu menatap serigala itu.
"Apakah ini akhir dari hidupku? Heh.., sial sekali. Selamat tinggal ayah, ibu, semuanya." batinnya.
Slasss...
Sebuah kilatan cahaya keemasan memotong tangan serigala, membuat tubuh Yue Che terjatuh kebawah.
Bukkk...
Tak berhenti disitu, sebuah tinju yang sangat kuat mengenai dada serigala itu, membuatnya terpental ratusan meter, lalu berhenti setelah menabrak beberapa pohon.
"Kau tidak apa-apa nona?" tanya seorang pemuda berwajah tampan kearah Yue Che.
Yue Che terkejut melihat kedatangan pemuda didepannya. Ia sangat bersyukur masih diberikan kesempatan untuk hidup. Ia mencoba mengangguk tetapi tidak bisa. Seluruh tubuhnya sudah mati rasa. Ia bahkan sudah tidak bisa berpikir apa yang sebenarnya sedang terjadi.
"Bolehkah aku meminjam pedangmu nona?" tanya pemuda itu lagi. Melihat Yue Che yang tidak bisa merespon, pemuda itu hanya mengeluarkan senyuman, lalu mengambil pedang Kera Titan disebelahnya.
Pemuda itu adalah Ray Zen. Ia yang dari tadi memerhatikan jalannya pertarungan sangat takjub dengan semangat pantang menyerah yang dilakukan oleh Yue Che. Itu sebabnya saat serigala itu ingin membunuh Yue Che, Ray Zen langsung memotong tangan serigala itu dan meninjunya.
"Bangsat.., ku bunuh kau..!" teriak serigala itu marah. Dengan kecepatan penuh ia menyerang kearah Ray Zen.
Ray Zen tetap tenang, dengan pelan ia mengayunkan pedang Kera Titan ditangannya, lalu berkata,
"Tebasan Titan Pengacau."
Kembali kilatan besar berbentuk sabit dengan warna oren cerah tercipta. Kilatan itu bahkan mengeluarkan aura yang lebih kuat, dan bergerak lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Serigala tidak bisa menghindar, dengan cepat ia melindungi tubuhnya.
"Pertahanan Serigala Kabut." ucapnya. Terbentuklah sebuah pelindung transparan berwarna kelabu yang menutupi tubuhnya.
Slasss...
Tetapi sayang, pelindung yang dibuat oleh serigala itu tidak mampu menahan serangan yang dilepaskan oleh Ray Zen. Kilatan cahaya milik Ray Zen tetap memotong tubuhnya menjadi 2 bagian. Serigala itu hanya menatap tak percaya dengan pemuda didepannya. Dia yang merupakan binatang buas ratusan ribu tahun, mati hanya dengan satu tebasan dari pemuda yang masih sangat muda.
"Sa.., satu tebasan." ucap Yue Che kagum melihat Ray Zen, sebelum akhirnya ia benar-benar kehilangan kesadarannya.
"Bangkitlah..," ucap Ray Zen kepada tubuh serigala didepannya. Serigala itu lalu bangkit dalam bentuk bayangan dengan aura dan kekuatan yang lebih menakutkan.
"Hormat hamba tuan." ucapnya sambil berlutut. "Mulai sekarang namamu adalah Wolf." balas Ray Zen. Serigala itu lalu menghilang masuk kedalam bayangan Ray Zen.
Puk.. puk.. puk...
Tepukan tangan Han Yu dan Bear terdengar dari belakang Ray Zen. Mereka berdua dibuat takjub dengan kemampuan Ray Zen.
"Kau sungguh luar biasa nak."
"Ia tuan, kau sangat hebat."
Puji Han Yu dan Bear. "Sudahlah kakek Han, Bear, bukan waktunya untuk memujiku. Sekarang ayo kita pergi ketempat binatang buas ratusan ribu tahun selanjutnya." balas Ray Zen.
"Tapi bagaimana dengan wanita ini nak?" tanya Han Yu.
"Biarkan saja dia kakek Han. Sebentar lagi, teman-temannya akan tiba ditempat ini. Mereka pasti akan menolongnya." jawab Ray Zen. Mereka bertiga pun segera meninggalkan tempat itu.
Benar saja, beberapa saat kemudian, sembilan orang dengan aura yang cukup kuat tiba ditempat itu. Mereka semua sangat dikagetkan dengan keadaan hutan, yang telah menjadi gundul tanpa adanya pohon-pohon sedikitpun diarea itu. Mereka lalu memeriksa keadaan sekitar, dan menemukan Yue Che yang tidak sadarkan diri dengan pedang Kera Titan didepannya.
"Yue Che." teriak pemuda berbadan kekar, lalu mendekati tubuh Yue Che.
"Yue Che.., bangunlah, bangun. Guru tolong selamatkan Yue Che guru." lanjutnya panik. Pria paruh baya yang menjadi pemimpin rombongan mereka, kemudian memeriksa keadaan Yue Che.
"Tetua, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Yue Che baik-baik saja." tanya pria berbadan kurus tinggi bernama Wen Di.
"Yue Che baik-baik saja, lukanya tidak begitu parah. Dia hanya pingsan karena kehabisan energi."
"Syukurlah..," ucap beberapa dari mereka, menarik nafas lega.
"Pedang ini adalah pedang Kera Titan. Aku tidak menyangka kalau tuan putri Yue Che yang mewarisinya." lanjut pria paruh baya itu. Sembari mengangkat pedang Kera Titan ditangannya. Mereka semua dibuat takjub dengan aura yang dikeluarkan oleh pedang Kera Titan.
"Tetua Fan, lihat ini!" ucap pria paruh baya lain yang berada cukup jauh dari tempat Yue Che berada. Beberapa dari mereka, termasuk Fan Tu, yang menjadi pemimpin dari rombongan itu, ikut mendatangi pria paruh baya yang memanggilnya.
Saat tiba ditempat itu, mereka melihat tubuh seekor serigala berbentuk manusia dengan kepala serigala, terbelah menjadi dua bagian. Serigala itu sudah tidak bernyawa, dengan kedua matanya yang masih terbuka.
"Ini.., ini Pangeran Serigala Kabut. Binatang buas ratusan ribu tahun." kata Fan Tu terkejut.
"Ratusan ribu tahun?" ucap mereka semua serempak.
"Iya, ini binatang buas ratusan ribu tahun."
"Tapi mengapa binatang buas ini bisa mati disini? Atau mungkinkah..?" tanya wanita muda lainnya yang bernama Yol La.
"Ya.., benar. Serigala ini pasti bertarung dengan putri Yue Che."
"Ha..?" mereka semua membuka mulutnya lebar-lebar, tidak percaya dengan apa yang barusan mereka dengar.
Yue Che bertarung dengan Binatang buas ratusan ribu tahun seorang diri?
Itulah kira-kira pertanyaan yang ada dipikiran mereka.
"Kalau begitu, Yue Che berhasil membunuh binatang buas ini." ucap pria berbadan kekar yang sedang membopong Yue Che.
"Hmm, Benar. Tebasan yang memotong tubuh serigala ini adalah tebasan dari pedang Kera Titan milik putri Yue Che." lanjut Fan Tu menjelaskan.
"Luar biasa..," gumam beberapa diantara mereka bersamaan.
"Sudah kuduga putri Yue Che memang hebat. Bahkan diusianya yang masih belum 15 tahun, dia sudah bisa membunuh binatang buas ratusan ribu tahun seorang diri." ucap seorang pria lain bernama Lat Na kagum. Mereka semua menganggukkan kepala, tanda setuju dengan apa yang baru saja diucapkan Lat Na.
"Sudahlah ayo kita pulang sekarang. Kita sudah mendapatkan harta karun yang sangat melimpah hari ini." ucap Fan Tu lalu memasukkan tubuh dari serigala itu kedalam cincin penyimpanan miliknya. Mereka pun segera meninggalkan tempat itu, pulang menuju istana kekaisaran Awan Oren.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...