Niat hati ingin mengugurkan kandungannya, malah bertemu ayah janin yang ia kandung. Lusi Caisa Vanholand, CEO wanita muda yang menghabiskan malam dengan Gasan Samiel Pedros seorang dokter spesialis kandungan dan anak namun memilih tidak ingin mempertahankan hasil benih semalam yang mereka lakukan. Bagaimana Gasan memperlakukan pasiennya itu? Apakah dia mampu memaksa Lusi untuk mempertahankan calon anak mereka? Bagaimana sikap Lusi dengan pemaksaan yang akan dilakukan Gasan padanya? Dukung novel ini agar mendapatkan retensi terbaik dan masuk menjadi novel pilihan pembaca! Terima Kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SAHABATKU CEPU
Gasan mulai 3 minggu lalu memutuskan untuk memakai motor saja saat kerja karena lebih fleksibel dan tidak terlihat mencolok menggunakan mobil mewahnya.
*motor Gasan
Dan ternyata motor ini sangat berguna untuk mengejar mobil yang ditumpagi Lusi.
Leos melihat sebuah motor seperti mengejarnya.
"Non, apakah kamu mengenal motor dibelakang kita? Sepertinya dia mengikuti kita" ucap sang driver dan Lusi menoleh kebelakang.
Sudah bisa ia tebak jika pria itu adalah dokter kandungannya beberapa saat lalu.
Belum saja Lusi menyahuti, motor Gasan sudah berada didepan Leos dan membuat driver itu mengerem berlahan.
"Kenapa berhenti Pak Leos? Lanjutkan saja" minta Lusi.
"Dia sudah berhenti didepan kita, Non. Tidak bisa menyalip" sahut Leos.
Lalu Gasan turun dari motor dan mendekati sisi jendela mobil Lusi.
Tok...tok.tok..
Suara jendela diketuk.
Gasan memberikan kode untuk Lusi agar menurunkan jendela.
"Maunya apa sih nih orang" batin wanita itu tidak suka.
Tapi karena tatapan Gasan semakin tajam padanya, membuat ia pun menurunkan jendela.
"Mau mu apa? Kamu mau ditabrak sama driverku?" sinis Lusi.
"Ini. Aku hanya ingin memberikanmu ini" sahut Gasan sambil menyodorkan paperbag yang didalamnya obat.
"Apa ini? Aku tidak memerlukan apapun dari mu" ujar Lusi.
Gasan tersenyum menyeringai lalu memasukkan saja tangannya kedalam untuk meletakkan paperbag itu didekat Lusi.
"KAMU!!" teriak wanita itu marah saat kini tangannya sudah memegang paperbag.
"Lihat saja. Kamu memerlukannya sebelum keluargamu tau jika kamu.." ucap Gasan lalu melirik ke arah driver sebagai kode apakah pria itu sudah mengetahui kehamilan Lusi.
Lusi pun memperhatikan kodeku dan memahami jika Gasan membantunya menyembunyikan kehamilan.
"Baiklah aku terima. Aku ingin kamu enyah dari hadapanku sekarang" ujar Lusi penuh penekanan lalu menutup jendela mobil dan memberikan instruksi Leos untuk menjalankan mobilnya.
"Saya tidak bisa menjalankan mobil non, didepan masih ada motor pria itu" ucap Leos.
Lagi lagi Lusi seperti terjebak oleh Gasan.
Ia pun melirik ke arah sampingnya dan melihat pria itu tersenyum Pepsodent kearahnya.
Gasan berjalan menuju motor dan menyingkir dari hadapan mobil yang dikendarai Leos.
Lusi melihat isi paperbag itu sekilas dan menutupnya kembali.
"Ck..dasar dokter gandungan..aku tidak percaya dokter kandunganku adalah dia" batinnya.
Leos memperhatikan ekspresi wajah majikannya itu dari spion tengah.
"Hmmm..sepertinya pria itu cocok untuk Nona Lusi" batinnya.
Lalu sekitar 20 menit dijalan, Lusi sudah sampai rumah keluarga Vanholand. Sekitar pukul set10 malam dengan kondisi rumah sudah sepi.
Tapi tiba tiba terdengar suara memanggil namanya dari ruang keluarga.
"Halo anak mami tercantik..baru pulang ya" panggil Lumbar.
"Hai mami..kok tumben belum tidur?" sahut Lusi yang tadinya berniat berjalan kearah tangga kini membelokkan kearah ibunya.
"Nunggu kamu..putri ibu satu ini berminggu minggu selalu pulang malam" ujar Lumbar.
Kini Lusi duduk disamping sang ibu.
"Kamu beneran gapapa, sayang? Wajahmu masih pucat. Udah minum vitaminnya?" tanya Lumbar sambil mengamati wajah putrinya.
"Gapapa mam. Cuma kecapekan biasa plus masuk angin. Vitaminnya udah aku minum kok" jawab Lusi.
Lumbar terlihat serius dan lekat menatap putrinya sambil mengelus wajah Lusi lembut.
"Hmmm...mami boleh tanya sesuatu?" tanya Lumbar.
Tanpa curiga pun, Lusi mengiyakan dengan anggukan.
"Apakah kamu hamil?" tanya Lumbar lagi dan berhasil membuat putrinya membeku.
"Bagaimana bisa mami tau?" batin Lusi tanpa ingin menjawab pertanyaan sang ibu.
Tapi tanpa dijawab pun, Lumbar sudah tau jawabannya. Lalu ia memeluk putrinya itu.
Grep.
Lusi terkejut mendapatkan pelukan erat dari sang ibu meskipun biasanya mereka juga saling berpelukan saat bertemu.
Tapi ini lebih erat dari biasanya.
"Mami bisa menebak seperti itu karena mami melihat gejala kehamilan padamu sejak seminggu ini. Wajahmu terlihat pucat, badanmu terkesan letih dan lesu. Lagipula bukan hanya papi mu saja yang bisa memperhatikan mu, tapi mami juga sangat sangat memperhatikan detail dari sikapmu, sayang" ucap Lumbar lembut.
"Mami sangat menyayangimu karena kamu adalah kehidupan mami yang mengajarkan menjadi seorang ibu pertama kali. Betapa bahagianya saat kamu hadir di dunia ini" lanjutnya.
Lusi terdiam. Tak terasa air matanya yang menetes membasahi pundak ibunya.
Begitu pula Lumbar yang tidak mampu membendung air matanya saat mengatakan ungkapan hati.
"Mam.." lirih Lusi.
Pelukan terlepas, mereka saling pandang, dan saling membantu menghapus air mata di pipi.
"Apa yang kamu rencanakan dengan kehamilan ini, sayang?" tanya Lumbar kemudian.
"A..aku...belum siap, mam" jawab Lusi ragu.
"Aku masih ingin berkarir dan membangun perusahaan Vanholand lebih maju lagi" lanjutnya.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu sudah memeriksakannya?" tanya Lumbar lagi.
"Hmm..sudah mam..barusan aku memeriksanya" jawab lirih Lusi.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Lumbar yang mulai terlihat antusias dan senang.
"Baik baik saja" jawab Lusi dengan sendu. Berbeda dengan Lumbar yang tersenyum mendengarnya.
"Jangan gugurkan kandungan ini sayang..dia darah dagingmu..cucu mami dan papi" ujar Lumbar membuat Lusi memasang wajah tegang.
"Mami..mami tau dari mana aku berencana mengugurkannya?" tanya Lusi serius.
"Hmmm..Sophie yang memberitau mami bahwa kamu berencana untuk menghilangkan kandunganmu. Sebelumnya jangan marahi Sophie, sayang, dia hanya menjawab pertanyaan mami dan dia tidak ingin berbohong" jawab Lumbar.
Wajah Sophie memerah karena menahan marah. Bagaimana bisa sahabatnya menjadi cepu seperti ini?
Lumbar bisa melihat kemarahan dari wajah putrinya.
"Please...please jangan marahi Sophie sayaang..dia sahabat terbaikmu, menemanimu bertahun tahun..mami yang tadi bertanya soal keadaanmu" ucapnya kemudian menenangkan Lusi.
Lusi tak berkata apa apa.
Ia pun langsung berniat untuk pergi ke kamarnya saja.
"Jaga kabar ini agar orang dirumah tidak tau ya, Mam. Tolong rahasiakan dari papi sekalipun. Aku masih belum memutuskan sesuatu terkait ini. Mami tidak perlu terlalu memikirkannya" ucap Lusi.
"Aku pamit dulu ke kamar istirahat. Mami juga segeralah beristirahat sebelum papi mencari mami" lanjutnya.
Cup!
Lusi meninggalkan kecupan di pipi sang ibu sebelum berjalan menuju tangga.
*tangga rumah keluarga Vanholand
Lumbar pun bersandar di sofa dan meminum winenya.
"Semoga saja Lusi tidak menjadi wanita yang berani membunuh calon bayinya sendiri" batinnya.
Setelah wine di gelas habis, ia pun pergi ke kamarnya di lantai 1 dekat halaman belakang.
Lusi kini sudah di kamar. Ia memilih langsung berendam air hangat untuk memulihkan tenaganya.
"AAAAAH!!!!! APA YANG HARUS KULAKUKAAN!!!" serunya dalam kamar mandi, tanpa bisa didengar orang lain.
"Apa..apa yang harus aku lakukan pada kalian hah?" lirihnya sambil melihat perutnya yang ternyata baru ia sadari sudah berbentuk keras dibawah perut.
"Kenapa aku tidak menyadari bahwa perutku buncit karena aku hamil? Kenapa aku sangat ceroboh dengan hal ini?" lanjutnya bergumam.
Lalu ia memilih melihat langit langit kamar mandi. Melamun dan membayangkan imajinasi dia akan melahirkan sendiri, merawat bayi sendiri, lalu mengurus bayi sendiri yang tidak hanya satu tapi dua.
Lalu ia geleng geleng kepala.
"Tidak..tidak bisa..aku tidak bisa mengurus mereka berdua sendiri.. bagaimana karirku? Bagaimana perusahaanku?" ucapnya.
Karena semakin pusing dan stress, tiba tiba rasa mual kembari menyerang.
Ia pun segera keluar bathup dan menuju closetnya.
"HUEEEEK!!"
Lagi lagi Lusi memuntahkan isi perutnya yang hanya tersisa cairan.
Tubuh wanita ini begitu lemas dan tak bertenaga.
Namun semangatnya untuk kuat, membuat Lusi segera membersihkan dirinya dan keluar kamar mandi.
Setelah memakai pakaian tidurnya, ia pun melihat paperbag yang diberikan oleh dokter kandungannya tadi.
Ia berjalan menuju nakas dan duduk ditepi ranjang sambil membuka paperbag itu.
Saat membukanya, ia melihat beberapa jenis obat serta ada secarik kertas yang bertuliskan ;
"Karirmu tidak akan terganggu saat mereka lahir karena aku akan membesarkannya. Jangan khawatir kehidupan mereka tidak akan membuatmu rugi" - Dokter Kandunganmu
Langsung saja ia remas kertas itu dan di masukkan kembali dalam paperbag.
Namun ia mengambil obat obatan didalamnya. Sudah tertulis jelas fungsi obatnya. Ada yang untuk memperkuat kandungan, ada obat penghilang rasa mual, ada vitamin untuk bayi, dan nutrisi ibu hamil juga.
Semuanya tertuliskan diminum sesudah makan dan Lusi belum mengisi perutnya sama sekali sejak terakhir makan siang.
Ia pun hanya mengambil obat penghilang rasa mual dan lainnya ia taruh kembali ke dalam paperbag lalu ia masukkan ke laci.
Lusi turun ke lantai 1 dan mencari makanan disana. Saat membuka kulkas, matanya langsung berbinar melihat buah buahan dan ada stock susu juga.
Ia mengambil buah anggur, pir, dan ada jambu lalu ia juga mengambil susu.
Setelah itu ia duduk di meja makan dan memakan buah buahan serta susu.
Ditambah lagi 2 iris roti yang ada di atas meja makan.
"Cukup mengisi perutku" lirihnya.
Setelah merasa kenyang, ia pun meminum obat yang ia ambil. Lalu kembali lagi ke kamarnya untuk beristirahat.
semangat update nya hehhehehe....