Sejak bersama dengan Kenneth hidup Bulan semakin dipenuhi dengan warna.
Sejak bersama dengan Bulan hidup Kenneth kembali dihiasi dengan kebahagiaan.
Kenneth selalu berhasil mengukir senyum di wajah Bulan bahkan hanya dengan melihatnya.
Bulan berhasil membuat Kenneth ingin hidup lebih lama.
Seperti tawa yang berdampingan dengan air mata, juga hal baik yang berdampingan dengan hal buruk. Kisah cinta pertama mereka juga begitu.
Bulan berharap mereka selamanya.
Kenneth juga berharap yang sama dalam ketakutannya.
Semua ingin akhir yang bahagia, tapi tidak ada yang benar-benar tau pada akhirnya akan seperti apa.
Kenneth yang selalu membuat Bulan tersenyum kini juga berhasil membuat Bulan sering menangis dalam keheningan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keirina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BULAN DAN PERASAAN KHAWATIRNYA
Bulan masih menunggu di ruang tunggu, duduk dengan perasaan khawatir yang terus menghantuinya, karena sudah hampir 30 menit sejak mereka sampai di rumah sakit dan Kenneth ditangani oleh dokter di IGD, tapi hingga sekarang belum ada juga kabar tentang keadaan Kenneth dari perawat atau pun dokter. Karena, sebelumnya seorang perawat menyuruh Bulan untuk menunggu saja di ruang tunggu dan akan mengabari keadaan Kenneth pada Bulan setelah Kenneth selesai diperiksa oleh dokter.
Bulan menghentak-hentakkan kakinya merasa gusar, berulang kali melihat jam tangannya yang sekarang sudah menunjukkan pukul 18.30. Bulan mengambil handphonenya. Dia belum mengabari Tari, takut Tari akan mencarinya. Bulan mencari kontak Tari dan membuat panggilan suara. Bulan mendekatkan HP nya ke telinga.
Di nada sambung ke tiga panggilannya terhubung.
"Halo bu.."
"Bu Bulan kayaknya pulang telat. Bulan lagi di rumah sakit nungguin Kenneth nanti Bulan jelasin ke Ibu. Bulan cuma mau ngabari Ibu aja takut Ibu nyariin"
"Iya bu nanti Bulan kabarin kalau udah jalan pulang, udah dulu ya bu" Ucap Bulan, lalu mengakhiri panggilannya.
Setelah itu Bulan kembali mencari nama seseorang di kontaknya dan kembali membuat panggilan suara. Tidak butuh waktu lama panggilannya langsung tersambung,
"Fahri lo dimana?"
"Minta tolong ambilin motor Kenneth nanti gue kirimin lokasinya"
"Nanti gue jelasin, ya udah gue matiin nih jangan lupa!" Kata Bulan dan langsung memutus panggilannya setelah mendengar jawaban dari Fahri.
Bulan kembali menyimpan handphonenya dan celingukan melihat ke kanan dan ke kiri merasa tidak tenang. "Kenapa lama banget sih periksa aja" Gumamnya yang belum juga mendapat kabar tentang Kenneth. Lagian kenapa juga Bulan disuruh menunggu di ruang tunggu, bukannya Bulan bisa menunggu di luar ruang IGD. Bulan menghela nafasnya tidak mau terlalu memusingkan hal itu. Sekarang Bulan hanya ingin tau tentang keadaan Kenneth.
Sudah hampir satu jam dia duduk menunggu di ruang tunggu. Tapi, belum juga mendapat kabar tentang keadaan Kenneth. Bulan jadi semakin merasa gelisah, pikiran-pikiran negatif mulai menghantuinya.
"Bulan?" Panggil Dokter Rama memastikan yang berjalan menghampiri Bulan yang sedang duduk.
Bulan yang duduk reflek langsung berdiri dan melihat seorang dokter yang sudah berdiri dihadapannya dan sebelum dokter itu kembali berbicara, Bulan sudah terlebih dulu berbicara yang membuat dokter itu hanya menatapnya sambil menahan senyumnya.
"Dok teman saya kenapa dok?"
"Dia sakit apa?"
"Kenapa lama banget diperiksanya dok?"
"Teman saya gakpapa kan dok?"
Dokter Rama berusaha menyembunyikan senyumnya menatap Bulan yang melemparinya begitu banyak pertanyaan dengan raut wajah khawatirnya.
"Kamu tenang dulu, coba tarik nafas terus dibuang pelan-pelan" Ujar dokter Rama menyuruh Bulan untuk menenangkan dirinya dahulu.
"Maaf dok" Ucap Bulan merasa tidak enak, dia mengikuti instruksi dokter Rama.
Dokter itu tersenyum lembut pada Bulan, "Teman kamu baik-baik saja cuma lambungnya saja yang bermasalah sama sedikit kecapean. Tadi sudah saya periksa dan juga sudah diberi obat dan sekarang dia lagi istirahat. Tapi, teman kamu perlu dirawat dulu di sini malam ini karena masih perlu penanganan lebih lanjut" Dokter Rama menjelaskan dengan tenang dan hati-hati pada Bulan agar tidak membuatnya lebih khawatir dan juga curiga.
Bulan menghela nafasnya merasa sedikit lega, "Gak ada masalah yang serius kan dok?soalnya tadi dia kayak kesakitan banget gitu. Benaran cuma karena lambung sama kecapean kan dok?" Bulan kembali memastikan
"Tidak ada, tidak ada yang mengkhawatirkan sama sekali hanya lambungnya saja yang bermasalah cuma saya menyarankan teman kamu untuk dirawat karena kondisi tubuhnya yang masih lemas"
Bulan mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Dia terdiam sebentar berusaha mencerna setiap perkataan dokter tersebut.
"Tapi dok kenapa tadi lama banget ya teman saya diperiksanya?" Tanya Bulan yang merasa seperti masih ada sesuatu yang janggal
Dokter Rama diam tidak langsung menjawab Bulan, "Teman kamu sekarang sedang istirahat karena pengaruh dari obat seperti yang sudah saya beritahu tadi. Saya juga tidak bisa memastikan kapan Kenneth bangunnya lebih baik kamu pulang dulu saja sekarang, ini juga sudah malam takut kamu nanti kemalaman nunggu disininya. Kamu jangan khawatir tadi perawat juga sudah menghubungi orangtua teman kamu memberitahu tentang kondisinya dan pasti mereka sekarang juga sudah di perjalanan menuju ke sini" Ucap dokter Rama tidak menjawab pertanyaan Bulan.
Bulan menepuk jidatnya yang membuat dokter Rama menatapnya sedikit bingung. Kenapa Bulan bisa lupa untuk menghubungi tante Revina. Ini pasti karena dia terlalu panik tadi jadi tidak bisa berpikir jernih. Bulan masih diam sibuk dengan pikirannya, "Dok boleh minta tolong gak?" Bulan menatap Rama sedikit ragu.
Dokter Rama menatap Bulan dengan raut wajah tenangnya.
"Minta tolong nanti sampein ke Kenneth untuk kabari saya kalau udah bangun"
Dokter Rama kembali tersenyum, "Ya sudah nanti saya sampaikan ke Kenneth" Ucapnya
"Makasih ya dok, kalau gitu saya permisi dulu, malam dok." Dengan berat hati Bulan melangkahkan kakinya pergi dari sana. Entah kenapa Bulan merasa enggan untuk meninggalkan rumah sakit, karena Bulan belum melihat kondisi Kenneth secara langsung apalagi setelah Bulan menyaksikan sendiri Kenneth yang terlihat kesakitan tadi saat bersamanya.
***
Setelah kepergian Bulan, dokter Rama kembali mendatangi Kenneth yang sedang menjalani cuci darah di ruang hemodialisa.
Sebelumnya saat Kenneth datang bersama Bulan ke rumah sakit ketika seorang perawat menghampiri mereka tanpa sepengetahuan Bulan, Kenneth memberitahu perawat untuk memanggilkan dokter Rama dan perawat itu langsung menyadari kalau Kenneth adalah penderita penyakit gagal ginjal, karena itu Kenneth langsung dibawa ke ruang IGD dan Kenneth juga meminta perawat agar jangan sampai Bulan mengetahui kondisinya. Karena itu perawat menyuruh Bulan untuk menunggu di ruang tunggu dan tanpa sepengetahuan Bulan juga Kenneth dipindahkan ke ruang hemodialisa untuk menjalani cuci darah.
Dokter Rama tidak bisa menahan senyumnya menatap Kenneth yang terbaring lemah sambil menjalani cuci darahnya. Tidak seperti sebelum-sebelumnya.
"Bulan sudah pulang dok?" Tanya Kenneth dengan suara yang terdengar lebih lemah dari pada biasanya. Kenneth merasa benar-benar tidak memiliki tenaga saat ini. Badannya terasa lemas, kepalanya pusing, dadanya juga terasa sesak.
Dokter Rama mengangguk menjawab Kenneth.
"Makasih dok"
Dokter Rama menghela nafasnya pelan memperhatikan kondisi Kenneth. Sebelumnya Kenneth meminta tolong pada Rama untuk memberitahu Bulan kalau Kenneth baik-baik saja dan meminta tolong untuk menyuruh Bulan pulang.
"Sesuai janji kamu karena, saya sudah menyampaikan apa yang kamu minta. Kamu harus dirawat dulu di sini sampai kondisi kamu kembali membaik" Ujar dokter Rama
Kenneth mengangguk lemah pada Rama.
"Tadi saya juga sudah mengabari Ibu kamu, setelah selesai dari sini kamu akan langsung dipindahkan ke ruang rawat inap" Ujar dokter Rama, "Oh iya satu lagi saya hampir lupa tadi teman kamu minta kamu untuk mengabari dia" Ujar dokter Rama tersenyum dengan maksud lain setelah itu dia pergi meninggalkan Kenneth.
Kenneth yang mendengar perkataan dokter Rama tersenyum kecil, lalu dia memilih memejamkan matanya menjalani cuci darah yang rasanya lebih melelahkan dari hari-hari sebelumnya.