NovelToon NovelToon
Kanvas Hati

Kanvas Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Romantis / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lia Ramadhan

Berawal dari seorang Pelukis jalanan yang mengagumi diam-diam objek lukisannya, adalah seorang perempuan cantik yang ternyata memiliki kisah cinta yang rumit, dan pernah dinodai oleh mantan tunangannya hingga dia depresi dan nyaris bunuh diri.
Takdir mendekatkan keduanya, hingga Fandy Radistra memutuskan menikahi Cyra Ramanda.
Akankah pernikahan kilat mereka menumbuhkan benih cinta di antara keduanya? Ikuti kelanjutan cerita dua pribadi yang saling bertolak belakang ini!.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia Ramadhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15.

Nia sudah pamit duluan pulang dan berpisah dengan Cyra juga Fandy. Kini suami istri itu sudah menuju area parkir mobil.

Fandy meminta istrinya masuk ke dalam mobil, lalu dia merapikan barang belanjaan ke dalam bagasi.

Cyra sambil menunggu Fandy, membuka ponsel dan mengecek sosmednya di mana banyak puluhan notif masuk.

Tapi enggan membukanya satu persatu hanya dia pilih yang dirasa kenal dekat saja.

Saat mata Cyra sibuk menatap ponselnya, Fandy sudah duduk manis di sampingnya. Kedua tangannya berada di belakang menutupi kejutan buket bunga untuk istrinya.

“Cyra, ini untukmu. Buket bunga cantik untuk kamu yang paling cantik. Semoga kamu suka ya,” kata Fandy sambil menyerahkan buketnya.

Cyra menoleh dan menatap Fandy, dirinya speechless. Terkejut, terharu dan sedikit berkaca-kaca matanya. Tak menyangka ada kejutan manis dari suaminya.

“Ini beneran buat aku? Kapan kamu belinya?”

Fandy mengangguk dan tersenyum. “Iya cuma buat kamu seorang, belinya tadi saat kamu di foodcourt.”

“Makasih suamiku, aku seneng banget deh.” Cyra memandangi buket bunga mawar dan dua coklat itu dengan rasa bahagia.

“Sama-sama istriku, cantik ya buketnya kaya kamu,” puji Fandy membuat Cyra tersipu malu.

Cyra mengangguk, masih menatap buketnya dan Fandy bergantian. “Kamu kok tau bunga dan coklat favoritku?” tanyanya lagi.

“Hmm... feeling aja sih tadi. Kalau salah nanti aku ganti sesuai yang kamu inginkan.”

“Oh kirain kamu beneran tau, tapi ini gak salah kok. Makasih banget ya,” ucapnya lagi masih terharu.

“Hanya makasih aja ya?” Fandy menatap Cyra sambil menyilangkan tangan di dadanya.

“Iya makasih aja, memangnya harus ada yang lain?” tanya Cyra balik.

“Harus ada dong. Peluk atau cium aku pastinya,” jawabnya dengan senyum jahil.

Cyra tertawa pelan. “Iya deh, nih balasannya. Cup…cup…,” dua kecupan di pipi Fandy.

Fandy kegirangan, dia suka sekali jika istrinya responsif seperti ini. Lalu dia pun ikut tertawa menatap Cyra.

Perlahan dia raih tubuh Cyra masuk dalam pelukannya, dipeluknya erat tubuh ramping Cyra. “Aku bukan lelaki romantis sebenarnya, tapi aku akan berusaha dari hal yang paling sederhana untuk membuatmu bahagia Cyra.”

Cyra balas memeluk Fandy tak kalah eratnya.

“Aku tau Abang selalu berusaha untuk membahagiakanku dengan caramu. Aku sangat menghargainya,” ucap Cyra dengan tulus.

Fandy meraih wajah Cyra, ditatapnya wajah cantik istrinya itu. Lama dia menatap seakan tidak ada rasa bosan dan seraya mengelus lembut kedua pipinya.

Hanya rasa bersyukur karena Tuhan telah merestui dia menjadi suami Cyra. Air mata tak dapat dia tahan lagi. Air mata kebahagiaan.

Entah siapa yang memulai, tiba-tiba bibir keduanya sudah saling bersentuhan, saling melumat tanpa ragu. Dua insan manusia yang mengekspresikan kasih sayang dalam hatinya.

Waktu seakan berhenti sejenak. Suasana dalam mobil terasa hangat meski pendingin udara sudah nyala sedari tadi, seolah memberi ruang bagi keduanya menikmati momen indah ini.

Cukup lama keduanya berciuman intens sambil berpelukan, mereka seakan tak perduli di sekitar mobilnya ada orang lain atau tidak. Keduanya sadar, hanya mereka berdua saja di mobil ini sedang bermesraan.

“Cup…cup,” dua kecupan lama di bibir Cyra mengakhiri ciuman mereka. Fandy mengusap sisa salivanya di bibir tipis istrinya dan tersenyum lembut.

Cyra tersipu malu, wajahnya dia sembunyikan di dada Fandy dan menutup mata seolah menahan debaran jantungnya yang berdetak kencang sejak berciuman tadi.

“Kamu juga suka kan kalau kita berciuman lama seperti tadi?” bisik Fandy sambil menciumi rambut Cyra yang selalu wangi.

Cyra menganggu. “Suka Bang, cuma sekarang kita lagi di area parkir kalau kelamaan takut ditegur orang lain atau satpam.”

Fandy terkekeh. “Maaf ya, tadi terbawa suasana dan lagi bibirmu itu selalu bikin candu.”

Cyra gemas mendengarnya, dirinya refleks mencubit pinggang Fandy karena salah tingkah. “Apaan sih Bang?”

“Jujur aku lho, memang itu kenyataannya.”

Keduanya akhirnya tertawa bersamaan mengingat tingkah mereka tadi.

Terkadang momen manis pasangan terjadi di mana saja dan kapan saja, siapapun tidak akan mengira. Hanya pasangan yang saling tulus menyayangi akan mengalaminya.

***

Mobil mewah Cyra bergerak kembali menyusuri jalanan ibukota yang selalu ramai setiap harinya.

Kedua sejoli ini saling mengobrol santai dengan tangan Fandy menggenggam mesra tangan kiri Cyra. “Tanganku ganggu kamu gak ini?”

Cyra menggeleng, “Enggak Bang, kalau pas oper gigi aja tangannya dilepas bentar ya,” katanya lembut.

Fandy mengusap lembut punggung tangan Cyra, sesekali dia cium tangan mulus istrinya itu. Hati Cyra seolah menghangat dengan perlakuan Fandy.

“Abang jangan kaya gini dong, bikin jantungku berdebar gak karuan jadinya,” keluh Cyra.

Fandy tertawa. “Hahaha… masa sih? Memangnya sama mantan gak kaya gini juga?” tanyanya ingin tahu.

Cyra langsung cemberut, merasa kesal Fandy membahas mantannya yang berengsek itu. “Apaan sih Bang? Kenapa jadi bahas mantan segala sih?”

Fandy menyesal membahas mantan istrinya.

“Oke aku salah, maafin ya cantik. Next time gak akan bahas hal ini lagi,” janjinya sambil menciumi tangan Cyra berkali-kali.

Cyra masih merasa kesal, tapi dalam hatinya senang Fandy membujuknya dan mau mengerti dirinya. “Beneran ya, awas aja kalau diulangi lagi!”

“Iya istriku, aku janji!” ucap Fandy sambil mengangkat tangan membentuk huruf V. Cyra merespon dengan tersenyum dan mengangguk pelan.

40 menit kemudian mobil sudah terparkir rapi di garasi rumah keluarga Alfian.

Cyra membantu Fandy mengeluarkan barang belanjaan dari bagasi. Asisten rumah tangga datang menghampiri lalu membantu keduanya.

Cyra merasa lelah saat melewati ruang tamu, spontan dia langsung merebahkan diri di sofa mewah warna coklat.

“Aku bereskan ini semua dan taruh di kamar termasuk buketnya ya,” ucap Fandy yang berdiri di depan Cyra.

Cyra hanya mengangguk lemah dan perlahan menutup matanya. Fandy hanya tersenyum melihat respons istrinya itu.

Bergegas dia mengikuti asisten rumah tangga yang membawa lebih dulu sebagian ke dapur. Sisanya, belanjan pakaian dia langsung bawa ke kamar atas.

20 menit kemudian setelah menyelesaikan semua, Fandy kembali ke ruang tamu menghampiri Cyra. Dia melihat istrinya yang tertidur karena kelelahan.

Perlahan Fandy angkat tubuh Cyra dan dia gendong tubuh istrinya ala bridal style. “Kasihan istriku yang kecapean,” batinnya.

Cyra terbangun karena merasa tubuhnya melayang, membuka sedikit matanya. “Uhh... Abang, aku cape sama ngantuk banget,” ucapnya manja.

Fandy tersenyum dan mengecup lembut kening Cyra. “Iya aku tau, udah lanjut aja tidurnya. Aku gendong kamu sampai kamar.”

Cyra hanya mengangguk dan kembali memejamkan matanya. Kepalanya dia sandarkan ke dada Fandy, seperti menemukan posisi sangat nyaman tidak seperti saat di sofa tadi.

Fandy bergegas menuju kamar atas, saat akan menaiki tangga mama Cyra menegurnya, “Kamu sudah makan, Nak?”

Fandy menggeleng. “Belum Ma, tadi cuma minum jus melon aja.”

“Ya udah kamu pindahkan Cyra dulu, lalu turun lagi. Nanti Mbok Inah siapkan makanan buat kamu,” ucap Mama sambil menepuk bahu Fandy.

“Iya Ma baiklah,” jawabnya singkat. Fandy kembali melangkah menuju kamar.

Saat di ranjang, Fandy pelan-pelan membaringkan tubuh Cyra agar tak membangunkannya.

Cyra tak terusik sedikitpun, tidurnya sangat lelap. Fandy mengusap lembut kepala dan wajah cantik istrinya.

“Kamu selalu cantik Cyra, meski lelah dan terlelap tapi cantikmu tidak berkurang sedikitpun,” batin Fandy sambil menatap lekat Cyra.

Ketika Fandy akan beranjak bangun dari ranjang, Cyra menggumam antara sadar atau sedang bermimpi. “Abang jangan pergi, temani aku di sini.”

“Abang tadi disuruh makan mama setelah memindahkanmu,” kata Fandy sambil menggenggam tangan Cyra.

Cyra membuka matanya dengan cepat. “Temani aku tidur bentar lalu peluk sambil usap-usap kepalaku kaya tadi Bang,” pintanya manja.

Fandy menatap gemas Cyra, makin ke sini istrinya makin manja. Tapi dia tidak marah atau menolak maunya Cyra ini.

“Iya baiklah, ini aku temani kamu tidur lagi.” Fandy mengalah dan merebahkan tubuhnya di samping Cyra.

Dia raih tubuh istrinya lalu dipeluknya erat, diusapnya dengan lembut kepala dan punggung istrinya.

Cyra menutup matanya lagi dan mengecup bibir Fandy sekilas. “Cup… makasih ya Bang,” lalu tertidur dalam pelukan hangat suaminya.

1
Syahril Salman
semangat lanjut kakak 💪😍
Syahril Salman: sama2 kak😍
total 2 replies
Mericy Setyaningrum
Romantis ceritanya ya Kak
Lia Ramadhan 😇😘: makasih banget kak untuk supportnya🙏🤗
total 3 replies
Syahril Salman
jadi tambah bagus kak covernya 😍👍
Lia Ramadhan 😇😘: terima kasih kak🙏
total 1 replies
Syahril Salman
Ceritanya bagus, simple dan mudah dimengerti. Saya suka karakter Fandy yang berkomitmen, padahal belum mengenal Cyra lebih jauh tetapi berani memutuskan akan menikahinya.
Lia Ramadhan 😇😘: terima kasih kak untuk ulasan positifnya🙏
total 1 replies
Syahril Salman
lanjutkan kk ceritanya 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!