Thẩm Tổng, Anh Nhầm Người Rồi!

林 Yan sama sekali tidak berminat untuk tidur saat ini. Pandangannya tertuju pada langit-langit yang asing, aroma maskulin yang samar di udara, dan sentuhan dingin selimut tipis membuatnya tiba-tiba menyadari bahwa dia tidak mengenakan apa pun. Ingatan berangsur-angsur kembali. Tadi malam mereka pergi makan malam, bagaimana bisa sampai tidur bersama?

Pipinya memerah, dan dia buru-buru menutupi tubuhnya dengan selimut, mengutuk dirinya sendiri karena terlalu mudah.

Pria di sebelahnya menatapnya yang terbungkus seperti kepompong, mengangkat alisnya, nadanya acuh tak acuh, seolah-olah tindakannya tidak berarti.

"Tidak perlu ditutupi. Yang perlu dilihat, sudah kulihat semua."

Lin Yan mencengkeram selimut erat-erat, menatapnya dengan mata panik, seolah-olah melihat binatang buas yang ganas, bibirnya bergerak-gerak:

"Aku... kamu... Bukankah Luo Wan sudah kembali? Kenapa kamu masih mencariku? Temui saja Luo Wan-mu."

"Kau cemburu?" Shen Hanfeng mengangkat sudut bibirnya dengan nada menghina.

"Siapa... siapa yang cemburu! Aku hanya penasaran!"

Lin Yan membantah dengan keras, tetapi tidak berani menatap matanya. Dia perlahan duduk, setiap gerakannya tampak santai, tetapi membuat jantungnya berdebar lebih cepat. Dia menopang dirinya di tepi tempat tidur, mendekat dari samping, tatapan matanya yang dalam seperti jurang menguncinya.

"Sebenarnya tidak ada apa-apa antara aku dan Luo Wan."

Dia menundukkan matanya, suaranya sedikit serak.

"Apa hubungannya denganku?"

"Karena kau sangat cocok dengan seleraku."

"Ah."

Kata-kata yang tidak jelas ini membuatnya sedikit bingung. Bahkan sebelum dia sepenuhnya mengerti, dia mendengarnya melanjutkan.

"Ibuku terus mendesakku untuk menikah beberapa hari ini. Aku dan kau juga cocok di ranjang, dan kau tidak merepotkan seperti Luo Wan. Kita bisa menikah."

Dia membeku, merasa seperti tersengat listrik. Bukan karena lamaran aneh ini, tetapi karena tatapan tajamnya, seolah-olah dia sudah menganggapnya sebagai miliknya sejak lama.

"Kita tidak cocok." Dia berusaha untuk tenang, setiap kata diucapkannya dengan tegas.

Tetapi Shen Hanfeng hanya tersenyum tipis, jarinya mengangkat dagunya, tatapannya setengah mengejek, setengah memanjakan.

"Lin Yan, kau menolakku?"

Suaranya rendah, tetapi membawa daya tarik magnetis yang sulit ditolak. Di matanya ada keinginan untuk memiliki yang tidak disembunyikan. Sejak zaman dahulu, tidak ada yang berani menolaknya. Bagaimanapun, mendapatkan perhatiannya, mendapatkan promosinya, adalah impian para gadis.

Lin Yan justru sebaliknya, dia tidak peduli dengan uang atau kekuasaan, malah merasa bahwa tidak ada hubungan di antara mereka. Alasan mengapa mereka berdua bersama adalah karena dia terus memaksanya. Meskipun kadang-kadang dia juga terpesona oleh ketampanannya, tetapi perasaan tidak bisa didapatkan dengan paksaan.

Hanya saja dia lupa, di depannya ada orang yang mendominasi dan sewenang-wenang. Jika dia menginginkan sesuatu, dia pasti akan mendapatkannya.

"Kalau begitu, begitulah adanya." Dia berkata perlahan, dengan sedikit nada ambigu di matanya. "Jika kau terus menolak, kita bisa menghabiskan sepanjang hari di sini untuk kembali mengenal satu sama lain, sampai kau setuju."

"Hah?!"

Wajah Lin Yan pucat. Bagaimana bisa pria ini begitu energik? Hanya dalam satu malam tubuhnya sudah sakit semua. Jika dia melakukannya sepanjang hari, besok adalah hari peringatannya.

Untuk melindungi tubuhnya yang lemah ini, Lin Yan hanya bisa berpura-pura berkompromi.

"Anggap saja... anggap saja aku setuju, kau juga harus memberiku waktu untuk menerima."

"Baik."

Shen Hanfeng tersenyum, matanya berkilat aneh. Dia menunduk dan mencium sudut bibirnya dengan lembut, seolah-olah menyatakan kepemilikan.

Setelah sarapan, dia mengantarnya pulang. Sebelum turun dari mobil, dia membungkuk dan berbisik di telinganya.

"Ingatlah untuk makan dengan baik. Cuaca sedang berubah-ubah akhir-akhir ini. Jangan sampai aku harus menjemputmu."

Bahkan sebelum dia bisa menjawab, pintu mobil sudah tertutup. Mobil sedan hitam melaju pergi, meninggalkan Lin Yan sendirian berdiri di trotoar, hatinya kacau.

Dia terhuyung-huyung masuk ke dalam rumah. Hari ini adalah hari Minggu, seharusnya hari libur, tetapi pikirannya sama sekali tidak bisa tenang. Lin Yan merosot di sofa, pikirannya masih kabur.

Awalnya hidupnya sangat stabil. Setiap hari dia melihat orang yang dia sukai secara diam-diam, dan menonton film di malam hari. Meskipun sering difitnah oleh rekan-rekannya, setidaknya dia bisa melakukan pekerjaannya dengan nyaman.

Siapa yang tahu bahwa dalam satu malam muncul seorang CEO yang mendominasi yang tidak bisa dia singkirkan. Bagaimana jika dia hanya ingin meningkatkan permainan, ingin membuat Luo Wan cemburu dengan ini?

Apa pun masalahnya, dia tidak bisa menghindarinya.