Liora tak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Marvin akan membawanya pada sesuatu yang menggila. Marvin, pria itu begitu menginginkannya meskipun tahu jika Liora adalah adik iparnya.
Tidak adanya cinta dari suaminya membuat Liora dengan mudah menerima perlakuan hangat dari kakak iparnya. Bukan hanya cinta yang Marvin berikan, tapi juga kepuasan diatas ranjang.
"Adikku tidak mencintaimu, jadi biar aku saja yang mencintaimu, Liora." ~ Marvin Leonardo.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 ~ CTDKI
"Hari ini kakakku akan datang, kamu siapkan kamar untuknya."
Perintah itu datang dari Haikal kepada Liora Esha Maharani, wanita yang sudah dinikahinya selama enam bulan ini.
"Ada begitu banyak pelayan dirumah ini, apa harus aku juga yang mengurus keperluan kakakmu?" tanya Liora dengan nada ketus. "Aku sudah keluar dari pekerjaanku semenjak kita menikah dan membantu mengurus ayahmu yang lumpuh. Sementara mamamu, dia malah asyik-asyikan berkumpul dengan teman-teman sosialitanya diluar sana."
"Jaga bicaramu, Liora." selesai mengancingkan kemejanya, Haikal membalikkan badan dan menatap wajah istrinya. "Kita sudah ada kesepakatan untuk ini, keluarga Leonardo akan tetap menjadi donatur di panti asuhan tempatmu dibesarkan, tapi kamu harus mengikuti semua kemauanku."
"Kalau begitu bisakah kita pindah dari rumah ini dan tinggal di rumah sendiri? Supaya kita bisa memiliki waktu berdua," keluh Liora. Sejak menikah Haikal sama sekali belum pernah menyentuhnya. Meskipun mereka menikah karena perjanjian, tapi mereka tetap suami-istri yang sah.
Haikal mengambil alih jas yang ada di tangan Liora dan memakainya, "Mamaku tidak akan setuju, dia yang meminta kita untuk tetap tinggal disini."
"Ya, biar dia bisa memperlakukanku seperti seorang pelayan." sindir Liora.
"Aku tidak ingin berdebat, sebaiknya kita turun untuk sarapan." Haikal berjalan keluar dari kamar dengan diikuti oleh Liora dibelakangnya.
Dimeja makan, Tuan dan Nyonya Leonardo sudah menunggu keduanya, begitupun dengan si bungsu Audrey yang sudah siap dengan seragam SMA-nya.
Keluarga Leonardo memiliki tiga orang anak, dua laki-laki dan satu perempuan. Namun Liora belum pernah sekalipun melihat wajah kakak dari suaminya, fotonya pun tidak terpajang di rumah mewah itu. Liora hanya tahu jika kakak iparnya itu satu ayah tapi beda ibu dengan Haikal dan Audrey, dan sudah sejak lulus SMA kakak iparnya tinggal di Australia. Semua informasi itu Liora dapatkan dari salah seorang pelayan yang bekerja disana.
Keluarga Leonardo adalah keluarga terpandang dan cukup berpengaruh, selama beberapa tahun ini Tuan Arthur Leonardo telah menjadi donatur tetap di pantai asuhan tempat Liora dibesarkan. Namun sudah satu tahun ini Tuan Arthur mengalami kelumpuhan, dan Nyonya Maria berniat untuk menghentikan donasinya pada panti asuhan. Demi tetap mendapatkan donatur Liora terpaksa menyetujui permintaan Nyonya Maria yang memintanya untuk menikah dengan Haikal. Meskipun pernikahan mereka hanya demi keuntungan, tapi Liora tetap belajar untuk mencintai Haikal dan selalu berusaha menjadi istri yang baik bagi suaminya.
"Ma, aku berangkat ke sekolah dulu," pamit Audrey. Gadis itu beranjak bangun dan mencium pipi Ayah dan Mamanya.
Mereka sudah memiliki kesepakatan, jika panggilan Ibu hanya ditujukan untuk ibu kandung Marvin yaitu Nyonya Eliza, sementara Nyonya Maria dipanggil dengan sebutan Mama.
"Liora, Haikal sudah memberitahumu bukan kalau hari ini Marvin akan datang?" tanya Nyonya Maria yang baru selesai menelan makanannya.
"Hem," jawab Liora singkat.
"Hari ini Mama ada urusan diluar dan mungkin akan pulang malam, jadi kamu saja yang menyambut kedatangan Marvin." ujar Nyonya Maria. Hubungannya dengan Marvin memang tidak begitu dekat, jadi dia malas untuk ikut menyambut. Lebih baik dia menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang dengan teman-temannya diluar.
"Aku juga mungkin akan pulang larut karena banyak sekali pekerjaan dikantor. Nanti malam kamu langsung tidur saja, tidak perlu menungguku pulang." timpal Haikal. "Dan tolong kamu perlakukan kak Marvin dengan baik, ini adalah pertama kalinya dia pulang setelah dua belas tahun tinggal di Australia."
"Ya sudah, aku berangkat dulu," Haikal berdiri, bersiap untuk pergi. "Ma, Yah, aku pamit ke kantor dulu."
"Ya, hati-hati, Sayang." sahut Nyonya Maria.
Liora mengantarkan suaminya sampai ke teras rumah. Ciuman di kening Haikal sematkan sebelum masuk ke dalam mobil. Keharmonisan seperti ini hanya ditunjukkan didepan keluarga saja, tapi kehangatan diatas ranjang tak pernah ada. Mereka seperti orang asing ketika sudah didalam kamar.
"Liora, Mama juga mau langsung pergi." Nyonya Maria menyusul keluar setelah mobil putranya melaju pergi. "Kamu jangan lupa urus Ayah mertua kamu, jangan sampai dia telat minum obat. Jika nanti Marvin bertanya, bilang saja Mama ada pekerjaan penting diluar."
"Ya, baiklah." jawab Liora, tak ingin membantah ataupun memperdebatkan permintaan ibu mertuanya.
Kini Liora hanya bersama ayah mertuanya dan beberapa orang pelayan yang bekerja di rumah itu. Setelah mengantarkan ayah mertuanya kedalam kamar serta membantunya meminumkan obat, Liora kembali ke meja makan untuk membantu membersihkan piring-piring kotor.
"Nanti kalau Den Marvin tinggal disini jangan kaget ya, Non." ucap salah seorang pelayan yang bernama Bi Sari, wanita itu sudah bekerja dengan keluarga Leonardo selama tiga puluh tahun.
"Kenapa memangnya, Bi? Apa dia menggigit?" tanya Liora dengan nada bercanda.
"Gigit sih nggak, Non. Cuma nggak akur saja dengan Nyonya Maria. Dulu mereka sering debat dan membuat rumah seperti kapal pecah." beritahu Bi Sari. "Makanya Non jangan heran kalau fotonya Den Marvin tidak dipajang di rumah ini, foto itu diturun-turunkan satu tahun yang lalu setelah Tuan mengalami sakit keras dan lumpuh. Sejak Tuan besar sakit, Nyonya Maria jadi merasa lebih bebas dan leluasa melakukan apapun dirumah ini."
Liora hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Selesai dengan pekerjaan didapur, Liora meminta ikut ketika Bi Sari ijin ingin membersihkan kamar milik Marvin yang sudah biarkan kosong selama bertahun-tahun.
Bi Sari mengeluarkan seprei berwarna abu-abu dari dalam lemari, "Kamar ini tetap bersih karena rajin dibersihkan. Non duduk saja di sofa, Bibi mau ganti seprei-nya dulu."
"Biar saya saja yang pasang, Bi. Bibi kerjakan yang lain saja." Liora mengambil alih seprei itu dari tangan Bi Sari, lalu memasangnya di ranjang king size milik Marvin.
📍
📍
Di Bandara, seorang pria tampan dan gagah berjalan sembari menarik kopernya yang berukuran besar. Outfit casual dan kacamata hitam yang membingkai matanya membuat penampilan pria berusia tiga puluh tahun itu terlihat menawan.
"Selamat datang, Tuan muda," sapa seorang bodyguard berpakaian serba hitam, mengambil alih koper yang dibawa pria itu dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil.
"Hem," jawabnya singkat. "Apa tidak ada yang ikut kesini untuk menyambut kepulanganku?" tanyanya kemudian.
Bodyguard itu membuka pintu mobil, "Semua orang sedang sibuk, Tuan. Jadi mereka hanya mengutus saya untuk menjemput Anda. Silahkan,"
Pria itu tak bertanya lagi dan masuk ke dalam mobil. Wajah bodyguard itu nampak sedikit tegang, aura dingin tuan mudanya membuatnya seperti kehilangan napas. Tanpa banyak bicara lagi, bodyguard itu melajukan mobilnya memecah jalanan kota yang ramai dan lancar siang itu.
Sementara itu dikediaman keluarga Leonardo, para pelayan sudah bersiap dan berbaris rapi di depan pintu rumah untuk menyambut kedatangan tuan muda pertama yang sebentar lagi akan sampai.
Liora juga berdiri disana bersama dengan mereka, sementara Tuan Arthur sedang tidur di dalam kamar hingga Liora tidak berani untuk membangunkannya. Biar dia saja yang akan menyambut kedatangan kakak iparnya.
Tak berselang lama mobil berwarna hitam itu melaju memasuki halaman megah keluarga Leonardo. Marvin turun dari mobil setelah bodyguard membukakan pintu mobil untuknya.
Jantung Liora berdetak tak karuan saat Marvin melangkah mendekat ke arah mereka, lalu berhenti tidak jauh didepannya yang kini sedang ikut berdiri berbaris bersama dengan para pelayan yang lain.
"Selamat datang, Tuan muda." sambut semua pelayan bersamaan.
Marvin hanya mengangguk, lalu melepaskan kacamata hitamnya dan menatap satu persatu wajah para pelayan yang berdiri didepannya.
"Dia, siapa dia?" tanya Marvin dengan tatapan tertuju pada Liora. Dia satu-satunya wanita yang tidak berpakaian seragam pelayan.
"Tuan muda, perkenalkan. Dia ini Nona Liora, istrinya tuan muda Haikal. Adik ipar, Anda." ucap Bi Sari.
"Adik ipar?" Marvin tersenyum tipis saat menatap wajah cantik Liora yang hanya dipoles dengan makeup tipis, sebuah senyuman yang nyaris tak terlihat. "Menarik."
📍
📍
📍
Bersambung.....
kaget gak.. tegang gak anuu muu