Terpaksa Menikahi Kakak Angkat

Bab. 17

Ara hanya menggeliat di kala pipinya ditepuk pelan oleh Ryu. Gadis itu seolah enggan untuk tersadar dari mimpinya saat ini. Di mana dalam mimpinya tersebut dia bertemu dengan seseorang pria, namun pria itu dalam posisi memunggungi Ara. Belum sempat meraih tangan pria yang ada di hadapannya, tiba-tiba saja ada seseorang yang mengguncang tubuhnya dan menarik tangannya hingga sosok pria itu perlahan memudar.

"Kalau bangunin dia jangan lembut kayak gitu," ujar Hiro yang kemudian memutar tubuhnya ke belakang, lalu tangannya mengguncang tubuh Ara tanpa perasaan. "Nggak akan mempan. Yang mempan tuh ya kayak gini." lanjut Hiro.

"Ra! Bangun, Ra. Mama Yuan bawa cowok lagi tuh. Mau jodohin lo kayaknya!" Hiro mengguncang tubuh Ara seraya meneriakkan kalimat keramat bagi Ara.

Bahkan Ryu sempat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Hiro. Sampai-sampai Ryu segera menarik tangannya ketika gadis itu langsung terbangun dan dengan ekspresi kaget serta was-was.

"Hah? Beneran, Kak?" tanya Ara spontan. Menoleh ke arah sekitar dengan raut takut. Membuat Hiro terbahak melihat reaksi Ara yang seperti itu.

Sadar sudah dikerjai oleh Hiro, Ara menatap tajam ke arah pria itu lalu memberinya pukulan demi pukulan di bahu Hiro. Tentu saja Ara meluapkan kekesalannya pada Hiro.

"Iihhh ... nyebelin sih jadi orang! Ara sumpahin, biar Kak Hiro nggak dapat jodoh dan jadi bujang lapuk seumur hidup!" teriak Ara dengan suara yang sangat kencang. Membuat Ryu langsung menutup telinganya dengan rahang mengeras.

Tampaknya, hidup Ryu yang damai selama ini dan penuh akan kenangan, pria itu harus mulai membiasakan diri dengan keributan serta suara gaduh seperti ini.

Betapa tidak, jika pasangan hidupnya saja tidak bisa diam dsn berbicara santai. Pasti akan membuat rumahnya nanti ramai macam pasar malam saja.

Menghabiskan sisa umurnya dengan gadis seperti ini, tidak pernah terbayangkan dalam hidup Ryu. Terlebih lagi dulu Ara kecil tidaklah berisik seperti sekarang. Gadis ingusan ini cenderung pendiam dan penakut. Lebih-lebih pada orang asing. Dia juga sangat mandiri. Seingat Ryu. Bahkan dulu ketika sehabis main di pantai dengan dirinya dan juga mama papa, Ryu yang merasa kasihan dengan Ara kecil pun ingin menggendongnya. Namun Ara kecil itu menolak dan tetap berusaha untuk jalan sendiri. Meskipun kakinya dalam keadaan lecet.

"Haish! Anak gadis mulutnya kok nggak di sekolahin," sahut Hiro sedikit kesal disumpahin seperti itu. "Awas, loh! Ucapan lo bakalan balik ke lo lagi. Nangis-nangis dah lo jadi jomblo abadi. Biar gue ada temennya," imbuh Hiro yang berusaha untuk menyerang balik Ara.

Ara yang baru sadar jika posisi duduknya terlalu dekat dengan pria yang tidak tahu siapa namanya, lantas gadis itu Segers menjauhkan dirinya dari pria tersebut. Bisa-bisa panjang urusannya kalau sampai mama Yuan lihat dirinya begitu dekat dengan pria asing seperti ini.

"Ck! Asal Kak Hiro lupain aja. Kalau aku tuh udah nikah. Jadi bisa dibilang udah laku. Kak Hiro aja sana yang jomblo sendirian. Wlek!" ledek Ara seraya membanggakan diri jika dia sudah menikah.

Tentu saja Hiro tidak bisa membalas ucapan Ara. Pria itu hanya bisa mendengkus kesal. Lebih lebih Hiro menangkap jika Ryu juga menertawakan dirinya. Meskipun tawa itu di samarkan dan dia palingkan ke arah lain.

'Suami istri yang kompak banget dalam menindas orang.' batin Hiro.

Ara mengambil tas yang ada di jok paling belakang. Gadis itu bersiap untuk turun, namun sebelumnya menatap ke arah Ryu.

Ara menatapnya diam tanpa kata. Membuat Ryu bingung sekaligus heran dengan apa yang Ara lakukan.

"Kenapa?" tanya Ryu dengan suara andalannya. Sangat-sangat dingin.

Ara menggelengkan kepala pelan. "Tadi Om yang jadi senderannya Ara?" tanya Ara. Karena seingatnya ia tertidur dan terbangun dalam keadaan duduk di samping pria asing ini.

"Hmm."

"Ck! Pelit banget bicaranya. Kayak yang disuruh bayar aja."

Jika orang lain mencibir atau menyindir seseorang, pasti akan berbicara dengan nada lirih. Namun berbeda dengan Ara. Gadis itu mengatakan secara langsung ketidaksukaannya kepada Ryu.

"Tapi makasih," lanjut Ara tersenyum manis ke arah Ryu. "Maaf, nggak bisa gantiin cuci bajunya yang kena encesnya Ara. Ara belum kerja, jadi nggak punya uang. Om juga jangan kirim tagihannya ke sini. Bisa-bisa melayang nyawa Ara ntar kalau sampai Mama tau," cegah Ara pada Ryu dan mengingatkan pria itu untuk tidak mengirim tagihan cuci baju itu ke sini.

Setelah mengatakan kalimat tersebut, Ara keluar dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah, tanpa menunggu penjelasan dari Ryu. Ryu terbengong tidak percaya, jika gadis itu memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi sekali.

"Siapa juga yang mau minta ganti rugi," ucap Ryu kesal pada gadis yang sialnya berstatuskan istrinya.

"Iya ... nggak akan minta cuciin bajunya. Tapi minta di anuin anunya," ujar Hiro menyahuti ucapan Ryu. Dan pria itu langsung mendapat lemparan jas dari Ryu.