Warningg !! Dibawah umur 18 tahun harap baca yang bijak karena ada adegan yang ++ !!
"Saya terima nikahnya Larasati Ardhiana dengan mas kawin tersebut tunai!" Ucap laki laki itu dengan lantang.
"Bagaimana para saksi? Sah!" Ucap penghulu.
"Saahh"
"Sahh"
Teriak para tamu undangan, termasuk
teman-teman nya.
"Alhamdulillah" ujar penghulu, lalu mengangkat kedua tangan untuk membaca doa kepada pengantin baru ini.
********
Laras harus menelan pahit dalam kehidupan yang seharusnya masih menikmati masa remajanya, namun ia di paksa menikah oleh seseorang yang terkenal dengan sebutan Playboy dan ketua geng terkenal. Siapakah laki-laki tersebut? la merupakan anak tunggal dari keturunan keluarga Mahendra yang bernama Arjuna Geofino Mahendra, beliau juga merupakan anak emas. Namun, karena kenangan masa lalu yang membuat nya ia trauma akan pada wanita yang berucap setia padanya.
Ingin tahu kelanjutan kisah nya?
Yuk buruan baca cerita nya😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri prisella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab : 19 Tasya buat ulah pada Laras
Geo dan Laras sama-sama terkejut.
"Ngapain lo nyeb..." ucap Gio terpotong.
"Stttt!" ucap Laras membungkam mulut Geo dengan tangan putih miliknya,"Lo jangan bacot dong! Kepala gue udah mumet ngerjain ulangan tadi" ucap Laras seraya melepas tangannya itu.
Seketika Geo mencium tak sedap dari hidungnya, "Tangan lo abis megang apa sih?" tanya Geo dengan penasaran.
Laras diam memikirkan apa yang barusan ia pegang, "Oh gue abis megang ketek, kenapa emang?" tanya Laras yang dengan santai nya.
Geo yang mendengar jawaban dari mulut Laras langsung melotot sempurna dengan mulut terbuka lebar.
"Mulut lo abis makan apa sih?" tanya Laras dengan menutup hidungnya.
Geo mengerjap kan mata nya, ia pun langsung mengecek bau mulutnya. "Hah, hah" Geo mencium bau mulutnya dengan cara memantulkan baunya ke tangan.
"Anj*r, sumpah gue ngga makan apa-apa! Tapi kok bisa bau yaa" tanya Geo dengan polos, ia juga merasakan jika bau mulutnya tak sedap di cium.
"Ya mana gue tahu, emang gue mbah dukun apa yang tahu segalanya!" balas Laras dengan cuek.
"Kalem anj*ng jadi orang !" sahut Geo dengan kesal.
Laras acuh, ia pun pergi meninggalkan rooftop untuk pergi ke kelas namun sebelum itu ia membelokkan tubuhnya ke kamar mandi perempuan untuk menghilangkan bau asap yang melekat di tubuhnya.
Sedangkan Geo, sudah misuh-misuh. "Semoga aja jodoh gue bukan dia! Ya gue akui kalau gue playboy tapi kalau dia yang jadi cewek gue ya juga ogah lah punya jodoh cewek kayak gitu" gumam Geo,
"Lagian mana ada cowok yang mau sama dia sih, tingkah lakunya aja kayak preman gitu!" ujar Geo yang masih berbicara sendiri.
"Gue mau berulah disini nanti yang ada gue kena damprat ayah lagi! Serba salah anjar gue disini!" Geo juga lama-lama kesal, jika pergerakannya selama di sekolah selalu di batasi.
****
Kembali lagi ke Laras yang sudah jalan di koridor, tujuan nya kali ini adalah kelasnya.
"Ck, si paling pintar sudah kembali!" sindir Maria.
Laras jengah, "Kalau saja tuh cocot perempuan ngga datang gue mau menghabiskan waktu gue disana" ujar Laras dengan kesal.
"Hahhaah, siapa memang?" tanya Maria.
Laras tak menjawab melainkan, menunjuk langsung kearah Geo yang baru masuk bersama Dion. Maria menganga tak percaya, "Serius lo?" tanya Maria dengan menyakinkan.
"Ck, iya kenapa sih lo jadi bawel gini!" protes Laras,
Dibelakang mereka berdua, ada Tasya yang sudah mengepalkan tangannya. Apa mungkin selama Geo pindah, ia sudah mendapat pengganti dirinya dan apa ini alasan nya sikap Geo berubah menjadi lebih dingin ya walau memang dingin tapi tak sampai menyuekinya.
"Eh, sorry-sorry! Lo ada hubungan apa sama Geo?" tanya Tasya dengan percaya diri.
Laras maupun Maria tak ada yang menoleh ke belakang, karena menurutnya itu bukan nama mereka. Tasya yang tak ada jawaban apapun langsung menoel-noel punggung belakang Laras dan Maria menggunakan pulpen miliknya.
Mereka berdua yang di perlakukan seperti itu langsung memajukan kursinya hingga Tasya tak bisa meraih punggungnya. Hal itu, membuat Tasya geram, dengan kesal ia pun langsun menendang kursi Laras.
Brak
Suara tersebut membuat semua orang menoleh kearah Laras.
Sret
Brak
Laras memundurkan kursinya dan menggebrak meja Tasya hingga sang empunya terkejut kaget.
"Lo, pindah jangan ada di belakang gue! Risih tahu ngga" jerit Laras dengan satu naif.
Tasya menganga, bukan jawaban itu yang mau ia dengar. Dengan angkuh ia menggeleng cepat sambil memeluk tas milik nyaa, untung didalam kelas Pak Tara sudah keluar dari lima menit yang lalu.
"Anwaaaaarrrr!" panggil Laras dengan berteriak, hingga yang namanya Anwar pun datang dengan tergesa-gesa takut jika ia yang akan dapat amukan dari Laras.
"Kenapa, Ras?" tanya Anwar.
"Pindah lo, duduk di belakang gue! Udah baik gue lagi nahan emosi, Bangs*t!" cecar Laras dengan geram.
Tasya menggeleng dengan cepat, "Lo ngga bisa seenaknya ngatur-ngatur gue! Lo ngga tahu gue ini primadona disekolah lama gue!" balas Tasya dengan percaya diri nya.
Laras bukannya menjawab, ia malah tertawa dengan keras. "Hahaha, itukan di sekolah lo yang lama! Sekarang lo ngga ada apa-apa nya disini, lagian siapa juga yang mau ngakuin lo sebagai primadona sih disini? Lihat dandanan lo mirip seperti Tante-tante!" ejek Laras.
Satu kelas menertawakan Tasya, bahkan Bima dan Vano lah yang tertawanya paling keras. Karena ia baru pertama kali melihat jika ada yang berani dengan permainannya Tasya.
"Lo!" unjuk Tasya dengan geram.
Laras berdecak ia paling tak suka jika ada orang yang menunjuk dirinya, "Jari lo kerinting amat abis ngapain?" tanya Laras dengan pertanyaan seperti mengejek.
Tasya tak bisa menjawabnya lagi, ia hanya menahan malu saja.
"Hahaha, masih baru udah sakmat sama yang lama! Gimana tuh sama hatinya yang alay?" sindir Vano.
Tasya pun semakin mengepal tangannya, bisa-bisanya ia di permalukan seperti ini. "Bakalan gue bales kalian satu-satu!" gumam Tasya.
Kelas seketika ricuh, bahkan Laras sendiri sudah pulas dengan dengkuran halus. Entah lah kenapa sampai sekarang guru tak ada yang masuk untuk mengajarkan kelas mereka.
"Woii, ini mau di panggil ngga gurunya?" ucap Genta selaku ketua kelas.
Maria yang mendengarkan pun langsung melotot tajam ke arah Genta. "Awas aja kalau di panggilin!" ucapnya.
Genta meringis ia hanya menurut ucapan Maria, daripada harus berurusan dengan sih Pretty yang ada lebih panjang lagi urusannya.
Di sebrang sana, Bima memulai topiknya.
"Ternyata dia berdua orang pengaruh ya disini!" ucap Bima pada ketiga sahabatnya itu.
Vano yang setuju dengan ucapan Bima pun langsung mengangguk cepat. "Lo lihat aja si Tasya nyampe ngga berkutik gitu!" sambung Vano.
Geo berdecak, semakin terlihat juga sifat aslinya Laras itu. "Tadi kan gue ke rooftop, terus dia lagi nyebat anj*r! Ternyata cewek itu yang sering dapat laporan dari BK kasus nyebat yang paling banyak" ujar Geo.
Bima dan Vano menganga lebar, "Yang benar lo?" tanya Bima dengan heboh.
Geo tak menjawab melainkan mengganggu dengan cepat, "Iya, tapi ya gue Cuma dengar sih" sahut Geo.
"Tapi kok, dia ngga dikeluarin sih?" tanya Dion ikut nimbrung.
Plak
Vano menabok lengan Dion.
"Ya karena dia anak donatur, kalau ngga ada donatur mungkin aja dia udah dari kapan tahu udah dikeluarin!" balas Vano dengan cermat.
"Tumben lo pinter?" tanya Dion.
Vano mendengus sebal, capek ngobrol sama kulkas dingin lima puluh pintu itu.
Brak
Baru saja Vano ingin menjawab di urungkan karena melihat Tasya mencari ulah pada Laras yang tengah tertidur pulas itu.
"ANJ*NGGG!" umpat Laras dengan kesal.
Kemana perginya Maria? Ia tengah pergi bersama Clara ke kamar mandi sekalian ke kantin karena tenggorokannya minta di basahi dengan jus yang segar.
Plak
*Bersambung*
* Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar*
* Salam manis dari AUTHOR 🤭*
*ig @vera_miceel
@putri488241.