NovelToon NovelToon
Tumbuh Di Tanah Terlarang

Tumbuh Di Tanah Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Nikahmuda / Poligami / Duniahiburan / Matabatin
Popularitas:69.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Aruna telah lama terbiasa sendiri. Suaminya, Bagas, adalah fotografer alam liar yang lebih sering hidup di rimba daripada di rumah. Dari hutan hujan tropis hingga pegunungan asing, Bagas terus memburu momen langka untuk dibekukan dalam gambar dan dalam proses itu, perlahan membekukan hatinya sendiri dari sang istri.

Pernikahan mereka meredup. Bukan karena pertengkaran, tapi karena kesunyian yang terlalu lama dipelihara. Aruna, yang menyibukkan diri dengan perkebunan luas dan kecintaannya pada tanaman, mulai merasa seperti perempuan asing di rumahnya sendiri. Hingga datanglah Raka peneliti tanaman muda yang penuh semangat, yang tak sengaja menumbuhkan kembali sesuatu yang sudah lama mati di dalam diri Aruna.

Semua bermula dari diskusi ringan, tawa singkat, lalu hujan deras yang memaksa mereka berteduh berdua di sebuah saung tua. Di sanalah, untuk pertama kalinya, Aruna merasakan hangatnya perhatian… dan dinginnya dosa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TDT 3

"Ini tehnya," ujar Aruna sambil menyodorkan cangkir ke Raka.

"Terima kasih, Bu," ucap Raka, menerima cangkir itu dengan dua tangan.

Setelah duduk sejenak, Aruna pun menawarkan, "Kalau mau sarapan dulu, ada roti dan telur rebus, masih hangat."

Namun Raka menggeleng pelan. "Terima kasih banyak, Bu, tapi saya pikir lebih baik kita langsung ke kebun. Cuacanya sangat bagus pagi ini. Matahari belum terlalu tinggi, jadi kalau ada serangan serangga atau gejala penyakit tanaman, bisa langsung terlihat sebelum tertutup panas."

Aruna mengangguk, tersenyum memahami alasan yang masuk akal. Dalam hati, ia kembali dibuat kagum oleh ketekunan dan perhatian Raka terhadap pekerjaannya. Ada semacam kesegaran dalam semangat itu yang tanpa sadar menyirami sisi-sisi batin Aruna yang telah lama kering.

Mereka bersiap untuk berangkat ke kebun setelah percakapan singkat di beranda. Aruna sempat melirik ke arah garasi, lalu menawarkan, "Mau pakai mobil saya saja? Ada jeep lama di garasi. Lebih cocok untuk ke area kebun, jalurnya agak becek kalau semalam hujan."

Namun Raka segera menggeleng sambil tersenyum. "Terima kasih, Bu, tapi mobil saya sudah terparkir di halaman. Nanti malah repot harus keluarkan mobil dari garasi. Lagi pula, mobil saya cukup tinggi, semoga saja bisa menyesuaikan medannya."

Aruna agak ragu. Ia menatap mobil Raka yang bersih mengilap di bawah sinar pagi. "Tapi... nanti jadi kotor. Kebunnya agak berlumpur kalau habis hujan. Mobil saya sudah biasa dipakai ke sana."

"Tidak apa-apa, Bu. Saya sudah siap. Lagipula mobil saya memang sering saya bawa ke lokasi survei," ujar Raka dengan nada meyakinkan.

Akhirnya Aruna mengangguk, meski dalam hati merasa sedikit tak enak. Mereka berjalan menuju mobil Raka, mobil jeep hitam yang tampak gagah dan elegan. Ketika Aruna duduk di kursi penumpang, ia langsung mencium aroma lembut dari pengharum mobil yang tidak menyengat, seperti perpaduan kayu manis dan citrus.

Interiornya rapi luar biasa. Tidak ada satu pun barang berserakan. Dashboard bersih, jok mobil terawat seperti baru, dan botol air mineral tertata rapi di konsol tengah. Aruna diam-diam menoleh ke Raka yang tengah menyesuaikan sabuk pengamannya. Ada perasaan kagum yang menyeruak tanpa bisa ia cegah.

Dalam hati, ia membandingkan dengan mobil suaminya, Bagas. Mobil yang sering dipenuhi alat-alat kamera, botol kosong, dan bau lembap karena sering dipakai ke lokasi-lokasi ekstrem. Bagas tidak peduli dengan detail seperti ini. Bagi Bagas, mobil hanyalah alat untuk berpindah. Sedangkan Raka... pria ini seolah merawat mobilnya seperti memperlakukan sesuatu yang ia sayangi.

Perjalanan dimulai. Mobil melaju mulus di jalanan yang perlahan menanjak menuju perbukitan. Aruna bersandar, menikmati keheningan di antara mereka, sesekali mencuri pandang ke arah Raka. Ada sesuatu yang hangat dan terjaga dalam cara pria itu membawa dirinya dan mobilnya.

Dan di tengah guncangan lembut kendaraan yang melintasi jalan tanah yang mulai basah, Aruna membiarkan dirinya larut dalam perasaan ringan yang belum pernah ia rasakan sejak lama. Sebuah ketertarikan yang perlahan tumbuh, diam-diam, tapi pasti.

Saat roda mobil mulai menggerus tanah yang lebih sempit dan rimbun, Aruna melirik ke luar jendela, lalu berkata ringan, "Kita sudah mau sampai. Kita lewat jalur utara saja supaya dekat ke sektor C."

Raka mengangguk, memperlambat laju mobilnya dan mengarahkan kemudi sesuai petunjuk Aruna. Jalanan mulai menyempit, tetapi panorama yang tersaji justru makin menakjubkan. Bukit-bukit kecil mengelilingi mereka, sementara sinar matahari pagi menembus celah dedaunan yang masih basah oleh embun. Aroma tanah lembap menyeruak, memberi kesan segar dan alami yang begitu khas dari daerah perbukitan.

Raka memarkirkan mobilnya di tepian jalan tanah yang mulai mengering. Tanpa banyak bicara, ia turun, membuka pintu belakang, dan dengan tenang mengambil beberapa peralatan yang tersimpan rapi tas berisi alat ukur tanah, buku catatan, dan botol air. Ia menyampirkan ranselnya ke bahu, lalu mengenakan topi koboi berwarna cokelat tua yang langsung menambah pesona maskulinnya. Sebuah kacamata hitam ia kenakan dengan gerakan sederhana, namun bagi Aruna, semuanya tampak seperti adegan dari film lama yang mendebarkan.

Aruna hanya berdiri di sisi mobil, pura-pura sibuk menepuk-nepuk celananya dari debu, padahal jantungnya berdebar tak keruan. Pandangannya mencuri waktu, memperhatikan bagaimana gerakan Raka begitu terukur dan tenang, nyaris meditatif. Ia bahkan tidak sanggup menatap lama-lama terlalu mudah jatuh pada bayangannya sendiri.

Raka melirik ke arah Aruna. “Ibu nggak pakai pelindung kepala?” tanyanya, nada suaranya ringan tapi ada kepedulian di baliknya.

Aruna tersenyum canggung. “Kupikir masih pagi, belum terlalu panas.”

“Jam sepuluh ke atas matahari mulai menyengat, Bu. Kulit bisa terbakar kalau kelamaan.”

Tanpa menunggu balasan, Raka melepas ranselnya, kembali ke mobil, dan mengambil sebuah topi biasa berwarna krem yang ia kenakan di awal perjalanan. Ia kembali menghampiri Aruna dan, tanpa banyak basa-basi, menyerahkan topi koboynya kepada Aruna.

“Pakai ini saja, Bu. Lebih teduh.”

Aruna menerima topi itu dengan ragu dan terpesona sekaligus. Ia bisa mencium samar aroma tubuh Raka yang tertinggal di kain topi itu maskulin, bersih, dan menenangkan. Ada sesuatu yang hangat menggelitik di dada Aruna. Perhatian kecil itu sangat sederhana, sangat tulus telah menjadi semacam oase dalam gurun emosinya.

1
Dee
Cakeep...
Dee
Hi..hi..😁
🅰️Rion bee 🐝
gak apa aruna jangan merana di diemin mamer,baru 4th inih gak se umur idup😝stecu aja stecu..😉
Dee: Wkwkwk iya ya, masih 4th, belum seumur hidup 😅 Aruna kudu kuat, stecu juga deh! 😌🤝
total 1 replies
Aksara_Dee
tetap keras kepala ya
Dee: Harus extra sabar
total 1 replies
Aksara_Dee
ingat Bu yg buat hamil anakmu, jadi sebutan yang sama utk anakmu juga.
Aksara_Dee
yess! untuk kali ini aku setuju lelaki berani bersikap keras kepala pada ibunya
Dee: Cakeeep...
total 1 replies
Aksara_Dee
iihh ... kamu!
Aksara_Dee
eehhh... aku udah mau gemes lho kak
Dee: Ha..ha..dibuat gemez dulu, biar...😂
total 1 replies
Aksara_Dee
aahh aku ikut nangis tauk 😭
Aksara_Dee
hayoo kamu apa?!
Dee: Kaget and bingung ya, Raka😅
total 1 replies
Aksara_Dee
ibu hamil gak boleh lolos pokoknya, aku tandain 🤣
Dee: Hi..hi..😁
total 1 replies
Aksara_Dee
Aruna ada di sudut hatimu yang paling indah
Aksara_Dee
akuu terharu bacanya, sambil ngebayangin posisi Aruna yang cemas
Dee: Aku juga sempat mikir, gimana kalau itu kejadian beneran... pasti deg-degan setengah mati. Aruna hebat banget itu😩
total 1 replies
Aksara_Dee
akan ada hubungannya dgn Aruna ?
Aksara_Dee
dari sibuknya hari, nama Raka selalu hadir di tempatnya sendiri
Aksara_Dee
aaiihh aku ketinggalan bab banyak banget. signal di rmh baru amburadul
Dee: Masih kekejar Kak, inimah hehe..
Dee: Semoga normal kembali😁🤗
total 2 replies
R 💤
anyiiiing sakit bgtt kan Gas,, rasain wkwk
Dee: Nyesek kan jadinya
total 1 replies
R 💤
ini aslinya cuma gara2 anak kan awalnya ...
Dee: Awalnya mungkin cuma karena nggak punya anak, tapi ya namanya hidup rumah tangga, kalau hati udah nggak nyambung lagi, susah juga dipaksain. Kadang berpisah malah jadi jalan yang lebih sehat buat dua-duanya😔
total 1 replies
R 💤
karena kalau di awal namanya pendaftaran hehe
Dee: Jhaaa...😆
total 1 replies
R 💤
Kamu benar-benar kehilangan nya, gas.. jangan remehkan dan abaikan orang yang diam. justru orang yang diam bisa meledak sewaktu waktu
Dee: Betul itu..
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!